Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.
Udah? Makasih 💞
Selamat membaca!
Habibah menatap Altan yang telah membuka mata, iya, suaminya itu telah bangun dari koma setelah hampir dua minggu terlelap. Altan duduk di atas ranjang pesakitannya, tatapan matanya kosong dan mengarah ke luar jendela.
Habibah menghela napas pelan, dia baru saja bertemu dengan Dokter yang menangani Altan beberapa menit lalu karena kondisi Altan yang tidak ingat apapun dan lumpuh sementara. Benturan keras yang mengenai kepalanya membuat Altan harus kehilangan ingatan, syaraf pada kakinya juga lumpuh sementara.
Habibah menerimanya dengan rasa berat hati namun yang terpenting baginya adalah Altan bisa kembali bersamanya. Tak masalah jika harus kehilangan ingatan, nantinya Habibah bisa mengajari semuanya lagi.
Disentuhlah tangan Altan yang membuat laki-laki itu menatapnya. Tatapan bingung dan penuh tanya, terpancar dari wajah Altan.
“Saya Habibah, istri kamu.”
Bibir pucat Altan mulai terbuka sedikit. “Habibah,” ucapnya pelan.
Habibah mengangguk sembari tersenyum tipis. “Iya, saya istri kamu.” Digenggamnya tangan Altan dengan erat.
“Dan kamu, Abiandra Altan Sarfraz,” lanjut Habibah. “Namamu, Altan. Dokter bedah teehebat di Indonesia, laki-laki hebat saya, suami saya, salah satu manusia yang sangat saya cintai.”
“Saya Altan,” ucap Altan.
Habibah tidak bisa menyembunyikan air matanya lagi, perempuan itu menangis dan langsung memeluk Altan erat. Altan yang dipeluk seperti itu hanya diam.
“Saya bersyukur kamu bisa kembali, saya bersyukur atas apa yang Allah kasih, saya gak masalah kamu hilang ingatan, cukup saya yang kamu ingat jangan yang lain,” ucap Habibah disela-sela tangisnya. “Cukup saya yang kamu ingat, jangan Zameena. Saya akan buang ingat itu dan gak akan saya kembalikan ke kamu.”
Di luar ruang inpa Habibah, ada Daren yang setia menunggu. Dia sempat melihat adegan mengharukan itu, bagaimana Habibah sangat menungunya untuk bangun dan sangat mencintai Altan.
Daren menimang-nimang ponsel yang ada di tangannya, apa harus dia menghubungi Althaf dan mengatakan keberadaan Altan? Atau dia cukup diam dan membiarkan Habibah mengurus semuanya seorang diri?
“Ya Tuhan...” frustasi Daren karena posisi dirinya sekarang.
Dia berjanji pada Althaf untuk tetap membantunya dan mencaritau keberadaan Altan namun dia juga terlanjut berjanji pada Habibah untuk tidak mengatakan pada siapa pun.
“Astaga!!” kaget Daren saat ponselnya berbunyi, bahkan laki-laki itu sempat menjatuhkan benda pipih berwarna hitam itu.
Ternyata panggilan masuk dari rekan Rumah Sakit, Daren lupa kalau hari ini dia ada jadwal sampai malam. Dia berdiri, hendak pamit pada Habibah namun urung, tidak mau mengganggu perempuan itu dengan Altan, akhirnya Daren pergi tanpa pamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trigonometri 2
Teen Fiction📌 Sekuel Trigonometri "Setiap detik yang aku habiskan, aku ingin menjadi cinta yang sempurna untukmu dan membuat cerita tanpa akhir bersamamu." 📌18 Mei 2023