Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.
Udah? Makasih 💞
Selamat membaca!
-
-
-
-
-
-Alfan bangun saat teleponnya berdering berkali-kali, dia mengusap wajah lalu memastikan ke jam dinding, pukul tiga dini hari, siapa yang menelepon jam segini? Pikirnya.
Alfan mengambil ponsel yang ada diatas nakas, tertera nama Shamsah di sana. Dia menggeser panel berwarna hijau lalu mendekatkan benda pipih itu ke telinga.
“Hallo?”
“Hallo, ini Kak Alfan. Saya Calista, temen Shamsah.”
Alfan mengerutkan dahi. “Ada apa?” tanyanya disela-sela rasa kantuk.
“Shamsah mabuk.”
Kalimat yang membuat kantuknya hilang seketika. “Sekarang kalian di mana?”
“Di club Everynight. Saya kirim alamatnya lewat chat.”
Chat masuk mengirim lokasi Shamsah. Alfan turun dari kasur, dia mengambil jaket dan kunci mobilnya lalu bergegas menjemput Shamsah. Jika boleh jujur, Alfan marah dan kecewa saat ini, bisa-bisanya Shamsah mabuk.
Jika Alif dan Laras tahun, pasti gadis itu langsung disidang tanpa ampun, pikiran Alfan juga tertuju pada Jane, kemana perginya Jane sampai dia lalai mengawasi pergaulan Shamsah.
Tak butuh waktu lama, Alfan sampai di alamat yang dia tuju. Alfan turun dari mobil dan menghampiri Shamsah yang dibantu berdiri oleh tiga temannya yang sama-sama mengenakan pakaian minim.
Calista langsung bersuara ketika melihat raut amarah dari Alfan. “Kak Alfan, maaf, kita gak tau kalo Shamsah bakal mabuk—“
“Saya tandai ya muka kalian bertiga.” Sela Alfan, dia langsung memasangkan jaket pada Shamsah dan menggendong gadis itu yang sudah tidak sanggup berjalan lagi.
Shamsah juga mengoceh tidak jelas saat ini.
“Wah gila, Kak Alfan ganteng banget,” ucapnya kemudian menangis. “Tapi sayang, sukanya sama Kak Kansa dan Kak Bulan. Dasar cowok! Suka tuh sama satu orang aja kenapa sih?!”
Alfan membuka pintu mobil, mendudukan Shamsah didepan, lalu memasangkan sabuk pengaman.
Dia berjalan memutari mobil lalu bergegas untuk mengantar Shamsah pulang, biarlah Alif yang menghukum putri nakalnya ini.
“Aduh perut aku mual,” oceh Shamsah. Alfan hanya diam, berusaha fokus menyetir.
“Gerah banget. Mamih tolong acnya nyalain.”
Alfan menggelengkan kepala, padahal mobilnya sudah dingin, apa karena efek mabuk? Pikirnya.
Shamsah membuka jaket yang menutup tubuhnya dengan susah payah, lalu membuangnya ke sembarang arah. Sekarang kulit putihnya terekspos nyata. Alfan berkali-kali dibuat istigfar oleh Shamsah.
Dia mengejap beberapa kali, dia baru sadar. Kenapa dirinya yang ditelpon tadi? Kenapa bukan Jane? Dia melirik Shamsah, kalo gadis itu acting, tidak mungkin ketiga temannya tadi panik dan tidak mungkin bau alkoholnya menyengat.
Alfan curiga, dia menghentikan laju mobilnya dan menepi. Dia menatap wajah Shamsah, dipukulnya pelan pipi itu dengan ponsel beberapa kali.
“Shamsah bangun! Jangan pura-pura.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Trigonometri 2
Teen Fiction📌 Sekuel Trigonometri "Setiap detik yang aku habiskan, aku ingin menjadi cinta yang sempurna untukmu dan membuat cerita tanpa akhir bersamamu." 📌18 Mei 2023