BAB 55. Kisah Yang Tak Sama

1.4K 296 161
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 

 







Habibah duduk di teras depan mushola Rumah Sakit, sesaat sebelumnya baru saja melaksanakan salat zuhur. Habibah telah memberikan surat pengunduran diri Altan pagi tadi pada Direktur Rumah Sakit, beliau tidak langsung melepas Altan begitu saja, malah mengatakan pada Habibah untuk kembali mempertimbangkan lagi, beliau juga menunggu Altan untuk datang sendiri saat dokter kesayangannya itu telah siap kembali .

Habibah menghela napas pelan, Ziel yang juga baru selesai salat zuhur, duduk di samping teman sejawatnya itu. Ziel juga tidak tau bagaimana keadaan Altan karena Habibah tidak mengatakan hal yang sebenarnya.

“Altan di rumah?” tanya Ziel sembari mengenakan kaos kakinya.

“Mas Altan masih di luar kota.”

Ziel mengangguk pelan.  “Saya gak bisa hubungin dia, nomornya ganti?”

“Iya, saya kirim nomor barunya ke WA kamu.” Habibah mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi chat, mengirim nomor baru Altan pada Ziel.

“Terus beneran mau ngundurin diri dari rumah sakit ini? Kenapa?” Ziel juga penasaran akan hal itu.

“Beliau pengen pindah kerja ke luar kota.”

Ziel melirik Habibah, dia tidak percaya dengan alasan itu namun tidak akan membahasnya lagi, Ziel merasa kalau hubungan Altan dan Habibah tengah mengalami hal sulit, dia juga pernah merasakan hal sulit saat tahun pertama pernikahan, jadi dia tidak akan ikut campur urusan rumah tangga teman dekatnya itu.

“Mau makan siang bareng?”

“Boleh tuh.” Habibah bergegas mengenakan sepatunya.

“Oke, praktik lagi gak sore ini?” tanya Ziel sembari berjalan bersama Habibah.

“Iya, hari ini sampe jam tiga.” Habibah juga sudah mengabari Altan kalau dia akan pulang terlambat,  dia lantas mengecek ponselnya, melihat pesan masuk yang belum sempat dibaca dari Altan dan Althaf.

Habibah baru sadar jika ternyata ada pesan masuk dari Althaf yang mengatakan kalau dirinya harus mengantar Kansa ke Rumah Sakit untuk membuka bidai di tangan yang sempat patah tulang.

Habibah menghentikan langkah, pesan dari Althaf sejak pukul sebelas siang dan dia baru sadar itu, pikiran Habibah melayang pada keadaan Altan.

Ziel juga menghentikan langkah, melihat Habibah yang tampak mengkhawatirkan sesuatu. “Kenapa?”

“Ziel, kayaknya saya pulang dulu deh.”

“Ada masalah?” tanya Ziel penasaran.

“Ada yang perlu saya cek di rumah.” Habibah kembali menyimpan ponselnya.

“Oh, oke.”

Habibah bergegas untuk pulang, dia takut Altan lapar dan butuh sesuatu sedangkan di rumah tidak ada orang.

Hafsah memeluk putranya dengan erat, Altan tersenyum dalam pelukan Mamanya.

“Mama kangen lho Bang,” ucapnya sembari melepas pelukannya dan menatap sang putra dengan haru.

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang