Bab 27. OKE!

1.2K 306 195
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 

 

 









Althaf mengeluarkan motor matic jadul milik Kakek Ummar, motor jadul yang dulu sering di pakai Hafsah untuk berangkat pengajian ataupun antar triplet ke sekolah TK, sekarang jarang sekali di pakai tapi pagi ini justru di keluarkan oleh Althaf. Entah ada rencana apa lagi itu bujang.

Kakek Ummar menatap cucunya yang berusaha menyalakan motor tersebut namun tak mau menyala.

“Udah rusak itu, pake motor kamu aja.”

“Oh no...no..no,” balas Althaf sambil terus berusaha menyalakan motor yang akhirnya bisa.

“Nah bisa, kan, biksu,” ucapnya penuh bangga. Kakek Ummar mengacungkan jempolnya.

Hafsah keluar sambil membawa paper bag berisi kotak makan yang akan dia berikan untuk Shamsah. “Ini buat Shamsah, ehh Abang kok pake motor itu?”

Althaf menerima paper bag tersebut lalu berkata, “Iya mau pake ini aja.”

“Tumben, ada misi apa pagi ini?” tanya Hafsah curiga.

“Biasanya kalo pagi begini, Mama Kansa tuh suka jalan-jalan deket lapangan. Tar kalo liat, mau Althaf boncengin.”

Hafsah tertawa, bisa-bisanya mau boncengin Mama Kansa pakai motor butut, mana mau.

“Dah sana berangkat, udah siang ini. Nanti Shamsah keburu berangkat syuting.”

“Alfan semalem bilang dia syuting di luar kota lho Ma.”

Hafsah tersenyum, dia sudah tau ceritanya dari suaminya pagi tadi, kasian kan Shamsah di rumah sendirian sedangkan Alfan dinas ke Bogor tanpa pamit ke Shamsah.

“Udah sana, pasti ada dia. Kamu juga padahal udah tau kan kalo Alfan semalem alasan doang.”

“Hehe, iya. Oke deh, Althaf berangkat. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Hafsah menatap kepergian Althaf, sejak suaminya cerita tentang Alfan dan Shamsah, dia tidak bisa berhenti memikirkan menantunya itu. Takut jika Shamsah benar-benar minta pisah dengan Alfan, Hafsah sebenarnya ingin pergi sendiri ke menemui Shamsah, namun takut jika menantunya itu justru canggung dalam situasi sekarang, akhirnya dia memutus Althaf untuk mengantarkan sarapan.

Diperjalanan, Althaf melajukan motornya dengan pelan, benar, kan, ada Mama Kansa yang sedang jalan sendirian, tangan kananya membawa plastik kresek berwarna putih, pasti isinya bubur ayam, tebak Althaf. Dia buru-buru mendekat.

Mama Kansa menoleh saat sepeda motor Althaf melaju lambat di samping kirinya. “Mau apa kamu?!” tanyanya galak. Althaf tak emosi, dia memberi senyum manisnya.

“Mama mertua—“

“Eh! Saya bukan mertua kamu,” tegurnya.

Althaf merapatkan bibirnya, keceplosan tadi, tapi emang sengaja sih manggilnya Mama mertua, latihan dulu.

“Sana pergi! Gangguin aja.” Usir Mama Kansa.

“Mau saya boncengin gak, Tante?”

“Gak usah,” balasnya ketus.

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang