Bab 12. Emang Mau?

1.1K 325 141
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

Udah? Makasih 💞

Selamat membaca!


-
-
-
-
-

-
-

Randi memijat kedua bahu Alif, sedangkan yang dipijat tengah memijat bahu Atlas. Tiga orangtua yang saling memijat, sedangkan Bagus baru saja datang dari arah dapur sambil membawa nampan berisi empat cangkir teh hijau serta beberapa camilan.

"Gue rasanya pengen masukin Shamsah ke pesantren, aja deh." Alif kembali curhat mengenai anak pertamanya itu.

Alif stres, sangat malah. Alif juga heran, putri pertamanya ini kenapa susah sekali diatur.

"Gue jadi inget masa remaja Althaf," Ucap Atlas.

"Iya bener," timpal Bagus. "Fasenya Shamsah hampir mirip kayak Althaf."

"Tapi kayaknya anak gue lebih parah deh." Alif geleng-geleng kepala.

Iya memang dulu nakanya Althaf tidak sampai main ke club malam dan tidak sampai mencoba merokok ataupun mencicipi minuman keras.

"Iya lo tau sendiri kelakuan lo gimana waktu muda." Randi berhenti memijat Alif dan beralih mengambil secangkir teh.

Alif melotot. "Heh! Gue waktu muda gak nakal kayak anak gue." Semprot Alif yang membuat Randi tertawa kecil.

"Canda ah Bapak Alif," balas Randi. Bisa-bisa dia ditendang Alif nanti kalau terus mengejek.

"Kalo kemarin bukan Alfan yang nolongin, mungkin sekarang Shamsah bukan lagi manusia." Alif benar-benar berterima kasih pada Alfan meski dirinya sendiri malu dengan kelakuan putrinya.

"Kasih saran dong, apa iya jalan terakhirnya gue masukin aja tuh anak ke pesantren?" Alif menatap satu persatu sahabatnya.

"Emang Shamsah gak bakal berontak?" tanya Bagus, yang pastinya sudah punya feeling kalau Shamsah bakal berontak. "Dia kan gak sepatuh Marwah," imbuhnya.

"Coba aja Lif, ngomongnya tapi ya kudu pelan-pelan. Secara sifat Shamsah kan begitu," sambung Atlas.

"Nikhin aja, Lif."

Alif melotot pada Randi yang memberinya saran agar menihkahkan putrinya.

"Itu bukan solusi, Dora."

Randi mengerutkan dahi. "Eh... Gak percaya, udah sih. Ikutin aja saran gue," balasnya.

Alif menghela napas. "Ran, menikah itu ibadah paling panjang, lo kan juga tau. Terus nikah itu bukan kayak kita beli cilok terus udah, terlebih ini Shamsah masih muda banget. Iya kalo sifatnya sedewasa Atlas sama Hafsah, dulu. Ngeri sendiri gue bayangin anak gue nikah."

"Iya memang sih," balas Randi. "Tapi ya nikah sama yang bisa bimbing dia dong."

"Alif ada benernya sih Ran, takut malah jadi gak karuan pernikahannya," timpal Atlas.

Bagus mengerjap, penolakan Alif memang masuk akal, jangan sampai pernikahan yang harusnya menjadi ibadah, justru rusak begitu saja karena ego masing-masing.

"Mau gak gue kenalin sama anak sahabat gue?" tanyanya pada Alif.

"Lo kok yang ngebet nikahin anak gue sih?" tanya balik Alif yang melihat Randi bersemangat membahas pernikahan untuk Shamsah.

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang