Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.
Udah? Makasih 💞
Selamat membaca!
“Ini bisa terjadi karena efek samping akibat kecelakaan yang pasien alami, benturan kepala terlalu keras dan menyebabkan dia tidak dapat bicara, ini disebut juga dengan speech impairment atau tuna wicara.”
Penjelasan dari Dokter membuat Hafsah dan Atlas sama-sama tediam, pukulan berat untuk mereka berdua. Hafsah merunduk, dia berusaha untuk kuat namun rasanya begitu menyakitkan.
“Apa itu artinya putra kami mengalami tuna wicara untuk selamanya?” tanya Atlas dengan suara setenang mungkin, padahal hatinya hancur berkeping-keping.
“Dengan berat hati saya mengatakan, iya,” balas Dokter yang membuat suara tangis Hafsah pecah.
“Untuk pendengaran Alfan, apa boleh saya meminta agar putra saya menjalani tes pendengaran lagi?”
Dokter mengangguk. “Tentu, Pak. Kami akan menjadwalkan tes untuk pasien.”
Setelah berbicara panjang lebar dengan Dokter, Hafsah dan Atlas keluar dari ruangan tersebut, di luar ruangan sudah ada Althaf dan Kansa yang menunggu.
“Ma, Pa, gimana?” tanyanya dengan penuh rasa khawatir.
Kansa yang melihat Mama mertuanya menangis, dia langsung memeluknya sedangkan Atlas menepuk bahu Althaf.
“Sabar ya, ini ujian untuk Alfan dan kita semua.”
Althaf mengerutkan dahi. “Maksud Papa, Alfan beneran gak bisa denger lagi?”
Atlas mengangguk pelan dan itu langsung membuat Althaf kembali angkat suara, kali ini laki-laki itu mengeluarkan rasa kecewa, amarah, dan tangis secara bersamaan.
“Gak mungkin, ini pasti salah. Ayo Pa, kita pindahin Alfan ke rumah sakit lain, kita cari dokter terbaik di dunia, kita cari biar mereka bisa pastiin Alfan kalo Alfan masih bisa bicara. Althaf punya banyak uang untuk bayar dokter—“
“Althaf, tenang!” tegur Atlas saat putranya berbicara dengan menggebu-gebu tanpa jeda.
Napas Althaf memburu, dia memalingkan wajah dari Papanya, air matanya terus mengalir. Kansa melepas pelukan Mama mertuanya, kemudian beralih pada sang suami, dia menghapus air mata Althaf dengan tangan kirinya, perempuan itu juga tidak bisa menahan tangisnya.
Althaf merunduk, dia memeluk sang istri sembari menangis. Dia gagal menjadi kuat, dia menangis dihadapan Kansa dan orangtuanya.
Atlas dan Hafsah meninggalkan Kansa bersama Althaf lalu bergegas menuju kamar inap Alfan.
Alfan ditemani oleh Mamih dan Papih, laki-laki itu diam di atas ranjang sambil menatap ke arah sang istri yang masih berbaring tidak sadarkan diri. Laras dan Alif berusaha mengajak Alfan komunikasi lewat tulisan, namun menantunya itu hanya tetap diam.
“Alfan? Apa ada yang sakit selain dibagian telinga?”
“Alfan, bayi kamu selamat kok, kita tunggu Shamsah siuman ya? Sambil makan ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Trigonometri 2
Teen Fiction📌 Sekuel Trigonometri "Setiap detik yang aku habiskan, aku ingin menjadi cinta yang sempurna untukmu dan membuat cerita tanpa akhir bersamamu." 📌18 Mei 2023