BAB 30. Sekali Lagi

1.3K 321 256
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 

 

 







Altan mengajak Habibah duduk bersama di sebuah Kafe, Altan benar-benar tidak menyangka jika hari ini akan bertemu dengan Habibah di toko roti Zameena dengan posisi dia baru saja menjemput Zaena.

“Bibah...”

“Sampai kapan?” tanyanya Habibah tanpa menatap Altan, tatapannya tertuju pada kendaraan di jalam raya sana yang tengah terbalalu lalang.

“Sampai kapan kamu mau diam-diam terus berhubungan dengan Zameena dan putrinya?”

“Habibah, kamu salah paham.”

Habibah tersenyum lalu menatap Altan. “Kamu pikir saya gak tau? Saat di Mall, kamu bilang kamu punya urusan dan ternyata urusanmu itu dengan Zameena, tempo hari saat kamu gak bisa saya hubungi, kamu di rumah Zameena, kan? Kamu ajarin putrinya naik sepeda, hari ini kamu jemput Zaena, dan Abi? Zaena panggil kamu Abi, lalu posisi Zameena di mana dan posisi saya di mana?” Habibah bertanya dengan tegasnya dan setelah iti terdengar helaan napas dari bibirnya.

Sekuat hati Habibah menahan emosi dan air matanya. “Kamu gak sadar, sepuluh hari lagi kita menikah. Saya Cuma mau tau apa yang terjadi anatar kalian tolong jangan bohongi saya terus menerus.”

“Saya minta maaf,” ucap Altan, mata laki-laki itu pun mulai berkaca-kaca. “Zameena memang masa lalu saya, alasan saya dekat dengannya karena Zaena. Saya kasihan sama Zaena karena dia tumbuh tanpa sosok Abi.”

“Yang kamu anggap kasihan itu, bikin Zameena salah paham, Dokter Altan.”

“Bibah, demi Allah. Saya tidak punya hubungan lebih dari apa yang kamu pikirkan.”

“Tapi kamu punya niat seperti apa yang saya pikirkan,” balas Habibah.

Altan bungkam, dia hanya mampu menatap calon istrinya itu. Dan penjelasan Altan membuat Habibah kembali berpikir ribuan kali untuk hubungan mereka, Altan yang mendadak menjadi laki-laki tanpa pendirian, membuat Habibah ragu.

Habibah menatap cincin yang tersemat pada jari manisnya. “Saya harus gimana?”

“Tolong percaya sama saya,” balas Altan.

“Rasa percaya saya sama kamu udah habis.”

Bukan karena sekarah, namun Habibah tidak ingin hati Altan terbagi, bertahan pun membuatnya sakit. Dia tak mau mengalah pada sebuah masa lalu yang harusnya sudah terkubur, namun dia bingung harus melangkah ke arah mana.

“Saya gak mau ngalah dari Zameen tapi saya juga gak bisa kalo harus bertahan dengan keadaan seperti ini.”

Mendengar penuturan itu,  Altan semakin lekat menatap Habibah, dia takut Habibah mengatakan kata perpisahan.

Habibah menarik napas panjang dan mengembuskannya pelan, dia mencoba untuk menunjukkan senyumnya meski tipis sebelum mengatakan, “Dokter Altan, jangan menularkan penyakit pada orang yang gak sakit.”

Altan mengaku salah. Salahnya karena hatinya terlalu lemah sampai akhirnya dia kembali membuka buku yang telah dia tutup.

Habibah dan Altan saling diam cukup lama,  sampai akhirnya Habibah melepas cincin pertunangannya. Ini jalan akhir yang dia temui, melepas meski tak mau namun jika bertahan dia akan lebih tersakiti melihat cinta Altan pada Zameena lebih besar dari padanya untuknya.

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang