BAB 32. Nunggu Giliran

1.2K 322 148
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 



 

 

 

Setelah acara pernikahannya selesai, Habibah ikut pulang ke rumah Altan meski Uminya mengatakan agar dia tinggal di rumah orangtuanya saja tapi Habibah bilang dia ingin tinggal di rumah orangtua Altan untuk beberapa waktu.

Kini Habibah berada di dalam kamar Altan, kamar yang tidak terlalu besar tapi cukup rapi, ada rak buku minimalis di sudut kamar, meja kerja disampingnya, kasur dengan ukuran yang tidak terlalu besar serta lemari pakaian. Dia juga sudah menata beberapa pakaiannya lalu di masukan ke dalam lemari milik Altan.

Habibah duduk ditepi kasur, kedua bola matanya masih mengamati setiap sudut kamar Altan sedangkan suaminya masih bersih diri. Rumah keluarga Altan memang tak sebesar rumahnya namun rasa nyaman, hangat, dan nyaman itu begitu terasa.

Habibah juga akhirnya mengerti, kenapa Abinya begitu senang saat Atlas akan menjadi besannya, karena menurut yang Habibah dengar, Atlas adalah orang yang sederhana meski dia salah satu raja bisnis di Indonesia.

Pintu kamar diketuk beberapa kali, Habibah bangkit lalu membuka pintu. Ternyata Altan, suaminya itu tersenyum dengan handuk kecil yang menutup kepalanya. Habibah membuka pintu lebih lebar agar Altan bisa masuk, lalu kembali menutupnya saat suaminya sudah berada di dalam kamar.

Altan menaruh handuknya di gantungan belakang pintu lalu duduk di tepi kasur, Habibah duduk di kursi kerja Altan, dia mengambil ponsel dan sibuk dengan benda itu membuat Altan bertanya.

“Lagi chat sama siapa?”

“Umi,” balas Bibah singkat.

“Sini.” Dia menepuk-nepuk sisi kosong sebelahnya. Habibah tampak ragu-ragu namun akhirnya menurut, dia meletakan ponsel dsn duduk di samping Altan.

“Capek?” tanya Altan dengan tatapan tulusnya.

“Lumayan,” balas Habibah tanpa menatap suaminya. Jujur saja, dia grogi karena ini benar-benar pertama kalinya berdua bersama Altan di ruang tertutup, meski sebelumnya memang sering pergi berdua, itu kan ke tempat ramai dan mengurus masalah pernikahan.

Altan mencubit pelan pipi Habibah, membuat istrinya itu sedikit menjauh. Habibah Kaget, grogi, malu  pokoknya campur aduk. Tingkah istrinya membuat Altan gemas sendiri jadinya, Altan juga sebenarnya grogi, namun ketutup sama sikapnya yang tenang.

“Bibah.”

“Ya” balas Habibah singkat.

Altan tersenyum, Habibah sejak tadi tidak menatapnya. “Hadap sini dong, suaminya ditatap kalo lagi ngomong.”

Perlahan,  Habibah menatap Altan lalu perempuan itu tersenyum saat melihat Altan. “Saya kok grogi ya,” ucapnya yang membuat Altan tertawa.

“Beneran, ini detak jantung saya tuh bunyinya kenceng banget.”

“Saya denger,” balas Altan membuat Habibah membulatkan mata.

“Masa sih Mas? Kedengaran?” tanyanya tidak percaya.

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang