Bab 22. Jangan Bohong

1.1K 310 104
                                    


Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 









 

 

 

“Kansa, dipanggil Pak Gazha di ruangannya.”

Kansa menoleh saat Dila—rekan kerja timnya menghampiri tadi.

“Oke.” Dia bergegas meninggalkan perkerjaannya lalu berjalan menuju ruangan Gazha.

Kansa bekerja di salah satu perusahaan manufakur yang cukup besar, dia berada dibawah kendali tim divisi pemasaran expor. Kansa mengetuk pintu yang terdapat tulisan “manager pemasaran”

Terdengar suara Gazha yang menyuruhnya masuk. Kansa membuka pintu dan di sambut senyuman oleh laki-laki yang kin menjadi kekasihnya. Jika ditarik pada ingatan beberapa hari lalu saat Kansa memutuskan untuk menerima Gazha, dia masih tidak percaya pada diri sendiri.

Gazha mengajak Kansa untuk makan malam di salah satu restoran bintang lima, awalnya Kansa menolak karena takut jika ada teman kantor yang melihat namun Gazha bilang itu tidak masalah.

Awal obrolan mereka dibuka dengan perbincangan tentang menu makanan yang mereka pesan, yang ternyata cukup enak, dan Gazha mulai bertanya tentang hubungan Kanasa dan Althaf.

“Saya penasaran, apa benar kalian pacaran?”

Kansa mengerjap, dia tau arah pembicaraan ini pasti akan berakhir dengan Gazha yang akan kembali menyatakan rasanya.

“Sebenarnya enggak, kami Cuma teman dekat dari kecil.”

Kansa memilih jujur dari pada nanti dia jawab bohong, justru Althaf telah menemukan perempuan lain.

Dari jawaban Kansa, sudah diprediksi bahwa senyum bahagia terbit dari bibir Gazha, kesempatan besar untuk laki-laki itu kembali meyakinkan Kansa bahwa dia mampu untuk memberikan kebahagiaan untuknya.

“Jika kalian pacaran pun, pasti akan sulit. Latar belakang Althaf bakal buat kamu sulit, Kansa lebih baik kita hidup dengan seseorang yang punya latar belakang sama dengan kita karena rasa senasib itu akan membuat pondasi hubungan lebih kuat lagi.”

Kansa mencerna setiap kata yang keluar dari bibir Gazha, Gazha memang ada benarnya. Terlebih Althaf terlahir dari keluarga kaya raya. Mamanya juga tidak suka dengan Althaf dan keluarganya.

“Kansa.”

Perempuan itu tersadar dari lamaunannya. “Iya?”

“Apa kamu mau, memulai hubungan dengan saya?  Saya gak main-main sama kamu, saya serius dengan hubungan ini.”

“Tapi saya—“

“Perlu waktu berapa lama lagi untuk berpikir?” tanya Gazha.  “Gak ada salahnya untuk memulai dengan saya, Kansa.”

“Kansa?”

“Hmm?” Kansa mengerjap. “Iya?” ucapnya lagi.

“Nanti malam bisa kita pergi makan bareng?”

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang