Bab 5. HyBe GirL

1.3K 375 235
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

Udah? Makasih 💞

Selamat membaca!

-
-
-
-
-
-




 

 

Habibah ikut merasa bahagia saat berada ditengah-tengah keluarga Altan, setelah makan malam, dia ikut mengobrol dengan orangtua Altan dan juga Kakek, Nenek, yang ikut hadir.

“Oh iya, Kak Habibah, kenapa sih selalu kasih cup cake ke pasiennya?” tiba-tiba Hasna mengajukan pertanyaan dadakan pada Habibah disela-sela obrolan mereka.

“Biar pasienku yang semuanya anak-anak, gak takut kalo pergi ke dokter,” jawab Habibah dengan senyum.

Althaf menatap dokter cantik yang duduk di sebelah adiknya itu, kemudian menatap Altan yang duduk di sebelah Alfan. Senyumnya mengembang saat tau jika kembarannya sempat curi-curi pandang pada Habibah.

“Dokter Habibah udah nikah?”

Pertanyaan itu membuat semua pasang mata menatap ke arah Althaf. Dan laki-laki itu juga tidak bisa lepas dari tatapan tajam Altan. Udah tau belum nikah tapi pakek tanya segala.

Habibah menggeleng pelan, rasanya mendadak sedikit kaku saat ingin menjawab pertanyaan dari Althaf.

“Kamu pake tanya segala, kenapa? Naksir?” tanya Kakek Atha pada cucunya itu.

“Enggak, maksudnya, kebetulan belum nikah. Itu ada Altan yang masih jomlo.”  Althaf kembali melirik Altan yang ternyata tatapan kembarannya itu makin menyeramkan aja.

Habibah menatap jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, dia memilih pamit dari pada pembahasan Althaf makin ke sana dan ke sini. Canggung jawabnya.

Altan mengantar Habibah sampai ke mobil perempuan itu.

“Makasih ya, Tan,” ucapnya tulus.

“Saya antar sampe rumah, ya?” tawar Altan untuk kesekian kalinya. Habibah menggeleng.

“Enggak usah.”

“Beneran?”

Habibah mengangguk. “Saya pulang ya.” Habibah membuka pintu.

“Bibah bentar.” Altan mencegah saat perempuan itu hendak masuk ke dalam mobilnya.

“Iya?”

Altan mengambil sesuatu dari saku celananya, gantungan kunci berbentuk kepala kucing. “Buat kamu.”

Habibah tersenyum lalu menerimanya. “Lucu banget,” ucapnya sambil menatap gantungan kunci yang Altan kasih. “Kok tumben kasih hadiah, ada apa nih?” Habibah menatap Altan, laki-laki itu tersenyum.

“Cuma pengen ngasih aja, aku juga punya.”

Jawaban Altan membuat Habibah semakin ingin memilikinya, tingkah Altan akhir-akhir ini manis padanya, ya meski kadang-kadang juga dingin karena sifat aslinya memang begitu. Namun kali ini Altan seperti bukan dirinya.

“Tan?”

“Hmm.”

“Kamu gak kerasukan jin, kan?”

“Astagfirullah, tanyanya!” Altan menyentil dahi Habibah pelan, membuat perempuan itu menyentuh dahinya.

“Ya lagian pake kasih gantungan lucu kayak gini, tumben amat. Kan, jadi merinding.”

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang