BAB 42. Sandiwara Rasa

1.4K 330 343
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 

 

 
















Melihat perlakuan Althaf yang sangat tulus pada Kansa, membuat hati kecil Habibah merasa nyeri, kenapa Althaf bisa setulus itu tapi Altan justru sebaliknya? Hanya pura-pura. Iya, kini dia tengah berada di tengah-tengah keluarga Altan karena mendapat kabar dari Mama mertuanya bahwa Kansa mengalami kecelakaan.

Habibah datang seorang diri, dia hanya mengirim pesan singkat pada Altan untuk memberitahu kabar tersebut namun suaminya membalas bahwa dia akan datang setelah praktiknya selesai  nanti. Kejadian bertemu Zameena siang lalu tidak dia bahas dengan Altan, dia ingin mengikuti alur permainan Altan.

Sakit sekali rasanya ketika kesempatan yang dia berikan ternyata disia-siakan oleh Altan, pikirannya sedikit kacau dan cukup membuat dirinya tanpa sengaja berkali-kali melamun membuat Mama mertuanya menyadari kalau menantunya yang satu ini seperti tengah menopang beban berat.

Habibah tersadar dari lamunannya saat Hafsah menyentuh telapak tangan Habibah, dia tersenyum menatap Mama mertuanya. “Iya Ma?”

“Kamu kenapa, Mama perhatiin dari tadi kok kayak mikirin sesuatu?” tanyanya lembut. Hafsah juga kerap kali curiga, mengingat Habibah yang lebih sering datang sendirian tanpa Altan, ya meski beliau tau Altan sibuk namun bukankah ini sedikit mengganjal baginya.

“Oh itu, Mba Kansa, saya kepikiran aja.” Bohong Habibah.

“Altan baik, kan, sama kamu?” entah mengapa Hafsah terpikir Altan, mengingat sebelum menikah, putranya pernah membuat masalah. Dia takut jika Altan membuat Habibah sakit hati.

Hafsah tau, harusnya dia tidak boleh mencampuri urusan pernikahan putranya, namun jika dirasa ada yang salah, dia harus membenarkannya agar tidak terjadi kekacauan yang mengharuskan perpisahan itu terjadi.

Altan, betapa percayanya Hafsah jika putra keduanya itu mampu membawa rumah tangganya pada surga yang di rindukan, namun bolehkah Hafsah sedikit meragu jika melihat menantunya yang sering datang seorang diri dan melamun ditengah-tengah keramaian.

“Mas Altan, baik kok Ma tapi.” Habibah mengjeda kalimatnya, dia tersenyum pada Mama mertuanya. “Sepertinya saya yang kurang baik buat Mas Altan.”

Hafsah tidak langsung menjawab, dia menatap tulus kedua bola mata menantunya. Ada apa? Kenapa Habibah menyorotkan rasa lelah?

Tepat saat ingin membuka suara, Hafsah harus mengalah karena Altan yang ternyata datang dan langsung mencari istrinya. Hafsah menatap Altan yang tampak terengah-engah, putranya itu langsung menarik tangan Habibah dan membawanya ke kamarnya.

Habibah melepas genggaman tangan Altan setelah sampai di kamar Altan. “Kamu gak sopan, tadi itu ada Mama!” tegur Habibah dengan wajah kesal.

Altan tak langsung menjawab, dia justru mencari sesuatu disaku rok Habibah, membuat istrinya itu terkejut.

“Mas ngapain?”

Altan menggenggam kunci mobil milik Habibah. “Saya cari ini, kamu.” Jeda sekian detik. “Gak akan bisa pergi dari saya.”

Trigonometri 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang