Sebelum menjabat sebagai CEO SF Group, Saddam dahulu bekerja untuk salah satu perusahaan BUMN sebagai Sekretaris Direktur. Ya, saudara-saudara, kalian tak salah baca. Sebelum menjadi bos, Saddam pernah menjadi sekretaris direktur.
Saddam bekerja dengan giat dan ikut hampir ke mana pun perginya Direktur—yang mohon maaf agak sedikit bau balsem—yang tegasnya minta ampun. Beliau adalah tipe-tipe Bos yang santai tapi jangan diremehin kalo tidak mau kena sleding.
Saddam banyak belajar dari pimpinannya kala itu. Jadi, saat dia diberi kepercayaan oleh pihak keluarga untuk melanjutkan bisnis perusahaan, maka Saddam pun sering menjiplak sifat dan sikap bosnya dahulu—kecuali urusan bau Balsem.
Mohon maaf, Om. Orang-orang harus tau perjalanan hidup saya soalnya …
Ya, jadi bosnya dahulu adalah pamannya sendiri. Terkesan menggunakan orang dalam?
Memang!
Koneksi adalah segalanya.
Apa? Mau protes?
Saddam diberi tawaran untuk bekerja sebagai sekretaris bukan tanpa alasan. Laki-laki ini sangat disiplin waktu. Tingkah lakunya juga baik. Sedari masih kuliah dia aktif dalam organisasi. Jadi, Omnya itu—Sori, Om. Dibahas mulu, nih—memberi kesempatan agar Saddam mendapatkan pengalaman kerja terlebih dahulu.
Saddam pun tanpa pikir panjang ikut menjalani tes di BUMN tersebut untuk posisi sekretaris yang kebetulan kosong. Sesuai dugaan: dia lulus tes. Entah memang sesuai standar atau malah dibantu dari belakang oleh pamannya itu. Saddam tidak tahu pasti. Tapi, ia yakin keterampilan dan pengetahuannya mumpuni.
Saya berjuang lho buat dapetin posisinya, nggak ngandelin orang dalam!
Awas aja pada suudzon sama saya!
Saddam mendapatkan pengalaman bekerja sebagai SekDir lebih kurang tiga tahun lamanya. Merasa cukup dengan tiga tahun pengalaman itu, Saddam memutuskan resign.
Dia memilih melanjutkan studi Strata dua. Butuh waktu dua tahun untuknya agar berhasil mendapatkan gelar MBA.
Master of Business Administration.
Gelar itu sangat membantunya untuk menduduki posisi CEO. Sekalipun perusahaan tempatnya bekerja sekarang adalah perusahaan milik keluarga, Saddam tetap saja harus bekerja keras untuk mencapai standar seorang pemimpin.
Oke, balik lagi. Setelah mendapat gelar itu, dia tidak langsung menerima jabatan CEO. Laki-laki itu sempat melamar pekerjaan di anak perusahaan SF Group untuk posisi Manajer Penjualan. Dan lagi-lagi, dia diterima.
Ya, harap maklum. Memangnya ada yang berani menolak lamaran anak komisaris perusahaan?
Saya, kan, calon penerus bisnis keluarga.
Gak bermaksud sombong, loh yaaa ...
Kurang lebih dua tahun menduduki jabatan Manajer Penjualan untuk anak perusahaan yang terletak di Surabaya, Saddam akhirnya mendapat hilal CEO juga.
Susilo Fernandez mengaku sudah sepuh untuk memimpin perusahaan. Maka dengan serangkaian adat-istiadat turun-temurun di keluarga mereka, Saddam pun dinobatkan menjadi penerus SF Group.
Tepat pada usianya yang memasuki kepala tiga, dia pun berhasil duduk di kursi empuk dengan papan nama bertuliskan:
Saddam Fernandez
Chief Executive Officer
![](https://img.wattpad.com/cover/316539722-288-k968583.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Selfie Dulu, Pak!
ChickLitSebenarnya, Saddam dan Irene tidak cocok untuk dikatakan sebagai bos dan karyawan. Keduanya gemar menjahili satu sama lain. Bahkan kejahilannya bisa sampai tingkat 'hehehe' alias tidak terdeteksi lagi levelnya. Barangkali, Saddam terlalu sering mend...