"Apa-apaan ini!"
#PakSadGakPunyaHati
#InfoTukarBos*
Orang bilang, tak kenal maka tak sayang, kalau udah sayang tolong jangan ditendang. Oke, mari kita sambut dulu, salah satu tokoh utama dalam cerita ini. Pak Bos Maha benar!
Namanya Saddam Fernandez. Anak sulung dari keluarga konglomelarat, eh, konglomerat. Ah, tidak, tidak. Rasanya terlalu berlebihan menyebut keluarga mereka demikian. Bisa dibilang, keluarga Fernandez ini golongan keluarga biasa. Cuma tipe keluarga yang hanya bisa liburan ke Hawaii di awal bulan, dan pergi ke Jepang di akhir bulan. Kalau sedang musim penghujan, palingan sekadar tinggal di rumah menonton OVJ ditemani Caviar. Ah, maksudnya cuma ditemani emping atau rengginang—yang diletakkan di atas piring emas.
Tidak mewah, bukan? Standar saja.
Apa?
Pamer?
Mana mungkin! Ini, tuh, namanya merendah untuk diinjak. *Ehh. Merendah supaya tidak terkesan sombong gitu, ya, kan ….
Lagipula, Saddam jujur, kok. Keluarga mereka itu sebenarnya sederhana aja kayak rumah makan. Hidup santai. Bukan yang serius banget.
Ayahnya bernama Susilo Fernandez. Baru saja lepas jabatan di perusahaan. Walau begitu, sosoknya masih sering juga mondar-mandir di kantor untuk sekadar memantau. Ibunya sendiri bernama Widyawati Juniar. Seorang sosialita rendah hati. Dia punya bisnis restoran yang sudah tersebar di beberapa kota di Indonesia. Selain itu, Widya juga punya perkebunan aren yang lumayan luas juga, terletak di Tanah Datar, Sumbar. Dibandingkan sang ayah, ibunya yang lebih aktif dalam berbisnis saat ini.
Saddam sendiri sudah memasuki dunia bisnis sejak masih berusia dua puluh dua. Tepat setelah dia menyelesaikan pendidikan Strata satu di salah satu universitas terbaik Indonesia.
Sebelum menjabat sebagai CEO SF Group, Saddam dahulu bekerja untuk salah satu perusahaan BUMN sebagai Sekretaris Direktur. Ya, saudara-saudara, kalian tak salah baca. Sebelum menjadi bos, Saddam pernah menjadi sekretaris direktur.
Saddam bekerja dengan giat dan ikut hampir ke mana pun perginya Direktur—yang mohon maaf agak sedikit bau balsem—yang tegasnya minta ampun. Beliau adalah tipe-tipe Bos yang santai tapi jangan diremehin kalo tidak mau kena sleding.
Saddam banyak belajar dari pimpinannya kala itu. Jadi, saat dia diberi kepercayaan oleh pihak keluarga untuk melanjutkan bisnis perusahaan, maka Saddam pun sering menjiplak sifat dan sikap bosnya dahulu—kecuali urusan bau Balsem.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Selfie Dulu, Pak!
HumorSebenarnya, Saddam dan Irene tidak cocok untuk dikatakan sebagai bos dan karyawan. Keduanya gemar menjahili satu sama lain. Bahkan kejahilannya bisa sampai tingkat 'hehehe' alias tidak terdeteksi lagi levelnya. Barangkali, Saddam terlalu sering mend...