Part 40

4.6K 374 57
                                    


Seminggu setelah pembahasan pernikahan lewat panggilan telepon, hubungan Saddam dan Irene terasa semakin erat.

Sudah diputuskan bahwa acara pernikahan akan dilakukan tahun depan sekitar bulan Maret atau April, mengingat sekarang akhir bulan Oktober—yang artinya juga semakin dekat dengan penghujung tahun—di mana kegiatan kantor lagi sibuk-sibuknya, jadi, baik Saddam maupun Irene harus tetap fokus kerja.

Irene berada di ruang rapat saat ponselnya terus menerus berdering.

Dia terpaksa menghidupkan mode don't disturb supaya laki-laki—ekhem, calon suaminya—itu, tak dapat menghubungi. Masalahnya, Saddam sudah menelpon sejak pagi-pagi buta, untuk sekadar mengucapkan kata-kata penuh makna yang Saddam akui dia dapatkan dari Gerald—sang pujangga cinta. Irene sudah mulai pusing menanggapinya.

"Karena pengaruhnya itu besar banget, makanya gak heran kalau ada perusahaan yang memanipulasi laporan keuangan mereka." Irene beropini begitu mereka selesai rapat, dan malah membahas praktik manipulasi Lapkeu yang pernah terjadi di dunia, termasuk Indonesia.

"Mau coba ikut manipulasi begitu, Bu? Kayaknya saham kita akan makin tinggi harganya," gurau salah satu staff.

"Ngapain? Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga."

Feri menyahut, "Lagian, paling sahamnya naik bentar doang. Kalau udah ketahuan, bisa langsung jatuh tersungkur kita. Yang ada malah bangkrut dan jadi pengangguran massal. Mau?"

Semua tertawa. Mana ada yang mau dipecat dan jadi pengangguran. Masih ada cicilan motor sama mobil yang harus dilunasi. Masih ada lahan yang harus digarap untuk dibikin kebun sawit yang artinya butuh banyak modal. Masih ada rumah yang harus dibangun demi keluarga kecil nanti. Masih ada pula istri orang yang harus mereka kasihi setiap hari. *Ehh

Irene ikut terkekeh. "Lagipula, kondisi keuangan ASA sudah sangat stabil. Kalau mau modifikasi neraca keuangan demi mendapatkan penilaian kinerja keuangan yang positif, ASA tidak perlu repot menipu, karena kita sudah diakui kredibilitasnya sedari dulu."

Mereka semua setuju. ASA selama ini selalu berada di posisi aman, walau banyak sekali perusahaan lain iri hati yang acapkali menyenggol ASA dengan berbagai isu tak berarti. Beruntungnya, bos mereka ini punya seribu cara seksi membuat mereka musnah bak dihantam badai tsunami.

Padahal Irene hanya sekadar memberi peringatan dengan caranya sendiri, seperti mengirimkan rahasia para 'penyenggol' yang ada di tangannya, dengan sedikit kata-kata manis—baginya; tarik semua isu, atau kamu saya musnahkan? Yang lantas membuat mereka segera meminta maaf atas tindakan 'mengerjai' ASA company lewat pemberitaan tak berdasar.

Ah, beruntungnya Irene masih mempunyai George yang membantu mencaritahu segala rahasia perusahaan penghujat itu. Jadi, ia punya kunci untuk menundukkan mereka.

Mengenai George, Irene sudah tau bahwa laki-laki itu yang mengambil foto Saddam dan Chelsea. Irene maklumi dan tidak merasa marah. Ia menyadari sesuatu yang terjadi selalu ada alasan di baliknya, bukankah Tuhan memang sudah menggariskan segala kejadian di alam semesta?

Irene hanyalah satu dari sekian manusia yang jadi pemeran utama di hidupnya sendiri. Mungkin memang kisah seperti ini yang disiapkan untuknya. Apa pun itu, pada intinya saat ini Irene sudah merasa bahagia atas apa yang dimiliki.

"Mengenai ghatering sudah sepakat nanti kita adakan di Raja Ampat. Agak mendekati akhir tahun, sekitar desember. Pokoknya dari Sparkle harus menyempatkan hadir, ya?"

Semua manggut-manggut.

Feri, Ida, dan beberapa staff masih setia duduk di ruangan. Hari yang mendekati makan siang tak mereka pikirkan, yang penting berbincang sekaligus menambah wawasan bersama bos besar yang jarang sekali senggang bisa dilaksanakan dengan amat khidmat.

[✓] Selfie Dulu, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang