" ... kebakaran melanda salah satu pabrik bahan pangan milik SF Grup di Bukittinggi, pukul empat dini hari tadi. Dari kejadian itu, dua unit sepeda motor, yang berada di dalam pabrik itu juga tidak bisa diselamatkan. Sementara beberapa orang yang mengalami luka bakar dilarikan ke Puskesmas Nilam Sari.Tiga unit Damkar Bukittinggi dibantu unit Damkar Agam dan Padang Panjang, dengan sigap segera melakukan pemadaman api di lokasi. Dalam waktu satu jam, api pun berhasil dijinakkan. Untuk proses evakuasi tim damkar pun juga dibantu Satpol PP, Tagana, PMI, Dinkes dan PLN. Menurut laporan tidak ada korban jiwa dalam kebakaran ini. Tapi, kerugian yang dialami SF grup ditaksir mencapai puluhan juta rupiah ..."
Renal memutar video berita yang tayang live tadi pagi.
Sonya yang keluar dari pantry merasa risih sekali mendengar suara dari ponsel Renal. "Mas Renal ngulang beritanya mulu, heran!"
"Salah emangnya?"
"Salah banget." Belum sempat Sonya menyahut, rupanya ada satu orang yang berpikiran sama dengannya. Itu Anggun. "Mas sengaja banget mau lihat presenternya, ya? Siapa itu namanya? Ika? Kartika?"
"Yessica," serobot Renal, cepat. Tidak ingin news anchor favoritnya diganti nama oleh teman satu ruangan itu. Lalu dia kembali melihat ponsel, tidak mendengarkan berita sebenarnya, dia hanya ingin melihat wajah Ica. Perempuan dengan balutan blazer hitam itu cantik sekali. Renal memang sudah lama jadi penggemarnya. Satu-satunya alasan Renal mau menonton berita alih-alih mengganti saluran lain saat jeda pariwara televisi adalah untuk menonton Yessica Karmela seorang.
"Bukannya ikut berduka denger beritanya, eh, dia malah senyam-senyum," ucap Anggun lagi. Perempuan dengan riasan tebal itu sedari tadi berdiri di depan lemari arsip dan mengecek beberapa ordner di sana.
"Tau tuh, kita rugi," sahut Ocha pula yang baru kembali setelah menghadap Mbak Ririn. Di tangannya ada satu rim kertas yang kemudian ditaruh ke meja kerja.
"Ocha buatin kopi, dong!" teriak Sena tiba-tiba dari arah pintu masuk, yang membuat sang empunya nama jadi mendengus.
"Dikira Ocha pembantu?!"
Sena terkekeh. "Nggak dong, Ca. Simulasi sebelum jadi istri Mas, ya?"
"Istri gundulmu!"
Mitha yang sedang menggunakan mesin printer mengintip di sela partisi. Dia tersenyum saja melihat Sena yang dengan jahil menarik kunciran rambut Ocha.
"Jelek diikat, ih."
Raut Ocha merah padam. "Susah lho aku ngerapihin rambutnya!"
Ingin sekali Ocha melempar satu rim kertas tadi pada Sena, tapi mengingat sudah banyak hal terjadi di luar prediksinya beberapa waktu ini, dia jadi urungkan niat. Takutnya nanti malah ada Mbak Ririn yang lewat yang bisa saja kena tumpukan kertas yang melayang. Dia tidak ingin kejadian seperti yang terjadi pada bos besar kembali terulang, apalagi kalau terulangnya pada Mbak Ririn. Lengkap sudah.
*
"Saya akan menyusul nanti malam. Iyaaa, saya harus briefing asisten Pak Joseph lebih dulu. Gak bisa, Pak. Diandra gak bisa masuk gitu aja, walau udah pengalaman jadi asisten manajer, dia tetap harus dapat briefing dulu. Gimana? Kan bapak yang bikin peraturan. Harus briefing dan training semua karyawan dari yang baru masuk sampai karyawan yang ganti posisi. Masa' bapak mau melanggar peraturan sendiri?"
Saddam saat ini berada di Bukittinggi, Sumatera barat. Salah satu pabrik SF grup yang terletak di sana rupanya kebakaran subuh tadi. Pak Bos ingin melihat langsung situasi dan memastikan para karyawannya yang terkena imbas kecelakaan itu bisa mendapatkan perawatan medis terbaik. Sejauh ini, memang tidak ada yang parah. Karyawan pabrik yang kebetulan kerja shift malam hanya terkena luka bakar ringan. Irene bersyukur karena setidaknya tidak ada korban jiwa. Sampai saat ini belum ada keterangan mengenai alasan terbakarnya gedung pabrik yang terletak di tanah lapang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Selfie Dulu, Pak!
HumorSebenarnya, Saddam dan Irene tidak cocok untuk dikatakan sebagai bos dan karyawan. Keduanya gemar menjahili satu sama lain. Bahkan kejahilannya bisa sampai tingkat 'hehehe' alias tidak terdeteksi lagi levelnya. Barangkali, Saddam terlalu sering mend...