Dari sekian banyak penyesalan yang pernah merasuki pikirannya, Saddam memilih ucapan yang terlontar untuk Irene menjadi urutan pertama. Ia teramat menyesal. Lebih lagi saat berhari-hari ke depan, Irene memantapkan hati untuk segera beranjak dari SF. Selama berhari-hari itu pun, Saddam tak dapat berbuat banyak untuk menahannya tetap tinggal, dia memang sudah meminta maaf atas ucapannya yang terkesan merendahkan, dan Irene juga sudah mengatakan bahwa tidak mempermasalahkan itu lagi.
Menurut Saddam sendiri, wajar kalau meminta Irene mencantumkan sendiri bonus terakhirnya sebelum keluar dari SF, ia hanya ingin mengapresiasi seluruh kinerja Irene selama ini. Namun, rupanya perempuan itu tidak pernah berpikir untuk bekerja demi uang. Sekarang, Saddam benar-benar merasa bersalah.
Lalu, mengenai berita tentangnya dan Chelsea yang beredar, saat ini tak ada satu pun artikel yang tersisa di media sosial. Entahlah, Saddam sudah minta bantuan Aquarius beberapa waktu lalu, tapi kontak itu tak kunjung memberi respon, anehnya di kemudian hari, semua pemberitaan lenyap tak berbekas. Walau tidak mengetahui siapa yang ada di balik itu semua, Saddam merasa bersyukur, nanti kalau ia tau siapa yang membantunya, ia harus mengucapkan ribuan terima kasih.
Sekarang mereka berada di ruang rapat. Setelah dilakukan beberapa pemunduran jadwal akibat satu dan lain hal, pada akhirnya RUPS itu pun terlaksana.
Beruntungnya di rapat kali ini, hal buruk yang ada di pikiran Irene maupun Saddam tidak terjadi. Entah Orang-orang dalam ruangan ini belum tau mengenai kabar itu, atau mereka tahu tapi tidak mau membahas hal itu. Para investor diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat masing-masing dari mereka menyangkut performa, keberlangsungan serta ide untuk perusahaan. Saat semuanya hampir selesai, barulah hal yang ditakutkan itu terjadi.
"Menurut Pak Saddam, mengapa saham kita bisa turun bulan ini?" Nah, ini nih. Bapak-bapak dengan rambut memenuhi wajah-kecuali-bagian-kepala itu yang memulai. Sebenarnya mengenai saham yang turun sudah dibahas sebelumnya, tapi entah mengapa ini dikembalikan sebagai topik pembicaraan, tentunya dengan maksud dan tujuan berbeda. Katakanlah si bapak hendak memancing Dirut SF tersebut untuk buka mulut perihal gosip waktu itu.
"Iya, Pak, sebagai direktur utama, apa yang dapat bapak jelaskan di depan kami saat ini?" Ini lagi, yang perutnya melebar melebihi gesper di celana itu ikut-ikutan.
Irene melirik, lalu kembali fokus memerhatikan laptop yang menyala di depannya, pada layar itu, tertera riwayat saham SF selama kepemimpinan bapak Saddam beberapa tahun terakhir, Irene tengah mencoba menilik semuanya untuk dijadikan senjata nanti, ketika ia merasa bapak-bapak di ruangan ini sudah kelewatan.
"Saya rasa ini ada sangkut-pautnya dengan foto syur yang beredar itu."
Pada akhirnya, semua dewan direksi mulai menyerang. Saddam masih tenang di tempatnya sembari memikirkan kata-kata yang harus ia lontarkan.
"Makanya, Pak, nafsunya ditahan. Bagaimana bisa mencerminkan sikap pemimpin kalau nafsu saja masih meninggi."
"Susah, sih, bapak-bapak ... wong ceweknya hot begitu. Mana tahan, ya?"
"Maklum, ya, belum nikah, jadi suka eksplorasi."
"Lengket banget lah pokoknya!"
Suara tawa meledak dalam ruangan, bersahut-sahutan meledek pemimpin utama yang sayangnya tak mereka anggap, beberapa investor yang ikut dalam rapat hanya diam dan memperhatikan jalannya acara 'ledek-meledek' dari dewan direksi itu.
"Pak, izin menginterupsi." Irene yang tak tahan mulai angkat bicara, Saddam sampai tersentak di kursinya.
Semua mata langsung memandang Irene dengan penasaran. "Apakah bapak-bapak semua sudah merasa paling baik di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Selfie Dulu, Pak!
HumorSebenarnya, Saddam dan Irene tidak cocok untuk dikatakan sebagai bos dan karyawan. Keduanya gemar menjahili satu sama lain. Bahkan kejahilannya bisa sampai tingkat 'hehehe' alias tidak terdeteksi lagi levelnya. Barangkali, Saddam terlalu sering mend...