Ballroom hotel dengan predikat bintang lima ini telah disulap menjadi sangat menawan, ramai orang sudah berkumpul dan berbincang-bincang. Andreas melambai pada Irene dan Yurina, saat itu dia sedang menyambut beberapa tamu, dan hendak mengenalkan anak istrinya pada mereka.
Susilo dan Widya telah sampai pula di gedung ASA, memasuki ruangan utama, mereka disambut oleh suara tawa dan perbincangan hangat, melihat banyak sekali kolega yang dikenal, kedua pasangan ini lantas mendekati dan seketika berbaur dengan tamu-tamu lainnya.
"Selamat malam tamu undangan yang terhormat, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa, karena berkat rahmatnya kita dapat berkumpul bersama di ruang ini," kata sambutan dari MC terdengar oleh semua orang yang telah duduk rapi di kursi masing-masing.
Acara ulangtahun perusahaan diadakan secara privat, tidak ada media, tidak ada kamera, tampaknya pemilik ASA merupakan orang yang menjunjung tinggi privasi dan kerahasiaan. Namun, tentu saja ada Ocha yang tidak tahu apa-apa ini, sebagai perpanjangan tangan awak media yang kebetulan saat ini menghidupkan kamera live IG, berdoa saja, semoga dengan adanya siaran langsung dari Ocha, tidak akan membawa petaka bagi ASA.
Penontonnya sudah ada 70 orang, Ocha bukan main senangnya.
"Kalau ternyata Mbak Ririn gak ngebolehin disiarin gimana, Cha?" Sena berbisik.
"Pengikut aku anak SF aja, harusnya gak masalah, kan?"
Sonya menoleh, mereka berada di satu meja yang sama ; meja bundar yang masing-masing diberi 6 kursi, pas sekali dengan jumlah curut SF tersebut.
"Matiin aja, Cha. Nanti dimarahin lho, kamu tau aja mantan atasan kamu itu privasinya ketat banget," saran Anggun. Sonya dan Sena juga manggut-manggut dengan tatapan setuju, hanya Mitha dan Renal yang tak memperhatikan, keduanya sibuk menatap MC yang sudah mempersilakan seseorang untuk naik ke panggung di depan sana.
"Assalamualaikum, selamat malam." Andreas tersenyum menyapa semua orang yang memandangnya. "Sedikit grogi berada di sini lagi setelah sekian lama, tapi, berhubung di depan saya ada anak dan istri yang menyemangati, jadi groginya hilang sedikit."
Irene tersenyum tipis saat ayahnya menunjuk meja bundar tepat di depan panggung, di mana ada Irene, Yurina dengan Kevin di pangkuan, serta tiga orang bersetelan rapi yang merupakan orang penting di ASA.
Tamu undangan terkekeh pula, banyak dari mereka memang sudah lama tak melihat Andreas, apalagi Susilo dan Widya, kedua pasangan ini sedari tadi sudah berbisik-bisik mengenai perubahan sang teman lama.
"Udah nikah lagi, makin berisi, bahagia berarti, ya."
Widya mengangguk setuju. "Kalau dipikir-pikir, kasihan juga kalau Aan gak nikah lagi, gak ada yang ngurusin di masa tua, bagaimana pun juga, anaknya pasti nanti berkeluarga. Istrinya juga keliatan baik banget, ya, Mas."
Susilo membenarkan. Mereka sudah sempat berkenalan dengan Yurina, tapi belum bertemu dengan anak Andreas yang sudah dewasa. Saat mereka berbincang tadi, Andreas mengatakan bahwa anaknya sedang ke toilet sebentar, begitu mau dikenalkan, eh, acaranya sudah dimulai.
"Pada acara malam ini pun, saya akan memperkenalkan putri saya, yang selama ini memang sudah dipersiapkan untuk mengambil alih kepemimpinan ASA."
"Siapa nama anaknya Aan, Mas?" Widya menunggu tak sabar di kursinya, empat orang paruh baya yang juga berada di meja yang sama, ikut menatap penasaran ke arah panggung di mana Andreas masih bicara.
"Putri saya selama ini menghabiskan masa mudanya untuk mencari pengalaman kerja di beberapa perusahaan, pernah bekerja di perusahaan telekomunikasi di Jepang, lalu pernah juga bekerja di perusahaan manufaktur..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Selfie Dulu, Pak!
ЮморSebenarnya, Saddam dan Irene tidak cocok untuk dikatakan sebagai bos dan karyawan. Keduanya gemar menjahili satu sama lain. Bahkan kejahilannya bisa sampai tingkat 'hehehe' alias tidak terdeteksi lagi levelnya. Barangkali, Saddam terlalu sering mend...