"Saat Sang pencipta Jatuh cinta padamu, Maka jangan Kecewa Akan sebuah Derita yang terhadirkan lewat semesta, di tiap Detik yang Ada. Karna dia Tak Rela Kamu dimiliki Sembarang dari mereka. "
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Happy reading sahabat Anna ...
........................🍀🍀🍀🍀.......................
Tiga malam bergulir menjadi siang
Terik mulai berbalut mendung, di iringi awakan Kapas nan bergelayut bertaut sendu. Sepasang kaki itu mengayun kecil dengan satu kaki yang terseret. Kening dengan rembasan keringatsudah dia seka oleh punggung tangan kanannya, napas pun sudah tersengal akibat jarak dari tanah juga aspal yang dia tapaki seharian ini.
Sekarang dia makin kehabisan tenaga, tak lagi mampu melanjutkan Tujuan yang tak lagi pasti. Pada sebuah warung kopi di pinggiran jalan raya dijadikan tempat rehat sejenak. "Bu, es teh manis satu yah" lantangnya meminta pada sang pemilik kedai.
Lembaran buletin dan berkas proposal di tangan kini dia masukan pada tas yang tersingkap pada bahu kanannya. lalu dia taruh di sebelah kursi tempat dia duduk." ini teh nya, ada lagi pesanannya?" Ramah si pemilik kedai yang sudah menjadi langganan Doni itu.
"Enggak dulu Bu, masih belum dapat pelanggan" kilahnya. "Tumben jalan, kemana mobilnya?" Celetuk Ibu penjaga warung
"Itukan mobil Kantor kebetulan fasilitasnya ditarik lagi, soalnya Hehehe, aku belum bisa kasih service Order sesuai target yang perusahaan minta" jelas Doni.
Perempuan tua itu menatap iba. Tanpa sungkan wanita paruh bayah pun balik kedapur untuk mengambil sesuatu. "Ibu buat Bolu tolong dimakan yah"pintanya menyodorkan sepiring bolu coklat yang sudah terbagi menjadi potongan setebal dua cm secara rata.
"Ya ampun Bu, gak usah repot-repot" Doni merasa malu tapi juga hangat akan kebaikan Ibu ini.
"Gak papa Don, kamu tuh selalu ingatkan saya pada anak ibu." Jawabnya lembut.
"Gimana kabar Ayah juga adik- Adikmu sehat?" Buka perbincangan tanpa ragu.
"Ayok sambil di camil bolu-nya." Imbuhnya lagi. Manggut Doni mencomot sepotong jamuan yang
ada di depan mata."Kebetulan sih perutku belum di isi--'' ujarnya dengan lengkungan manis dan merah merona pada pipinya karena malu.
"Alhamdulillah Ayah dan adekku
Semuanya Sehat, Sekarang Ayah lagi menetap di Bandung, dia dipindah tugaskan kesana sebulan yang lalu. " papar pemuda seperempat abad itu
Sambil mengunyah panganan ringan
Bergula tersebut. Perbincangan pun mengalir begitu saja, dan berjalan singkat sepanjang Pemuda itu melepas lelah."Sing sabar yah, Semoga Rizkimu dan sekeluarga lancar Nak Doni. " Untainya mengusap pundak pemuda kelelahan itu.
"Makasih Bu, atas Doanya, Ibu juga sehat terus lancar rezekinya biar bisa pulang kampung ke Jogja" tuai Doni.
"Aamiin" seru Wanita tua itu mengangkat kedua tangannya menengadah penuh Atensi.
Doni meneguk habis Es tehnya, usai merasa tenaganya kembali terisi penuh. "Bu, aku mau langsung pulang ajah takut ke sore-an" pungkasnya. Beranjak dari bangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]
Художественная проза"Dimana keadilan yang kalian janjikan?" Jangankan memenuhi janji itu, sekedar mendengar saja. Kalian enggan!" Seorang pemuda berjalan terseok di tengah terik matahari sambil membawa sepanduk bertuliskan keluhannya. "Bebaskan Hasan prakasa putra, K...