Dito kehilangan Zain, pemuda itu berlari begitu cepat, sampai mereka tak mampu menyetarakan langkahnya. Dia pun menghubungi nomor Raihan, tapi tidak mendapatkan Jawaban.
Kembali Dito menghubungi Nomor Ariel,
Setelah tiga kali mencoba."Assalamu'alaikum!" Dito buka suara.
" Wa'alaikum salam " jawab Ariel
"Bang, Zain Tadi berantem." Jelasnya ragu
" Apa, Berantem?" Kaget Ariel
"Dia dapet Video amatir soal Abang Hasan dan sekarang dia kabur dari sekolah dengan keadaan Marah, bahkan tas nya pun dia tinggal. " jelas Dito
"Makasih udah kabarin, biar Abang cari dia,Titip tas Zain yah, nanti Abang ambil." Tutup Nazriel.
Awan hitam mulai bergerombol menutupi cahaya mentari, buat langit cerah beringsut berganti kelabu.
Ariel berlari kekamar Kakaknya dengan wajah Pucat dan panik setengah mati.
" Bang-Bang, Abang. Bangun dong--"
Dia menggoyang tubuh Raihan dengan geram. "Zain kabur dari sekolah ... !" Nazriel berdecak."Hah,! Loe. Kalo bercanda gak usah kebangetan Riel ... " Timbalnya dan mata membelalak seketika, masih diatas ranjang empuknya.
Ariel menyingkap rambutnya frustasi.
"Gue serius, gak lagi bercanda. Temen Dia nelpon gue tadi. !" desaknya.Raihan beranjak dari kasurnya dan memeriksa ponsel. Dan benar saja,
Begitu banyak panggilan masuk, bahkan Dito mengabarinya lewat WhatsApp.Raihan dan Ariel bersiap untuk keluar mencari Zain, dengan kalang kabut mereka mengelilingi komplek dan lokasi tongkrongan yang biasa mereka jejali.
Satu jam mereka berkeliling tanpa
arah tujuan, hanya bermodal keyakinan.
Meski hati cemas dan panik.Tak kunjung dapati batang hidung sang adik, mereka pun inisiatif kembali kerumah barang Kali bocah itu sudah pulang dengan suka rela.
Dengan langkah gontai dan keringat.
Mereka memasuki rumah sederhana itu."Bang Hasan! Abang Hasan!" teriaknya. Mencari sosok itu ke tiap sisi penjuru rumah. Suara pekikan itu mengambil alih atensi mereka, Raihan dan Nazriel menghampiri pemuda yang nampak Gelisah.
" Zain ... "tegur Raihan. Si adik berbalik dengan raut marah padam. Bocah itu menghampiri keduanya yang datang dari arah pintu depan, Tidak ada keramahan atau senyuman Hangat seperti biasanya. Kilatan mata yang menusuk Di Arahkan pada Raihan juga Nazriel.
Abangnya berlari menyambut dengan Lega, dia menyentuh puncak Kepala adiknya seperti biasa. "Zain, Alhamdulillah, kamu pulang. Ada yang sakit gak?" Sambil memastikan Adiknya itu tidak terluka sedikit pun meski jelas ada lebam kecil di sudut dagu kirinya.
Diluar bayangan Dia, Zain menangkis tangan Raihan dengan Kasar " Mana Bang Hasan?" Balik tanya dan Acuhkan Teguran Raihan.
Ariel tercekat melihat perangai Adik
yang Sangar "Zain, Yang sopan kamu sama Bang Ray!" Bentak Ariel.Zain menundukan pandangan menarik napas dalam usai di Sadarkan oleh Pekikan Ariel. "Ma-ma-af Bang ..." Lirihnya merasa sesal akan sikap lancangannya. Dia pun berusaha menetralkan emosi.
Raihan menepuk sikut dan memelotot agar Ariel tidak membentak Adiknya secara berlebihan. "Riel. " manyun bibir Ariel sambil menggaruk tengkuknya. sikap proteck Raihan pada Zain. Buat dia Malas.
Dia kesulitan menelan ludahnya,
Raihan menatap datar Zain, dia masih belum bisa menangkap Sinyal negatif dari sikap Adiknya, Namun secara bersamaan pun Raihan Tahu Ada sebuah pertanyaan yang tersirat dari binar Mata si bungsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]
Fiction générale"Dimana keadilan yang kalian janjikan?" Jangankan memenuhi janji itu, sekedar mendengar saja. Kalian enggan!" Seorang pemuda berjalan terseok di tengah terik matahari sambil membawa sepanduk bertuliskan keluhannya. "Bebaskan Hasan prakasa putra, K...