37.🍁Alasan🍁

79 14 2
                                    

🍁Semakin kencang kamu berlari, kebenaran akan terus membayangi,
Bak bias Cahaya, entah sepekat apa pun Ruangnya, dia akan selalu mampu menyelinap  sedalam apapun  jangkauannya. Dia selalu punya cara tuk meraih mu sesukanya.🍁

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Happy reading Sun'sans.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Berpindah dari tempat satu ke
tempat yang lain, membuat Andri mulai merasa jemu. Tak ada lagi yang namanya menjalin hubungan hangat antar sesama makhluk Tuhan.

Tak ada interaksi yang terlalu berharga, yang bisa dia nikmati dengan leluasa di setiap waktunya, tak ada cinta, atau pun kehangatan dari sebuah persahabatan, tak lagi ada tawa canda, apa lagi celotehan yang terdengar mengasyikan hingga menyejukkan pikiran, yang tersisa cuma Kekosongan.

Kantung mata ia terlihat menghitam, garis wajah pun semakin tajam, Pria itu masih berdiri di tepian Jalan menatap lurus dengan hati hambar.

Suara lonceng Kereta yang bersiap melaju terdengar lantang. Entah
apa yang ada dalam pikirannya, yang pasti Dia  masih kukuh berdiri cukup lama tanpa ada satu kegiatan yang ingin lelaki itu lakukan.

Melihat orang berlalu lalang dengan segala raut wajah dan situasi semakin membuatnya asing, berulang kali dengar lonceng nyaring kereta, seolah mengajaknya tuk berlari ketengah
rel, agar bisa ia hantamkan tubuhnya melebur satu dengan segala Lara yang selama ini mencekiknya, Pikiran gila itu terbersit begitu saja.

Semua keruwetan di kepala serta dada terus bergejolak dan tak bisa lagi dia kendalikan sampai akhirnya pria ini gelap mata dan berniat menghabisi dirinya dengan cepat. mungkin dengan begitu dia bisa bebas dari segala Sesak yang ia rasa.

Tangannya mengepal menyimpan kemarahan yang tak bisa lagi di tahan, Satu ayunan kaki  kecil pun
Akhirnya dia langkah kan, sambil memejam kan mata.

Dia siap melepas segalanya demi bisa lepas dari penat yang menjerat. Sedang Kereta sudah mulai melaju dari tempatnya semula.

"Emak.. ak-- " ucapnya kala itu begitu keluh untuk bisa dia utarakan, hati kecilnya sudah gatal ingin berkeluh kesah pada sang ibu tunggal.

"Andri kamu tuh di kota sendirian, emak gak tahu bagaimana kamu hidup disana, cuma satu pesan Mak."

Untai sang ibu mengambil alih kesempatan sang anak tuk bicara, Andri pada akhirnya tanpa mau membantah cuma bisa memanggut dan kembali telan keruwetan yang ada di batinnya.

"Muhun emak.. " (iya Bu..)

"Jangan pernah lupa untuk
sholat, tidak ada apapun selain
cuma sama Allah kita bergantung, sesulit apapun jalan yang kita pijak teruslah berpegangan Pada-Nya, kamu dengarkan emak, kan. Paham?"

"Insya Allah Emak.." ujarnya.

"Harta emak cuma Kamu Andri,
kalo emak gak ada siapa yang akan kirimi nanti Mak Doa ?" Pungkas sang ibu membuat dia membeku kala itu.

Bukan main, nyeri hati ia saat mendapat wejangan yang datang tanpa Aba-Aba. Seolah Tuhan ingin menegaskan sesuatu padanya lewat Sang ibu. Ada dimana posisi ia kini berada, sekaligus menutup cela untuk ia berputus asa baik dulu atau pun sekarang.

Desir angin berhasil menyapu  keluar bulir air mata yang membawa rasa perih Hati Andri sejak tadi. Akhirnya mulai berjatuhan.

Ayunannya terhenti detik itu juga, membiarkan Kereta melaju gagah meninggalkannya. Niatnya untuk mengakhiri hidup pun di urungkan seketika.

L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang