🍁Ujung Tombak🍁

110 15 0
                                    

🌺Dahan Patah, Ranting berjatuhan, daun yang menyelimuti pun berguguran. Menyisakan  Kemarau pada wajah Batang yang berdiri gagah, dan Akar  yang terjaga  kokoh, Setia, meski Dahaganya tak lagi terpelihara oleh hangatnya semesta. 🌺

,🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️,

Hari berganti menjadi Minggu, bergulir menjadi bulan, hingga tiga purnama sudah berlalu, tak ada kabar berita, dimana Anggota keluarga mereka berada. Lembaran foto Tak lelah terus di sebarkan dari gang ke gang, dari jalan dan tiap sudut kota mereka telusuri. Entah sudah berapa ratus ribu kali kertas yang mereka bagi pada orang yang berlalu lalang. Setiap hari Keringat dan air mata, berpeluk gelisah utuh menjaga Lara, pada langkah yang dipijak.

Raihan menoleh dimana Zain mengusap keringat akibat sengatnya panas yang menyoroti. Pemuda lugu itu tetap menjaga senyuman, yang dia lempar pada tiap pejalan kaki yang dia sodori secarik kertas Bergambar Ariel sebagai orang hilang.

"Maaf  pak tolong bantuannya, kalo lihat orang di foto itu, hubungi nomor ponsel yang tertera disana, terima kasih." Untai Zain.

Begitu terus, tak henti  dia mengulang kalimatnya pada siapa saja yang dia cegat dengan penuh harap.

Raihan menatap lekat muka adiknya yang mulai memucat. Berjalan pelan Dia merogoh botol minum di tasnya untuk sang adik.

"Dek, istirahat dulu yah ?" sentuh jemari Zain.

Adiknya menggeleng pelan "Sebentar lagi deh Bang, Tanggung masih beberapa lembar lagi, Yah ?" Sahutnya mengotot.

Abangnya menggerakan telunjuk sebagai penolakan keras "Gak, kita sudahi sampai sini bagi lembarannya, kamu harus istirahat biar besok bisa lanjut lagi oke, jangan ngeyel Zain!" Nada suaranya meninggi.

Zain mendengus sebal "Iya-iya Akh!" Pekiknya berdecak kesal melangkah gusar. Raihan  cuma melirik jengah dan ikuti langkah Zain di belakang.
Doni mengekori langkah dua adiknya yang jauh di depan.

Menatapi punggung adiknya sekilas bayang masa lalu itu bertanggar di kepala Raihan tanpa permisi.

"Bang Ayok, buruan bangun ... gue udah masakin nasi uduk buat loe nih !" Pekik  Nazriel menyembul dari balik pintu sambil membawa nampan berisi sepiring nasi uduk dan teh Hangat.

"Males Riel, gue mau puasa ajah" keluh Raihan dengan suara parau, dia kembali menenggelamkan diri dibalik selimutnya.

"Astagfirullah!" Teriaknya berkacak pinggang. Usai menaruh nampan di atas meja kamar kakaknya.

"Puasa dari mana? Sok iye loe Bang! Alesan doang kan loe, udah cepet gue jamin rasanya enak deh kali ini, gak bakal keasinan lagi. " jelasnya.

"Ogah !" Celetuk Raihan.

Ariel menarik kasar selimutnya  Abangnya  dengan Cepat, sampai menunjukan Tubuh Abangnya yang telah telanjang dada meringkuk. Dengan kasur yang Basah, Raihan bergegas terperanjat kaget dan turun dari kasurnya, dengan muka merah.

"Riel gue bisa jelasin, Heheheh"  tuturnya cengengesan.

Mata Ariel membalak tajam. "Apa ini hah? Gue bilangin Ayah loh" Ancam Ariel menunjuki wajah kakaknya.

L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang