🌹Serpihan kisah pun mulai berguguran, akar yang kokoh tak akan pernah mati walau batangnya ditebang, Tunas baru membawa harapan akan selalu benderang dalam naungan mentari yang gemilang.🌹
🍁*******************************🍁
Happy reading Sun'sans!
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Bun, Adek penasaran deh. Kok nama tengah kita nuansanya agak sama terus-- dari huruf 'P' juga, itu ada tujuan dan Makna tertentu gak sih Bunda, ?" Tanya Zain penuh penasaran.
Lestari hanya tergelak mendengar celotehan putra yang bersandar di pahanya itu.
Pertanyaan Random Zain juga membuat empat kakaknya yang sedang bermain monopoli pun berhenti dan melirik dengan rasa yang sama, telinga mereka melebar, siap untuk mendengar jawaban sang ibunda.
"Iya Bun, Ariel juga kepo?"
Zain menegakkan tubuhnya dan duduk dengan Tegap di samping Lestari, empat putra lainnya ikut berpindah lalu duduk melingkar di depan dia. Persis anak kucing sedang mengisap ASI pada induknya. Wajah manis dan tatapan bulat yang nan menggemaskan itu menggelitik hati Lestari.
Matanya merotasi dan mengedari pasang mata penuh lugu itu.
..........
Suara berisik dan panik menusuk panca indra'nya. Tak ada cahaya semua gelap gulita, dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Pekikan Tolong jelas terdengar persis di Sebelah kirinya, Ariel tak ingat dan tak tahu apa yang terjadi, Dia sungguh tak berdaya bahkan hanya untuk sekedar membuka mata.
"Tolong ... Tolong selamatkan dia Dokter !" teriak suara asing itu.
Ariel tak tahu siapa itu, dia ingin bicara dia ingin bersuara, tapi mulutnya seakan terkunci rapat.
"Ugh ... Sa-kit " lirih batinnya.
Para tim medis pontang panting berlari menggiring tubuh mirisnya di atas brankar.
Separuh jiwanya berkelana kemasa remaja, saat sang ibu masih ada di Sepuluh tahun silam, dalam rasa sakitnya yang Mencabik.
Di bawah kilau langit jingga, Ariel Si anak yang baru saja menginjak bangku sekolah menengah pertama, hendak menjemput Doni yang akan pulang dari Tempat kursus Bahasa Inggrisnya, setiba didepan gerbang, netra Ariel menajam. Dia melihat Doni sedang di jadi bahan olokan teman lesnya. Bahkan baju kakaknya sudah kotor dengan Pecahan telur juga tepung.
Spontan Ariel memungut sebongkah batu sebesar kepalan tangannya. Bocah remaja itu tak pedulikan lawan kakaknya jauh lebih besar dari tubuhnya. Dia tinggalkan sepedanya lalu maju tanpa ada takut, yang ada di kepalanya adalah melindungi kakaknya dari orang yang usil dan berniat jahat.
"Wooyy ! Loe apain dia hah?" Sarkas dia hampiri kerumunan anak lelaki itu.
"Pergi gak loe semua atau batu ini melayang ke kepala loe pada Heuh?" Ancam Ariel dengan mata melotot dan suara lantang.
Tiga orang anak itu berlari pontang panting dari sana dengan Ketakutan.
Batu itu Ariel lempar sekuat tenaga ke arah anak-anak itu, tanpa mengenai mereka sama sekali "Awas loe gangguin Abang gue lagi, Abies loe pada !" Ancamnya keras.
"Abang gak papa?" Ariel membersihkan setiap kotoran yang ada di sekepala juga baju Doni.
Doni Diam tanpa menyahuti adiknya. Si sulung cuma tertunduk dalam tangisnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/315660306-288-k530906.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]
Fiction générale"Dimana keadilan yang kalian janjikan?" Jangankan memenuhi janji itu, sekedar mendengar saja. Kalian enggan!" Seorang pemuda berjalan terseok di tengah terik matahari sambil membawa sepanduk bertuliskan keluhannya. "Bebaskan Hasan prakasa putra, K...