Dion langsung menarik Dito saat keduanya berpapasan, meski sempat ogah-ogahan, Dan ke ngeyelan nya pada Dito, berhasil membuat sang empu tak berkutik, dan mengikutinya ke parkiran motor. Dion langsung menyalakan mesin dengan geragasan.
"Loe buru-buru amat kenapa sih !" Decak Dito.
"Bawel banget, udah buruan naik
kita musti nyusul Zain sama Awan,
itu dua bocah mau ikutan Demo !" Papar Dion dengan deru napas jengah.Cerocosan Dion pun mencetak kesadaran usai loading nya otak
sang kawan tadi, Dito langsung mengikuti keinginan sohibnya tanpa lagi membantah, beruntung Dion masih bisa menangkap belang dua anak itu yang nampak dari kejauhan mulai memasuki sebuah angkutan umum."I-itu mereka Yon, buruan susul, tancap gas, Akh ellah lelet loe mah !" Cerocos Dito menepuk bahu Dion seakan mengomando dengan semena-mena.
"Kampret bisa diem kagak, gue juga tahu, loe banyak bacot lagi yang ada bikin gue gak fokus, bantu enggak, ganggu iya !" Timbal Dion masih menjaga kemudinya dengan mata elangnya masih terarah ke angkutan yang ditumpangi Zain juga Awan tidak lepas dari pengamatannya.
Dengan dada yang tak tenang dan
hati yang tak karuan, Keduanya membelah lautan kendaraan yang
ada di depan mata, menyalip dengan apik seolah tengah ada di sebuah sirkuit perlombaan motor sport.Jantung mereka berpacu semakin kencang, Dion menaikan kecepatan sampai menyisakan jarak empat meter dari posisi Kendaraan yang
Dua anggotanya tumpangi.Suara denting peringatan melengking dari jalur kereta api, angkot yang
Zain tumpangi sudah lebih dulu
lewat sebelum portal rel kereta
api di turunkan. Muka dua pemuda itu langsung kusut berantakan, situasi paling menjengkelkan harus mereka dapatkan, keduanya celingak-celinguk mencari celah diantara antrian kendaraan yang menanti jalur
portal dibuka."Huh... Ello sih Yon, lelet banget bawa motor nya ! Kita jadi kehilangan jejak mereka, kan. " Protes Dito menoyor bahu Dion, membuat sang empu melirik sebal.
"Gue udah ngebut ya bro, salahkan ajah tuh portal, turun kok gak tahu timing, dari pada loe ngomel, gantian ajah loe yang di depan. !" Gerutu Dion
Saling beralih posisi sebelum Jalan kembali di buka.*****
Iring-iringan Mahasiswa sudah berkerumun di depan pintu Universitas Bhineka Darma, sebagian masih asyik berbincang dengan tim mereka masing-masing, tentang list yang akan dilaksanakan nanti, dan sebagian lagi bertugas membagi properti atau bahkan memberikan intrupsi pada anggota lainnya sebelum mereka berangkat lakukan aksi unjuk rasa menuju Kantor Dewan perwakilan rakyat.
Salah satu Ketua terus berulang kali melihat jarum Arlojinya, dengan raut gelisah menoleh ke sekitar berharap adiknya segera datang. "Nih anak beneran datang gak sih, adek satu nyusahin ajah deh Akh !" Desisnya merungut.
"Kak... !" Pekik seorang pemuda membelah kerumunan dan menghampiri sang Mahasiswa,
Di ikuti oleh langkah kaki Zain
dari belakangnya."Gue kira kalian Gak bakal Dateng. "
"Sorry Kak, tadi ada insiden. "
Timpalnya melirik Awan.Rupanya mereka melihat dua sobatnya sebelum portal kereta Api turun. Dan Dua bocah itu terpaksa harus turun dan mengubah rute dengan menaiki ojek agar tidak terkejar sebelum Portalnya terbuka, sedang angkot yang mereka naiki malah ngetem' beberapa menit untuk menambah penumpang.
Tak ingin rencana gila nya diusik, Zain pun mengajak Awan keluar dan mencari tumpangan lain.
Sekarang mereka saling melempar senyuman tipis penuh arti terselubung.
KAMU SEDANG MEMBACA
L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]
General Fiction"Dimana keadilan yang kalian janjikan?" Jangankan memenuhi janji itu, sekedar mendengar saja. Kalian enggan!" Seorang pemuda berjalan terseok di tengah terik matahari sambil membawa sepanduk bertuliskan keluhannya. "Bebaskan Hasan prakasa putra, K...