*Racun hati yang dibiarkan bersemayam, perlahan makin gerogoti Kemurnian Naluri "
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Sepanjang jalan, diatas punggung Raihan, Adiknya tak berhenti menggumamkan nama Hasan.
Bahkan terdengar getaran suara Zain sedikit terisak dalam alam bawah sadarnya."Abang ... Bang Hasan"
Raihan tenggelam pada rasa penyesalan mendalam, mendengar kalimat Zain memanggil nama Saudaranya itu makin memilukan hatinya, membuat Dia menundukkan kepala sesaat.
Suara tarikan napas Zain berhembus kasar, Keringat dingin semakin merembes dan basahi pundak Raihan.
Dito, Dion juga Yosi masih mengekori pelarian kecil Raihan yang tak lagi memperdulikan rasa lelah.
Inisiatif Dito mengecek kening Zain,
Begitu panas suhu tubuh sahabatnya itu. Wajah putihnya semakin pucat bak Mayat hidup yang kehabisan darah."Bang, Demamnya makin Tinggi!" Seru Dito.
Dion dengan sigap mencarikan Taksi, dia terus melambaikan jemari sebagai isyarat memberhentikan kendaraan yang seliweran di jalan.
Tanpa perlu lama angkutan umum dengan Gambar burung sebagai ciri khasnya itu pun berhenti, Mereka membantu memasukan Zain ke Dalam. Dito meminta ikut dengan alasan Persahabatan. Tanpa pembantahan Raihan mengangguk, dua sahabatnya itu cuma bisa mengamati kepergian ketiganya dengan tatapan sendu penuh kegelisahan.
"Yos, Zain gak bakal Kenapa Napa kan?" Celetuk Dion.
Sambil menepuk bahu Dion temannya itu cuma membalas singkat. "Hmm, Dia Sakit bukan mati bro" Tukas Yosi .
...............
Amarah Hasan sudah tak tertampung lagi, Bogeman keras berulang dia hantamkan ke wajah lelaki di depannya.
Matanya memerah menusuk Mata sang Rival, dia menindih badan lelaki kurang Ajar tersebut.
"Ngomong sekali lagi gue abisin loe bajingan ! Apa loh? Ngomong sekali biar gue robek mulut loe itu! Ujarnya dengan bergetar terbalut kemarahan, darahnya mendidih bukan main.
Bahkan beberapa napi di sekelilingnya ikut tersentak dan menonton kejadian itu dengan muka pucat. Mereka tak percaya Hasan bisa marah dengan mengerikan begitu, saat Ketua mereka bermulut besar dan menakuti Dia Bahwa kenalannya diluar sana sedang mencari Remaja dengan Ciri fisik persis Seperti Zain, sesuai dengan yang dia utarakan. Untuk komplotannya itu jadikan Bahan objek pencurian organ Tubuh manusia.
"A-am-pu-pun San" lirih lelaki itu menepuk jemari Hasan yang makin menguat cengkram lehernya, buat dia kesulitan bernapas pembuluh darah pria itu pun nampak di keningnya, karna saking kuatnya rematan dia.
"Sebelum kalian sentuh Dia, gue habisin kalian lebih dulu!" Teriaknya penuh geram.
Hasan seolah kehilangan jati dirinya dan menjadi Monster mengerikan.
Yang tak kenal belas kasihan.
Matanya berembun dan Menyala tajam."Gak akan gue biarin siapapun sentuh Zain!" Pekiknya dengan menekan kencang leher Lelaki itu.
Alex yang baru lewat di sana terbelalak kaget, dia berlari sambil menarik jemari Hasan dari posisinya, Sekuat mungkin pemuda itu menjauhkannya dari Sang mangsa.
"Hasan lepas, Loe bisa bunuh
dia tahu, Sadar wooy! Loe mau Hukuman elo makin berat dan gak bisa ketemu adek juga keluarga loe lagi Hah!" Lantang Alex berhasil sadarkan Hasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]
General Fiction"Dimana keadilan yang kalian janjikan?" Jangankan memenuhi janji itu, sekedar mendengar saja. Kalian enggan!" Seorang pemuda berjalan terseok di tengah terik matahari sambil membawa sepanduk bertuliskan keluhannya. "Bebaskan Hasan prakasa putra, K...