🍁. segurat takdir 🍁

99 16 0
                                    

"Tak ada sebuah kebetulan, setiap pertemuan memiliki rahasia dan Kisahnya Masing-masing"

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Happy reading Sun'sans.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Pemberitaan kepemimpinan Gubernur Abimanyu semakin berseliweran dalam Layar kaca
di seluruh penjuru kota. Baik pembahasan Visi-misinya setelah menjabat, atau bahkan sekedar perbincangan Santai Antar station televisi ingin mengenal sosok karakter pengayom masyarakat tersebut. Raihan cuma Mendelik tajam Pada Layar televisinya.

"Dek, bisa ganti channel gak sih? Kuping Abang panas Liat begituan. Gatel dengernya!" Suruh Nya pada Zain yang Asyik tiduran Di sofa sambil mainkan ponsel.

Bocah itu mengkerutkan kening Heran, Akan muka kusut kakaknya. "Biasa ajah kali mukanya, gitu amat Bang?" Tegornya memindahkan saluran acaranya.

Doni yang sedang membereskan majalah, melirik Sekilas Wajah kusut Raihan.

Tampak Raihan mengucek Rambutnya frustasi. "Loe Kenapa sih Hah? Sejak pulang Mukanya ditekuk, Ada masalah Hah?" Selidik Doni.

"Masalah? Loe tanya masalah apa! Banyak Bang !" Pekik Raihan agak membentak. Doni tertegun mendapati respon Negatif Raihan. Suaranya tak biasanya memekik tajam seperti barusan.

Zain ikut tercekat saat Raihan
berdiri dari Kursinya dengan Gusar.
Tak biasanya muka Sang kakak tak bersahabat. "Masalah Hasan belum kelar, Ariel sekarang malah ilang! Belum Teror masyarakat sekarang makin gila' ke keluarga kita, Tagihan ini-itu Terus berdatangan, Ayah malah balik Ke Bandung! Loe masih nanya masalah apa?" Ungkapnya menekankan.

Bahu Doni dan Zain turun seketika.
Doni menatap mata sayup Raihan. Zain langsung menunduk kan kepala.

"Sorry Bang ... gue Khilaf" luruh Raihan duduk Lesu di Kursinya.
Usai melontarkan. Isi hatinya tersebut.

"Gue tahu Loe Pusing, Tapi Marah-Marah gak akan selesaikan permasalahan yang kita punya." Tuai Doni.

"Gue tahu Bang, Raihan cuma capek ajah. Semuanya datang sekaligus, Allah tuh ngasih masalah ke kita kek gak ada Jedanya gitu loh Bang, Kita kayak gak di kasih napas barang sebentar ajah." Ujarnya.

"Maafin Adek yah, belum bisa Bantu Kalian dan malah nambah beban semua orang" Tutur Zain menghela napas panjang.

Raihan mengangkat bahunya dari sandaran sofa. "Eh, Bukan gitu Zain, Abang gak ngeluh soal Adek sama sekali kok !" Bantahnya.

"Sama Aja Bang, Karna kenyataannya begitu, semuanya bermula dari Zain" ungkap Zain.

Zain beranjak dan berbalik pergi meninggalkan kedua Abangnya di ruang tengah.

"Astagfirullah, Zain ... Kamu salah paham, Dengerin Abang dulu Dek!" Pekik Raihan. Mengikuti langkah Adiknya.

Tapi Doni Menarik tangan kanan Raihan, menahan langkah Adiknya.
"Percuma loe susulin tuh anak, Biarin dia Sendiri, lagian loe tumben banget Mood loe jelek gini, biasanya Flat" keluh Doni.

"Gue gak akan gini kalo gak liat muka Lelaki Sinting itu" Mengkilap Mata Raihan.

"Maksud loe Abimanyu?"

L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang