Saat Suka dan duka saling bertegur sapa dalam Dada, Sang pemilik raga tidak lagi tahu ekspresi apa, yang patut di suguhkan pada semesta.Lima pilar Sakral
*****************************
Happy reading Sun'sans...!
*****************************
"Zain, loe gak papa ?" Selidiknya dengan mata yang membulat penuh Atensi. Terselip kecemasan di balik binar mata sahabatnya itu.
Bocah itu menarik napasnya
dalam, dan mencetak lengkungan indah dari bibirnya, sambil kembali mengangkat bahu sedikit lebih tegap, disertai suara cengengesan dari mulutnya, seketika berubah jadi hembusan napas penuh lega yang nampak dari para sahabatnya."Gue gak papa, udah gak usah pada begitu liatin nya, Yok lanjut !" Zain menepuk bahu Dito, sebagai sinyal Bahwa semuanya aman.
Dia mengambil Nampan yang sudah ada di tangan Yosi.
"Entar keburu Abang gue pulang" alibinya sambil berjalan kembali ke ruang tengah melanjutkan kegiatan mendekorasi ruangan yang Alakadarnya itu.
"Loe Yakin Zain ?" Dito memastikan.
Remaja itu menoleh dan mengangguk sambil tersenyum untuk menegaskan keadaan dirinya sangat sehat.
Syukurlah beberapa menit kemudian, Persiapan kejutan itu selesai tepat waktu. Ketika Zain melihat Jam tangannya, kini sudah menunjukan pukul lima sore. Pintu depan seketika ada yang membuka dan mereka segera menghampiri untuk bersorak gembira.
"Selamat ult-- heum, Bang Ray?" Muka sumringah Zain langsung luntur saat melihat siapa sosok itu, bukanlah Target mereka.
"Hehehe, Abang belum telat kan?" sengir Abang nya itu.
"Heh, kirain Yang ultah." Dengus Dito dengan nada malas.
"Belum telat Bang, udah buruan sini ngumpet !" Ajak Awan.
Lalu mereka segera mematikan lampu, dan berdiri mengelilingi meja Makan yang sudah di hias dan di penuhi olahan Snack juga tumpeng ala kadarnya, Yang berhasil mereka pesan, beserta Cake Alpukat kesukaan
Doni.Dan sesuai perkiraan, Doni yang berjalan gontai pun mengedarkan matanya ke sekitar sambil memanggil suara. Adik bungsunya.
" Ini bocah kemana, Rumah kok gelap begini? Zain.. Assalamualaikum!
Zain Abang pulang !" Pekik Doni sambil berjalan menyusuri Tembok, mencari stop kontak untuk dia nyala kan.Begitu lampu menyala, Suara penuh Riang dan Kompak berseru lantang.
"Selamat Ulang tahun Bintang nya Arman dan kita semua~ !"
Doni terdiam seribu bahasa, tidak
ada senyuman, atau pun reaksi eksaited seperti ekpektasi mereka. Seluruh pasang mata hanya saling melempar tatapan penuh Tanya. Mengerut penuh bimbang, dan hening penuh canggung, entah harus bersikap apa.Raihan pun tepuk tangan sambil tertawa keras coba cairkan Suasana hambar tersebut.
"Hahaha, woah.. Saking luar biasa
nya surprise ini, Ampe Bang Doni speechless, gak bisa ngomong guys!"
KAMU SEDANG MEMBACA
L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]
General Fiction"Dimana keadilan yang kalian janjikan?" Jangankan memenuhi janji itu, sekedar mendengar saja. Kalian enggan!" Seorang pemuda berjalan terseok di tengah terik matahari sambil membawa sepanduk bertuliskan keluhannya. "Bebaskan Hasan prakasa putra, K...