🍁aku tak akan pernah membiarkan Mereka melupakan namamu 🍁
Zain pranata putra.
*************************
Suara detik arah jarum jam mengisi hening malam yang makin temaram, di bawah sorot lampu pijar jemari Remaja enam belas tahun itu masih menari di atas keyboard laptopnya netra miliknya bergulir perlahan menatap tiap baris kalimat yang Dia baca ulang dalam hati.
Entah apa yang dia lakukan, Segurat senyuman telah menggurat manis penuh harapan.
"Oke, gue rasa surat ajuannya udah good, waktunya kirim" gumam Zain kemudian mengklik enter untuk email yang berhasil dia buat.
Selalu seperti itu, menjelang tengah malam dia selalu mengerjakan sesuatu yang bahkan bukan tugas dari sekolah, tidak ada yang tahu bahwa setiap harinya dia akan membuat artikel atau pun membuat sebuah postingan dengan akun anonim yang dia punya. Hanya untuk sekedar mengajukan keluhan pada aplikasi Sistem Informasi Yankomas Ham (SIMAS HAM) yang meski pada akhirnya hanya berakhir sia-sia
sebab tak sekali pun ada tanggapan yang menjawab setiap pengajuan
Qdari tindakannya.Dia akan terus berulang kali memeriksa email yang dia kirim
atau bahkan membuka situs tersebut untuk kembali mengirim ajuan-ajuan baru dengan nama anonim lainnya demi mendapatkan Tanggapan. Dan membuka Kemungkinan lain yang jauh lebih besar agar mendapat keberhasilan, dalam mengadukan
Kasus yang kakaknya jalani.Zain sejujurnya lelah, dia harus
selalu kecewa setiap membuka situs Tersebut, tak satu pun ada Titik terang yang bisa dia terima dari aplikasi resmi milik negara tersebut,
Karna pada akhirnya dia Tak akan mendapatkan jawab sedikit pun.Tapi seribu kali juga dia akan bergegas dari kesedihannya dan mengulang kegiatan Sia-sia itu untuk kebebasan Kakak yang dia Cintai.
Kini dia beralih dari meja belajarnya, dan meraih ponsel miliknya dan melakukan panggilan pada satu teman terbaiknya yang amat dia andalkan.
Tanpa menunggu lama Suara dengan nada serak disertai kantuk menyahut dengan suka rela.
"Ya ellah Zain... Loe ngapain
sih telpon jam segini gak ada bosan-bosannya sih?" Cuap Awan mengangkat bahunya sambil mengucek matanya yang masih
rapat oleh kantuk.Zain sedikit terkekeh. "Sorry Wan,
gue gak punya waktu lain, buat ngobrol sama loe soal rencana
kita, kalo bukan di jam segini, jadi... gimana? Abang loe udah setuju belum, bantuin kita Adain Demo angkat perkara yang menimpa Abang gue?" Selidiknya penuh harap."Belum ada tanggapan Zain...
Sorry Abang gue masih sibuk sama Bimbingan skripsi dia, katanya disuruh sabar dulu, dia masih pelajari perkaranya sambil coba ngumpulin anggota yang mau ikut aksi juga"
Papar awan menggaruk lehernya pelan.Sebuah helaan napas berat yang
Zain keluarkan penuh kecewa untuk kesekian kalinya. "Ya udah deh Wan, makasih yah udah mau gue repotin, tapi please tanya sama Abang loe kapan bisanya, kalo boleh jangan kelamaan yah dan segera hubungi
gue kalo emang gak bisa, jangan menggantung gue kaya gini, gue gak punya banyak waktu buat nunggu sesuatu yang gak jelas, Abang gue gak bisa dibiarin gitu ajah, dia butuh keadilan dengan segera Awan." tandas si bocah berkulit putih susu."Iya Zain gue paham, gue usahain, sekali lagi sorry yah... Secepatnya akan gue kabarin, udah cepat istirahat sana Jangan kecapean. Gue juga ngantuk berat mau balik tidur"
KAMU SEDANG MEMBACA
L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]
Aktuelle Literatur"Dimana keadilan yang kalian janjikan?" Jangankan memenuhi janji itu, sekedar mendengar saja. Kalian enggan!" Seorang pemuda berjalan terseok di tengah terik matahari sambil membawa sepanduk bertuliskan keluhannya. "Bebaskan Hasan prakasa putra, K...