Hamparan langit mulai memerah jingga, menghantarkan sejuk udara dan menghangatkan hati siapa saja yang mampu menikmati segala karya cipta Sang Maha kuasa dan begitu indah, namun tidak semua insan bisa menyadari itu dengan mudah.
Dibawah lampu temaram, sosok penuh maskulin memasuki Ruangan VIP dalam sebuah Club dan duduk di kursi miliknya, menunggu tamu yang istimewa, Berbanding terbalik dengan nuansa gemerlap di lantai pertama, yang biasa di nikmati kalangan umum, hanya sekedar mencari kesenangan semata, melepas diri dari segala penat yang ada.
Tanpa sedikit pun ada minat untuk memasuki ruang penuh sorak Sorai dan gemerlap malam, lelaki dengan postur ideal itu tidak memperdulikan
Kerumunan manusia tersebut.
Yang dia inginkan adalah menemui
Lelaki di dalam ruang VIP saja.Ini pertama kalinya Dia di minta menemui tokoh utama sekaligus pemilik Skenario hitam yang sudah mereka jalankan dan mengorbankan banyak hati yang hancur oleh ide kegilaannya.
Dengan jejak luka bakar di pipi kirinya, Mata setajam Elang itu asyik memutar kalung peluru di tangannya.
Tiba di depan pintu, hawa mencekam seketika merasuki hatinya, nyali Andri menghilang tanpa seijinnya.
Tapi... Sebisa mungkin, Ia mengatur napasnya agar bisa tetap tenang' dihadapan pemimpin besar dari organisasi Teratai.
Kenop pintu itu dibuka oleh bodyguard sekaligus pesuruh sang Mafia. Mata Andri bergetar ketika wajahnya dia angkat perlahan menatap sosok yang duduk dengan santai menaruh kakinya di atas meja.
Aura gelap kentara terlihat dari muka pria paruh bayah yang sepantaran dengan Arman itu, tidak terlalu tua, tapi tubuhnya masih tampak begitu muda untuk ukuran seorang pemimpin organisasi sasi berbahaya.
"Andri, iya kan?" Lontar lelaki itu berhasil membuat Dia menelan ludah nya dengan segera.
Seutas senyuman yang nampak dibalik sorot lampu itu berhasil menembus jantung Andri, bak sebilah pedang yang sedang pemiliknya hunuskan kearah dadanya. Sebagai sinyal peringatan bahwa nyawanya
Kapan saja bisa dia melayang di tangannya."B-be-tul. " menjawabnya gugup.
Satu gerakan jarinya berhasil menarik Andri untuk melangkah lebih dekat kepada sang tuan besar.
Tidak pernah dia bayangkan, Bahwa
Ia akan bertemu dengan sosok paling mengerikan dan tidak memiliki hati sama sekali, atau pun bahkan emosi.
Baik dari nada bicaranya pun sorot mata juga senyumannya.Dia adalah sosok monster yang sesungguhnya, Bimantara Cakra.
Lelaki penuh ambisi dan tidak punya empati apa lagi Rasa. Ia lah Ayah Andi dirgantara, salah satu anak dari hasil kebiadaban dan segala keserakahannya.Body guard itu meninggalkan keduanya di dalam ruangan itu,
Andri tidak bisa berkutik atau bermain trik untuk sekedar melarikan diri, ia tertangkap basah olehnya dan hanya sebuah doa penuh pasrah yang teruntai dalam hatinya, entah bagaimana ujung kisahnya, Andri hanya bisa berharap di akhir penyesalan yang kini dia rasakan,
atas segala kebodohan. Ia hanya meminta sedikit kesempatan untuk menebus segala kesalahannya pada Hasan.Bersamaan dengan pintu yang tertutup, Sebuah suara tembakan menggelegar di udara dan mencelos kan batin seisi pengunjung Club' tersebut.
🍁..................................🍁
Doni berjalan terseok dengan manik hitam legamnya, namun tatapannya kosong penuh kehampaan.
Mata ia semakin memburam dengan setumpuk cairan di pelupuknya.
Kesunyian itu tergantikan dengan suara tawa getir yang perlahan mulai memecah, jadi tawa hambar penuh kepuasaan.
Beberapa jam lalu hatinya luar
biasa panas, Doni yang saat itu tersungkur lantas meremas kertas yang berserakan itu, ia lalu meraup kasar dan balik melemparkan
tepat ke wajah sang Boss, hingga
membuat majikannya tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
L-E-N-T-E-R-A "Lima Simbol Sakral" [End]
General Fiction"Dimana keadilan yang kalian janjikan?" Jangankan memenuhi janji itu, sekedar mendengar saja. Kalian enggan!" Seorang pemuda berjalan terseok di tengah terik matahari sambil membawa sepanduk bertuliskan keluhannya. "Bebaskan Hasan prakasa putra, K...