Chapter XXXIII : Kebenaran

609 92 30
                                    

AUTHOR POV





















"I-Irene...h-hamil ?"

Keheningan dan atmosfir ketegangan masih sangat terasa diantara empat manusia yang tengah berdiri di depan IGD, hingga terdengar suara tamparan keras.

PLAAKK


"Iya, puas kamu Mel ?" tanya mama Silvy, matanya berkaca-kaca. "Aku tanya, puas kamu ??!! Jawab !!"

"Ma, udah ma." ayah Ray mendekap istri nya, namun Silvy kembali berontak dan mencengkram baju Imelda.

"Kamu tau apa saat anakku kecelakaan, apa aku menyalahkan Gian ? Engga, Mel !! Bahkan Raymond pun ngga main fisik pada Gian seperti yang kamu lakuin ke anakku !!"


"Aku ngga terima liat Irene diperlakukan seperti itu sama kamu, Mel !!" Silvy menangis, dia memukul-mukul bahu Imelda lemah namun Imelda hanya bisa meneteskan air matanya.

"Mel, aku berusaha memahami posisi mu saat ini. Tapi tetap saja, emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Justru semakin memperkeruh keadaan."

Ray menghela nafas sebelum melanjutkan ucapan nya, "Kita semua ngga ada yang mau sesuatu yang buruk menimpa anak-anak kita, Irene dan Gian."


"Disini, bukan kamu saja yang takut kehilangan Gian, Mel. Aku dan Silvy pun sama, dia sosok laki-laki yang baik dan selalu menjaga Irene di sela-sela kesibukan nya menjadi seorang dokter."

"Seharusnya kamu bisa memahami bagaimana perasaan Irene saat ini." Ray tersenyum tipis sambil mengelus punggung istri nya.

"Sudah ditambah rasa bersalah yang begitu besar, rasa khawatir yang seolah tak ada habisnya melihat kondisi Gian, dan semua itu seakan belum bisa mengetuk pintu hati mu."


"Kamu masih dengan tega nya menampar Irene dan bahkan sekarang..."

Dada pria itu bergemuruh, mencoba menahan amarah yang mulai menyeruak di dalam dirinya.

"Irene bukan hanya takut kehilangan suami nya, sekarang dia pun takut kehilangan malaikat kecil di rahim nya."


Tangisan nya langsung pecah, Imelda menangis sejadi-jadinya. Rasa bersalah seketika menusuk hatinya, bagaimana ia menyaksikan sendiri tubuh mungil Irene meluruh ke bawah dengan lelehan darah yang mengalir deras.

"M-maafkan mama, nak..." lirih Imelda, dia sungguh merasa sangat berdosa karena sudah membuat nyawa calon cucu nya dalam bahaya.

"Tante, kita berdoa ya semoga kak Irene dan anak nya baik-baik aja..."

Wedding Agreement [SEULRENE] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang