Chapter XV : Darurat

751 138 34
                                    

TW : Alcohol, Smoking, Blood.





























AUTHOR POV

















"Jadi, kamu fix ikut ke Jakarta ?"

"Saya belum bisa memberi tau saya ikut atau tidak, Brenda."

Brenda diam, dia hanya mengaduk minuman matcha nya. Sesekali mencuri pandang pada sesosok yang pernah mengisi hatinya itu.

"Calon istri kamu, cantik ya. Tapi mungkin attitude nya perlu diperbaikin."

Gian menggertakan giginya, "Kamu siapa berhak ngajarin dia tentang attitude, attitude kamu saja tidak baik."

Setelah huru-hara yang terjadi saat Gian mengantarkan Irene ke rumah, dia meminta maaf pada ortu Irene dan dia bilang kalau untuk saat ini dia harus bertolak pergi ke Jakarta untuk menghadiri konferensi disana.



Flashback



"Mas....j-jangan pernah mikir kayak gitu, ya mas...."

"A-aku juga ngga tau k-kalau dia dateng, mas...."

Irene masih meluk si mas hubby dari belakang, kedua tangan mungil nya melingkar sempurna di pinggang Gian. Irene terus menggelengkan kepala dan menangis di punggung cowo sipit itu.

Irene sama sekali ngga ngebolehin Gian pergi dari kamarnya, dia bahkan mengancam Gian kalau semisal Gian pergi ninggalin dia, dia bakal kembali ke habit buruknya lagi.

Amer dan rokok.

"Rene, tolong kali ini ngertiin saya, ya. Saya benar-benar ada kepentingan di Jakarta selama seminggu kedepan. Kamu jangan ngelakuin yang aneh-aneh...jangan, Irene."

"Kamu harus mikirin perasaan orang tua kamu."

"Terus gimana sama perasaan mas Gian hah ?? Aku ngga boleh peduli sama mas gitu, iya ?? Apa aku bakal diem aja ngeliat seseorang yang aku sayang itu tersakiti sama aku ?? Engga, mas !!"

Gian membalikkan badan nya dan langsung aja dia menggendong Irene ala bridal ke ranjang.

"Saya sudah terbiasa dengan perasaan tersebut, Rene. Dan yang terpenting saya tau kalau kamu tidak meladeni perilaku mantan kamu, itu sudah cukup buat saya untuk tau bahwa kamu sayang sama saya, Irene."

Irene makin nangis kejer denger ucapan mas hubby nya yang begitu tulus, dia ngga tahan lagi dengan semua ini. Yang dia inginkan hanyalah bersama mas Gian-nya seorang.

"M-mas...j-jangan ke J-jakarta, ya ?" mohon Irene dengan berlinang air mata.

Gian hanya tersenyum lembut, senyum Gian benar-benar meneduhkan. Pandangan yang terpancar dari hazel monolid eyes nya terlihat penuh cinta, dia pun mendekatkan wajahnya mencium bibir Irene lama.

Merasakan bibir manis yang selalu dipujanya, sungguh Gian sangat mencintai Gabriella Irene Shaenette.

"Tidur, ya. Saya minta maaf sudah membuat kamu sedih dan menangis."

Irene menarik lengan Gian kuat dan berhasil membuat cowo sipit itu terjatuh ke ranjang, "Mas gian harus peluk aku...sampai aku bobo pules..."

Gian mengangguk, dia mengecup puncak kepala wifey nya.

"Saya ngga akan ninggalin kamu, Irene."

.





















Wedding Agreement [SEULRENE] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang