Chapter LIV : Jangan Pergi, Mas

343 72 30
                                    

Disclaimer: Alhamdulilah, Puji Tuhan, Astungkara, Wedding Agreement udah selesai. Damai ya, gaes.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








AUTHOR POV






"Irene...."

"Aku baik-baik aja, ma."

Dia menggigit bibir pucatnya yang gemetar karena menahan air mata, cairan bening itu kembali memenuhi pelupuk nya.


"Ayah sama mama disini, sayang."

Raymond mendekap anak nya sangat erat, hatinya sungguh sakit melihat Irene yang terus menatap kosong kearah sesosok laki-laki yang sudah terbujur kaku di atas ranjang.


"Mas Gian lagi istirahat aja kan, yah?"

"Mas Gian lagi bobo kan, ma?"

"Sayang," Silvy merangkup wajah Irene dan ibujari nya menyeka setetes air mata yang jatuh dari mata Irene, "Dengerin mama, nak."


Irene menggeleng, tatapan nya masih kosong. "Mas Gian lagi tidur, ma. Kenapa ada temen-temen nya yang nunggu di luar?"

"Jangan ganggu mas Gian."

"Irene-"


"Usir mereka dari sini, yah. Kalau pun mereka mau kesini, jangan pake baju hitam. Mas Gian ngga suka warna hitam."

"Irene, jangan seperti ini nak. Ayah mohon..." lirih Raymond, matanya mulai berkaca-kaca melihat betapa anak kesayangan nya ini sangat terpukul atas kematian Gian.

"Biarkan mereka masuk ya, Rene? Mereka kesini mau nengokin Gian, sayang. Ngga akan ganggu tidur nya Gian...ya?" bujuk Silvy dan linangan air matanya terlihat jelas.


"...."

Silvy tersenyum, "Gian pasti tau kalau kamu selalu ada di sisinya, Rene."

Raymond pun membuka pintu kamar rawat menantu nya, dia hanya mengangguk dan mengucap 'terimakasih' pada rekan-rekan Gian yang datang.


Wedding Agreement [SEULRENE] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang