Chapter XVI : Aku Disini

705 132 14
                                    

AUTHOR POV




























"A-alkohol ??"

Ayah Ray menatap lekat-lekat kertas hasil labolatorium dari dokter yang menangani kecelakaan anaknya, semua emosi tercampur aduk dalam dirinya baik sedih, marah, dan lain-lain.

"Iya, pak. Kadar alkohol di dalam tubuh anak Bapak sekitar 14%, kemungkinan besar penyebab kecelakaan nya karena anak bapak menyetir dalam keadaan mabuk."

Ayah Ray meremas kertas tersebut hingga lecek, sedangkan mama Silvy masih menangis dan ditenangin sama Oca dan Joy yang langsung cabut dari kampus ninggalin tugas mereka pas Wendy ngabarin kalau Irene kecelakaan.

Iya. Jadi sebenernya, Wendy emang udah curiga pas hp Irene ngga aktif sejak sore tadi dan ditambah bini nya kak Gian itu bolos kuliah. Alhasil dia mutusin untuk datengin pos polisi sekitar ITB dan Dago untuk ngecek CCTV kali aja dia bisa nemuin jejak Irene dari kamera jalan raya itu.

Jangan tanya kayak apa rasa takut yang dirasakan Wendy saat dia mendekati tubuh mungil sahabat nya itu tertimpa motor vespa ungu nya yang udah ringsek ngga berbentuk karena dihantam mobil sangat keras. Begitu juga dengan Irene yang menghantam pembatas jalan tak kalah keras nya.

"O-om ini hp Irene ada di saya...." kata Wendy dengan terbata-bata, tangan nya gemetar ketika memberikan benda tipis yang layar nya udah rusak itu ke ayah Ray.

"I-itu benda terakhir yang I-irene genggam s-sebelum pingsan..."

"Ya Tuhan, nak..."

"Irene..."

"Tante, tante...tenang dulu, tante Silvy." Joy kaget pas tiba-tiba badan mama nya Irene itu lemas dan hampir jatuh ke lantai, untung Joy sempet megang tangan nya.

Kelima manusia itu pun duduk di depan ruang IGD dan semuanya mengkhawatirkan kondisi Irene di dalam sana yang masih berjuang bertahan hidup.

"Gian ada dimana ?"

.




























.

"Brenda, saya minta tolong untuk lebih cepat lagi."

"Ini udah paling cepat, Gi. Aku dari tadi berdoa semoga kita ngga ditilang sama petugas tol tengah malam gini karena melebihi batas kecepatan kendaraan."

Brenda melajukan SUV Lexus nya dengan kencang di jalanan tol yang terlihat sepi dan lengang ini. Mobil tersebut adalah milik Gracia- salah satu kenalan nya di FK UI, untung teman nya itu gercep jadi dia bisa langsung meminjam mobil ini untuk kembali ke Bandung.

"Sampai di RSHS, sepertinya aku langsung ke Jakarta. Takutnya Gre butuh mobil nya."

Brenda melirik Gian yang sedari tadi mengepalkan tangan nya kuat-kuat, Brenda dapat melihat urat-urat yang menonjol di leher cowo sipit itu yang menandakan kalau mantan nya itu sedang menahan emosi yang meletup-letup.

"Aku yakin itu bukan kecelakaan yang berat, Gi. Dari cerita teman nya-"

"Irene tidak memakai helm dan dia melajukan motor nya lebih dari 60 km/jam, Brenda. Apa kamu masih menganggap itu bukan kecelakaan berat ?"

Brenda mengeratkan pegangan nya pada stir mobil, sesekali dia menyalakan sen kanan untuk mendahului mobil di depan nya.

"Setidaknya, kamu jangan berpikir kearah sana. Calon istri kamu itu bandel, pasti dia kuat dan bisa bertahan."

Gian menggigit bibirnya yang gemetar, pikiran nya sangat berkecamuk saat ini.

"S-saya takut, Brenda. Saya takut. Saya takut kalau ini terakhir kali saya bertemu dengan nya."

Wedding Agreement [SEULRENE] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang