27. Andai (end s1)

141 9 2
                                    

Anta kembali dalam keadaan koma, hasil pemeriksaan menunjukkan ada pendarahan di otak, mungkin karena guncangan akibat stress berlebihan karan memaksa mengingat apa yang dia lupakan atau karena suatu hal lain, emosi apapun yang berlebihan sangat berpengaruh untuk tubuh Anta ucap dokter mengingat Anta baru sebulan lebih bangun dari koma. Selama Anta kembali tertidur kehidupan Gavin kembali seperti semula, ia kembali menjadi dirinya sendiri bersama teman-temannya dan bahkan masih berusaha mengejar Karina meskipun Karina masih merajuk karena pernah ditolak 2 kali, Hasley senang Gavin telah kembali menjadi dirinya meskipun ia merasa aneh pada hatinya ia merasa kehilangan sosok Gavin yang dingin dan Rapuh. Keluarganya begitu berbahagia melihat perubahan Gavin yang berangsur menjadi dirinya sendiri Gavin bahagia meskipun Nilainya kembali turun padahal dia masuk 10 besar ketika Anta mengambil alih tubuhnya, Gavin sering mengunjungi Anta begitu pula dengan Kaffa.

"Sudah 2 minggu Anta koma, apakah ini karena jiwanya berpindah tiba-tiba? Tubuhnya masih lemah dan tubuhnya menerima jiwa Anta yang rapuh!" -Riku di depan ruang kamar rawat Anta bersama Kaffa dan Gavin.

"Ahhh itu masuk akal, itulah sebabnya Aku langsung bangun tapi Anta tidak, Anta mengurus tubuhku dengan baik, meskipun aku sedikit kurus tapi aku sehat !" -Gavin.

"Berterima kasihlah padanya, dia bertanggung jawab pada hidupmu !" -Kaffa.

"Aku sudah melakukannya tanpa kau suruh, hhh , apa Anta bisa bangun ? Aku masih punya janji yang belum ku tepati !" Ucap Gavin menatap menghela nafas dalam.

"Kalian berdua, kenapa kalian selalu memulainya dengan janji yang belum ditepati hah ? Kalian benar-benar kakak adik yang cocok, aku sudah mengira sebelumnya kau pasti akan berjodoh dengan Karina karena kalian cocok mirip !" -Riku.

"Apa kakak dukun?" -Gavin.

"Dia bisa jadi apa saja !"-Kaffa.

"Kau hebat hehee !" -Gavin menepuk keras punggung Riku sambil terkekeh.

"Kalian tidak akan pulang? Kau besok sekolah kan ?" Ucap Dr. Hi'an menghampiri.

"Ada apa kau malam-malam disini? Jangan bilang kau lembur!" -Riku.

"Kenapa? Aku tidak boleh lembur?" -Dr. Hi'an.

"Sejak kapan kau lembur? Kau biasanya bekerja keras siang hari menghindari lembur pada malam hari kenapa sekarang kau mengambil lembur ? Apa hati nurani terketuk untuk berperan sebagai malaikat penyelamat manusia sekarang?" -Dr. Hi'an.

"Kau bicara seperti itu seolah ini selama ini aku hanya menganggap ini hanya profesi ku, aku memang sudah berperan sebagai malaikat sejak dulu kau lupa ? Itulah sebabnya kau terinspirasi dan ingin menjadi dokter juga, dasar bajingan kecil !

Aku disini karena penasaran kalian sering datang akhir-akhir ini aku ingin tau kalian pulang pergi jam berapa itu saja !" -Dr. Hi'an.

"Wah kau kepoan sekarang !"
Kau lembur hanya untuk alasan itu, sungguh menakjubkan!" -Riku dengan wajah remehnya.

"Dimana kak Drial, apa dia tidak lembur bersamamu ?" -Riku.

"Kenapa aku harus selalu bersamanya ? Memangnya dia Istriku?" -Dr. Hi'an.

"Aku tidak tau kalian berteman dengannya bukankah dia yang mencoba bunuh diri dengan menabrakkan diri ke mobilmu Gavin ?" Ucap Dr.Hi'an menengok ke dalam ruang rawat Anta Galavin.

"Iya benar !" -Gavin.

"Ku dengar dia sudah bangun kenapa dia tiba-tiba koma lagi, padahal dia sudah melakukan therapy untuk bisa berjalan lagi !" -Dr.Hi'an masih menatap melalui kaca di pintu kamar rawat.

" Tidak sesuai dugaan, ku pikir dia akan marah ketika bangun mengetahui dia belum mati, dokter perawat nya bahkan sedikit bersyukur dia mengalami amnesia sehingga dia lebih baik saat bangun, otak mungkin tidak mampu mengingat tapi alam bawah sadarnya masih mengingatnya dan itu masih berpengaruh pada psikologis nya, dia harus bisa mengatasi keterpurukan itu jika ingin bebas, kalian bicaralah dengannya bantu dia menemukan alasan untuk bertahan, dia mungkin tertidur tapi dia bisa mendengarnya jadi, saat menjenguknya jangan diam aja ajak dia bicara, ini saran ku sebagai dokter senior, ingat itu junior !" Ucap Dr.Hi'an menatap Riku.

"Yah aku harus pergi, kalian pulang lah !" Ucapnya sambil berjalan pergi.

"Tch, dia berlagak keren !" Ucap Riku terus menatap punggungnya Sang Kakak yang berjalan menjauh.

"Kau sepertinya sangat menyukainya!" -Gavin menatap Riku tersenyum.

"Katakan sebenarnya kau tidak bodoh kan ?" -Riku menatap curiga Gavin, Gavin membalasnya dengan tawanya ceria.

"Aku akan masuk sebentar lalu kita alan pulang !" Ucap Kaffa beranjak masuk ke kamar rawat Anta Galavin, Kaffa menatap tubuh yang terbaring di ranjang rumah sakit. Kaffa mengingat apa yang dikatakan Dr. Hi'an tadi, Kaffa menunduk mendekatkan wajahnya Kaffa menatap wajah yang tertidur itu sejenak lalu ia mulai bicara.

"Aku lupa siapa yang menang, apakah itu kau ? Janji apa yang kita buat dulu, tapi ku rasa kau menang benar kan ? Kau bilang akan menyimpan nya dan menggunakan nya nanti, permintaan mu masih berlaku, aku tidak ingin ada hutang, ayo kita selesaikan!" -Kaffa.


Ting ..


Pesan masuk dari Rena, yang berisikan

" baiklah jika itu keputusanmu, kita istirahat sejenak, tapi aku tidak menyerah dengan hubungan kita, aku akan mencoba mengerti keadaanmu dalam hubungan pasti ada titik jenuh tapi kita pasti akan kembali seperti dulu !"


Ponsel itu hanya tergeletak disisi ranjang dekat tubuh Anta, sedangkan pemiliknya sedang melakukan hal gila untuk pertama kalinya, dia tidak tau kenapa ia tidak menyukainya tapi sudah beberapa hari ini saat menatap Anta Kaffa ingin sekali menciumnya, jika Anta bangun saat ia menciumnya pasti ia akan marah tapi Kaffa tidak bisa menahannya, ia tau bagaimana rasanya mencium seorang pria apakah itu terasa mengerikan?!



"Sejenak aku berharap ini mengerikan hingga ini dapat berakhir, namun ...


Kaffa menatap wajah itu setelah menciumnya..

"Rasanya tidak buruk !"

Kaffa tertunduk ke lantai, ia merasa telah melakukan kejahatan karena mencium seseorang yang sedang koma. Meskipun begitu rasanya saat ini bukan hanya ciuman tapi Kaffa sangat ingin memeluknya Kaffa menenggelamkan wajahnya dial lututnya, menutupi kepalanya dengan kedua tangannya perasaan yang begitu lekat itu telah berkembang dan menjadi tak tertahan kan.


Di mobil
Kaffa menatap keluar jendela dengan berpangku dagu, pikiran melayang membayangkan kebersamaannya dengan Anta berandai-andai jika ia mengaku tentang perasaannya apa yang akan terjadi? Kaffa berpikir ia akan mendekati Anta dengan perlahan, jika pun pada akhirnya mereka tak bersama ia berharap dapat berteman baik.


Dirumah sakit
Anta membuka matanya, perlahan tangannya terangkat menyentuh bibirnya lalu ia menutup matanya dan bibirnya menunjukkan senyum yang menyakitkan.

" Betapa egoisnya, aku berharap tidak bangun bahkan berpura-pura masih tertidur, aku menutup mata berpikir tidak mungkin orang lain akan menyukai ku, Akhhh aku ingin hidup!" -Anta.










The End~

ANTAGONIS (S1END) - ( S2END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang