Bab 11

12 3 1
                                    

Bel berbunyi, Yasi tidak cukup waktu untuk melacak alamat email pengirim tautan, alhasil itu pun tertunda. Tapi setelahnya rasanya Anta malah bersyukur karena kejadian ini Kaffa mulai memperhatikannya, bahkan ia mengajaknya bicara setelah kelas berakhir.

"Ayo kita selesaikan yang tadi, anak kelas satu itu seperti mengerti masalah ini !" Ucap Kaffa. Semua menatap ke arahnya karena Kaffa menunjukkan kepeduliannya kepada orang yang pernah ia pukuli.

"Jadi itu beneran kau ?" Tanya Derrel mendekati Anta.

"Itu terjadi saat SMP kan? Wah kau dikeroyok oleh orang yang badannya lebih besar darimu, apa yang kau lakukan sampai membuat mereka marah ?" Tanyanya kemudian.

"Pulanglah jika tidak ada keperluan lagi!" Ucap Kaffa pada Derrel, semua terkejut Kaffa menunjukkan wajah dinginnya terlebih orang-orang terkejut karena Kaffa seolah melindungi Anta.

"Ini bukan tentang video itu, tapi siapa pengirimnya dan apa motifnya melakukan ini !" Ucap Rena.

"Iya jujur saja aku tidak perduli dengan isinya, tapi ini agak creepy karena pengirimnya tahu alamat email kita semua, sudah pasti itu harusnya seorang siswa yang juga sekolah disini. Jadi siapa yang memiliki alamat email kita semua? Kecuali kan guru karena tidak mungkin ini adalah guru !" Ucap Vivian.

"Yah ini seru, kita seperti main detektif - detektifan !" Ucap Jerry dengan konyolnya merasa antusias.

Tiba-tiba Anta mendapatkan sebuah pesan dari nomor tidak dikenal yang berisi" jika tidak ingin video yang lainnya tersebar, katakan pada anjingmu anak kelas satu itu jangan mencari tau tentang alamat email itu !"

Anta membalas" Siapa kau ?"

"Mari bertemu malam ini di gang xx !"
Gang yang dimaksud adalah Gang kecil tempat Anta bekerja.

Anta pun beranjak berdiri Kaffa menahannya karena ia penasaran pesan apa yang baru saja ia dapat.

"Mau kemana ?" -Kaffa menahan tangan Anta.

"Fa, seingatku aku punya satu permintaan kan ?" Ucap Anta, Kaffa bingung kenapa Anta tiba-tiba membicarakan itu, ia tau Anta sedang mencoba mengalihkan perhatiannya.

"Setelah ujian ayo pergi bersama, aku akan tentukan tempatnya nanti. Hanya kita berdua tidak boleh ada orang lain yang ikut !" Ucap Anta sesaat sorot matanya mengarah ke Rena, Rena merasa marah mendengarnya, ia merasa Anta itu licik padahal itu hanyalah perasaan berlebihan dari feeling-nya yang semakin merasa tidak tenang akan kedekatan keduanya.

Anta pun beranjak pergi menuju Yasi. Ia berjalan di koridor di perjalanan ia berpapasan dengan Yasi.

"Kebetulan kau disini, aku menemukannya dia, orang itu memakai email sekali pakai semua datanya milik orang lain dia mengirim itu dari sekolah ini itulah sinyal yang ku dapat !" Ucap Yasi.

"Aku sudah tau siapa orangnya, kau lupakan saja ini dan jangan lagi ikut campur dalam masalah ini !" Ucap Anta hanya mengatakan itu lalu pergi tapi Yasi mengikutinya.

"Siapa orangnya? Apa dia mengancam mu agar aku tak ikut campur dalam masalahmu ? Apa dia salah satu orang yang menusuk mu ?" -Yasi.

"Ini tidak ada kaitannya denganmu jadi lupakan saja dan menjauh lah dariku!" -Anta.

"Aku satu-satunya orang yang paham betul masalah yang kau hadapi, aku mencoba membantumu kau bisa mengandalkan aku. Jangan menghadapinya sendirian, meskipun kau bersikeras mendorongku aku akan tetap membantumu dengan caraku !" Ucap Yasi, Anta sadar tidak ada gunanya mendorong Yasi pergi. Dimasa depan ia bahkan ketahuan melakukan ritual untuk menghidupkannya kembali saat kabar kematiannya heboh di alumni sekolah.

"Malam ini kita bertemu di depan toko tempat ku biasa bekerja !" Ucap Anta.


Di kelas masih dengan beberapa orang yang membahas tentang video Anta dikeroyok saat SMP.

"Fa, kau ada perjanjian apa dengan Anta ?" -Ghisa.

"Dia memintamu untuk bertemu denganmu hanya berdua, kau yakin tidak akan berbuat hal aneh ?" Tanya Rena.

"Aku pernah bertaruh saat pertandingan futsal, jika tim kami menang dia akan dapat 1 permintaan dariku!" -Kaffa.

"Bukankah itu menguntungkannya !" -Jerry.

"Kami kekurangan orang dia hebat dalam hal ini jadi kami mengajaknya bergabung, demi membujuknya aku terpaksa melakukan itu!" -Kaffa.

"Dia sangat licik, dia tidak ada jera nya padahal sudah pernah dipukuli seperti itu saat SMP tapi masih saja jadi anak nakal di SMA !" -Vivian.

"Sulit mengubah kebiasaan!" -Ghisa.

"Tapi, video ini jelas menunjukkan bahwa adalah korban pengeroyokan terlepas dari apapun masalahnya saat itu. Pertanyaannya untuk apa pengirim anonim ini menyebarkan ini ? Bukankah ini malah membuat orang yang menontonnya merasa iba ?" Ucap Derrel.

"Benar, hei Uta Kian kau juga tidak tau hal ini ? Saat kalian berteman apa dia tidak pernah cerita?!" -Jerry.

"Dia sama sekali tidak pernah membahas tentang dirinya. Sejak awal perhatian nya hanya berpusat pada Rena dia tidak pernah membahas apapun selain membual tentang pacaran dengan Rena dan berbuat jahil !" -Kian.

"Wah !" -Jerry.

"Tapi kemudian dia mendorongnya, dasar psikopat!" Umpat Ghisa.

"Sudah lah, ayo pulang lagipula itu bukan masalah kita!" Ucap Jerry beranjak pergi.

"Bareng!" Derrel merangkul Jerry dan beranjak pergi bersama diikuti yang lain. Begitu juga Rena dan Kaffa yang pulang bersama.

Di depan Kaffa dan Rena bertemu Riku yang berjalan seperti siput dimana ia menaruh 80% perhatiannya pada ponselnya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Kaffa sedikit mengagetkan Riku.

"Oh Kaffa, Ren. Ini video anak SMP dipukuli ini dikirim di grup kelas. Ada mengatakan ini Anta aku sedang mengamatinya dimana letak miripnya !" -Riku.

"Kau pasti belum melihat Anta baru-baru ini !" Ucap Rena.

"Iya, aku sibuk belajar mempersiapkan ujian, nilai ku tidak boleh turun, aku harus kuliah di universitas terbaik dan mengambil jurusan kedokteran!" -Riku.

"Wah Calon dokter!" -Rena.

"Bagaimana tanganmu ?" -Kaffa.

"Oh, sudah lebih baik, gift nya dilepas !" -Riku.

"Tidak ada masalah kan ? Maksudnya tidak ada efek yang tertinggal?" Tanya Rena ekspresi menunjukkan ke khawatiran, sepertinya ia masih trauma ketika mengingat kejadian tersebut.

"Tidak ada, kau bagaimana?" Tanya balik Riku.

"Terkadang aku masih merasa tidak nyaman pada bahuku !" -Rena.

"Biar ku lihat, izin sebentar!" Ucap Riku menaruh ponselnya disaku lalu menarik tangan kiri Rena lalu sedikit memijatnya bahunya.

"Apa sakit ?" -Riku.

"Tidak !" Ucap Rena lalu Riku melakukan hal yang sama ke bahu kanan Rena.

"Sakit ?" -Riku.

"Tidak !" -Rena.

"Ku rasa tidak ada masalah pada bahumu, penyembuhannya cukup baik. Sepertinya kau masih trauma dengan kejadian itu, itulah yang menyebabkan kau masih merasakan sakit padahal bahumu sudah baik-baik saja !" -Riku.

"Wah, kau benar-benar sudah seperti dokter !" -Kaffa.

"Aku harus menjaga pertemanan ini sampai nanti, berteman dengan dokter sangat menguntungkan!" -Rena.

"Yah tentu saja, kalian adalah pasangan yang akan banyak merepotkan ku di masa depan !" Ucap Riku ekspresinya biasa saja.

"Apa sebaiknya kita pergi makan ramen bersama ? Ini hari terakhir ujian ayo kita melepaskan penat pada otak kita dengan makanan enak !" Ucap Rena antusias.

"Ya, aku tiba-tiba ingin ramen. Ayo !" Ucap Riku berjalan lebih dulu.

"Haruskah kita kabari yang lain ? Mereka mungkin belum jauh !" Ucap Rena sembari berjalan bersama Kaffa dibelakang Riku.









Next..

ANTAGONIS (S1END) - ( S2END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang