Bab 5 tidak bisa percaya pada kebaikan orang lain

11 2 1
                                    

Anta terbangun di sebuah ruangan luas dan bersih, kasur tempatnya berbaring terasa empuk dan nyaman. Di tangannya terpasang infus dan ada obat-obatan di samping ranjang di atas meja lampu tidur dan jam digital cahaya biru.

Kamar ini, milik Shura.. batin Anta.

Tiba-tiba pintu terbuka, Shura kaget karena Anta ternyata sudah sadar. Shura mendekat dan jongkok disamping ranjang dengan manis ia menanyakan perasaan Anta saat ini ..

"Bagaimana perasaanmu sekarang, apa kau merasa pusing atau mual ?" -Shura.

"Itu sering terjadi tapi tidak pernah separah ini !" Ucap Anta, ia kemudian sadar ia memakai piyama, pantas saja rasanya nyaman.

"Aku baru saja menyeka tubuhmu dan mengganti pakaianmu, kau keracunan makanan seperti karena karena kau makan makanan yang kadaluarsa. Kesehatan tubuhmu menurun karena makanan tidak sehat jangka panjang yang kau konsumsi dan stress juga salah satu pemicunya. Dokter bilang kau harus benar-benar menjaga kesehatanmu dan jangan terlalu lelah !"-Shura.

"Apa paman tau ?" -Anta.

"Jangan pikirkan Ayah, dia jarang dirumah, kau juga bagian dari keluarga dia tidak akan marah hanya karena kau berada di dalam, toh kau pernah menempati kamar ini sebelumnya jadi kau hanya kembali ke kamarmu !" -Shura.

"Ini kamarku ?" -Anta.

"Iya kau tidak ingat ? Aku menyuruh bibi yang bisa datang bersih-bersih untuk membersihkannya beberapa waktu yang lalu dan ini selalu dibersihkan 2 hari sekali !" -Shura.

"Bagaimana dengan tante?" Anta bertanya karena Ibu Shura sama bencinya ia seperti paman.

"Jangan pikirkan hal lain pokus saja pada kesehatanmu, baiklah kau istirahatlah!" Ucap Shura, lalu ia beranjak pergi dan mematikan lampu. Tersisa lah Anta sendiri di kamar yang luas itu, dalam yang sedikit gelap deru nafas Anta terdengar semakin cepat, hening, suara kerongkongan menelan ludah serta suara degub jantung yang membuat kamar yang nyaman ini menjadi suram.

AaAakhhhh...

Lengkingan teriakan suara anak laki menusuk dari dalm kepalanya. Tidak peduli bagaimana eratnya ia menutup telinganya suara itu sama sekali tidak meredam.

Keesokan paginya bak seperti orang yang tidak tidur Anta duduk didepan meja makan seperti robot yang batrei lemah. Ibu Shura menggeplak meja Shura dan Anta terperanjat kaget.

"Habiskan makananmu lalu enyahlah dari sini !" Ucapnya wanita paruh baya berbadan cukup berisi tersebut.

"Ma..!" Shura mengkode ibunya agar sedikit lembut pada Anta. Tapi ibunya membuang muka.

Anta menatap roti dengan telur dan sosis di piring air matanya kembali jatuh padahal ia sama sekali tak merasakan ingin menangis.

"Aku akan pergi jalan kaki, jangan antar aku hari ini !" Ucap Anta bergegas pergi, di depan rumah Anta bahkan sedikit berlari ia menghindari Shura yang kemungkinan mengejarnya. Dengan langkah cepat di trotoar menuju halte bus Anta mengusap air mata yang terus mengalir dengan derasnya.

"Kenapa seperti ini, apa yang terjadi padaku!" Gumamnya yang kini mulai terisak.

Anta berhenti ketika pandangannya teralihkan pada jalan raya yang ramai tanpa sadar kakinya melangkah menuju jalanan ketika kakinya sudah menginjak jalan raya seseorang menariknya dengan keras hingga ia terjatuh.

"Apa kau gila, kau ingin mati ?" Ucapnya awalnya Anta mengira itu adalah Shura namun ia sangat kaget ketika melihatnya, orang itu ternyata adalah Kaffa.

"Jika kau ingin mati lakukan ditempat lain, jangan-

Ekspresi Kaffa awalnya jengkel dan dia ingin terus mengomel tapi kemudian ia terdiam ketika melihat Anta yang habis menangis dan sekarang ia tak tau harus berkata apa.

ANTAGONIS (S1END) - ( S2END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang