Bab 4 - menyedihkan

14 2 1
                                    

Hal yang sama terus terjadi berulang, Anta di ganggu oleh anak-anak yang biasanya ia ganggu terlebih lagi Praz, Azka dan Bj, merekalah yang paling sering dan yang paling kejam dalam membully Anta. Dulu itu Nio menatapnya dengan tatapan dan senyum remeh sekarang ada Bj, meskipun ia tidak ikut memukul atau menendangnya tapi orang sepertinya lah yang paling mengerikan Sam seperti Shura ketika ia masih di SMP. Semua terasa kembali seperti dulu, inilah dirinya yang sebenarnya dirinya sering mendapatkan pukulan tanpa alasan.

Namun meski ia sering di ganggu entah kenapa disekolah yang ramai ini merasa sendirian, rasanya hanya ada ia sendiri. Ketika dikelas entah itu jam istirahat atau jam pelajaran rasanya kelas itu hanya dihuni oleh dirinya seorang.

Darah menetes dari hidungnya, lamunannya pun buyar tempat yang tadi sepi dan sunyi kini menjadi berisik dan ramai. Anta menyapu darah di hidung menatap darah yang menempel di tangannya lalu menatap seluruh orang-orang yang ada dikelas semua asik berbincang sambil memegangi pulpennya ada juga yang bermain pesawat kertas san ada juga yang pokus dengan bukunya.

"Kau akhirnya tumbang, kesehatanmu yang sekeras baja itu kini berlubang!"

Dia lagi, batin Anta. Bagaimana harusnya aku menyebutnya? Anta juga ? Atau siapa?

"Ini sudah seminggu, kau masih belum berhasil bunuh diri!"

Orang yang berjongkok bersandar di tembok ini merebahkan wajahnya di pergelangan tangan yang memeluk lututnya. Serasa ada yang berbeda, kehadiran terasa memudar..

"Kau-

"Jangan bicara, kau akan dianggap gila!" Ucapnya, Anta pun terdiam.

"Aku tidak akan membantumu setelah ini, aku hanya akan mengawasimu dari jauh ketika udah hampir sebulan aku akan datang lagi untuk menentukan siapa yang kalah !" Ucapnya lalu ia menghilang berbarengan dengan suara bel tanda jam pelajaran sudah usai dan semua siswa di pulangkan. Waktu menunjukkan jam setengah 4 sore. Sudah beberapa lama Anta tak masuk kerja sejak ia kembali ke masa ini. Ia tak tau apakah ia masih diterima di toko itu.

Menuju ke toko di gang kecil tersebut Anta mengabaikan banyak panggilan dari Shura, ia masih mentoleransi di antar ke sekolah saat pagi tapi tidak untuk menjemputnya sepulang sekolah. Kemudian Anta tak sengaja berpapasan dengan seorang anak yang wajahnya tak asing anak itu duduk sendirian dengan galau di depan gang kecil yang Anta tuju.

"Gavin !" Ucap Anta spontan, ia kaget melihat si tuan muda yang tubuhnya terlihat lebih kecil dan ia berada di gang yang seharusnya tidak ia kunjungi.

"Oh, kakak yang main futsal sama ka Kaffa !" Ucapnya, ia masih terlihat sama, energik meskipun ia tak bisa menutupi bahwa ia habis menangis.

"Tunggu, bagaimana kakak tahu namaku ?" Tanyanya menyapu air mata.

Benar, Gavin tidak mengenalnya sekarang. "Lupakan, kau kenapa kau berada disini ?" Tanya Anta dan tiba-tiba ia kembali menangis.

"Aku ditipu, aku janjian dengan orang yang katanya akan memberikanku barang yang akan membuatku tambah pintar, tapi dia malah memberi obat aneh dan aku harus membayar mahak hanya untuk beberapa butir obat.

"Obat? Bolehkah aku melihatnya?" Gavin memberikannya pada Anta, Anta sangat yakin ini obat terlarang. Orang-orang ini sepertinya benar-benar mengincar siswa mereka bahkan menipu anak SMP.

"Jika kau ingin pintar harusnya kau belajar !" Ucap Anta menjitak dahi Gavin.

"Aw, kenapa kau tiba-tiba menjitak kepalaku !" Ucapnya menggosok dahinya.

"Kau tau apa ini ? Ini narkoba, kau akan dipenjara jika ketahuan memiliki ini !" Ucap Anta tiba-tiba saja bertindak sebagai seorang kakak. Gavin yang mengetahui obat apa itu semakin panik, sembari terisak dengan mata merah ia bertanya apa yang harus ia lakukan sekarang. Anta pun berjalan ke selokan yang tergenang air, Anta membuang obat-obatan tersebut ke dalam air.

ANTAGONIS (S1END) - ( S2END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang