Yasi kaget Anta berbaring di lantai toilet dengan darah menggenang disekitar tangan kanannya.
"Hei !" Yasi melihat apakah Anta masih sadar atau tidak, Anta terlihat menatap Yasi dengan lemah tampak ia terisak sepertinya ia menangis.
"Aku akan membawamu kerumah sakit !" Ucap Yasi ingin membangunkan Anta dan membopongnya. Tapi Anta menepis..
"Sudah ku bilang aku lelah bolak balik rumah sakit, aku tidak mengerti kenapa aku aku kembali ke sini. Aku sudah melalui ini sebelumnya inilah alasannya aku bunuh diri, tidak ada seorang pun yang percaya padaku, aku korban tapi aku diperlakukan seperti pelaku, mereka memukuli ku tapi semua orang diam saja menandingi ku seperti aku kotoran yang pantas untuk diinjak.. !" Ucap Anta air mata terus berderai, Anta yang masih terbaring itu kini telentang air mata itu mengalir ke pelipis nya.
"AKU TIDAK MAU INI,
"Hei..!" -Yasi
"AKU TIDAK INGIN KESEMPATAN KEDUA ATAU APALAH INI ~("ANTA !!" -Yasi) ~AKU TIDAK MAU !" Teriak Anta, bersama dengan Yasi yang mencoba menyadarkannya.
"Hei lihat aku, semua baik-baik saja. Tenang, tarik nafas!" Yasi menuntun Anta untuk menenangkan diri, tak lama beberapa siswa lain ingin masuk ke toilet tapi kaget melihat Yasi yang dengan panik menemani Anta berdarah-darah berbaring di lantai, bukan hanya satu dua orang beberapa siswa lain juga datang termasuk Riku dan Fano.
"Apa yang terjadi ?" Fano kaget.
"Hei, Anta kau baik-baik saja ?" Tanya Riku terlihat panik ia mendekat mencoba membantu.
"Kasih dia ruang, dia sedang mengalami gangguan panik!" Ucap Yasi.
"Apa yang terjadi?!" Tanya Kian yang baru saja tiba, ia diam membeku di pintu ketika melihat Anta berbaring dilantai toilet.
"Hei bawa dia ke UKS !" Ucap Fano.
"Ayo angkat aja !" Ucap Siswa lain.
"Ta, pegangan aku akan membawamu ke uks !" Ucap Yasi si siswa kelas 1 mengangkat Anta seorang diri ala bridal, kedua tangan Anta terkalung di bahu Yasi, dagunya menempel di bahu yang satunya alasannya ia ingin menyembunyikan wajah menyedihkannya ia menutup matanya tidak ingin melihat bagaimana orang lain menatapnya. Kian menatap Anta pergi tangan berdarah bajunya terkena bercak darah dan dilantai juga banyak bercak darah.
Wah, apa yang sebenarnya terjadi?" Gumam siswa lain.
"Mungkinkah dia melukai dirinya sendiri, anak kelas satu tadi bilang dia sedang mengalami gangguan panik, artinya dia mengalami masalah mental kan ?" Ucap siswa lain.
"Apa dia merasa tertekan karena semua orang membencinya? Di sosial media dia juga dihujat habis-habisan kan ?"
Shura berlari dengan panik di koridor. Ia tak sengaja bertabrakan dengan Kaffa yang sedang bersama Rena habis dari kantin bersamaan dengan itu bel berbunyi tanda jam pelajaran selanjutnya akan segera dimulai.
"Hei, kalian tau dimana UKS?" Tanya Shura.
"Di sebelah sana lurus aja, nanti ada tanda petunjuk ke UKS dan ke perpus!" Ucap Rena menunjukkan arah.
"Terimakasih!" Ucap Shura kemudian ia kembali berlari ke arah yang ditunjukkan.
"Dia kakaknya Anta kan ?" Tanya Kaffa.
"Setau ku Anta tidak punya kakak, waktu kecil kami pernah bersekolah disekolah yang sama, setahuku dia anak satu-satunya. Oh iya aku penasaran, setahu ku ayahnya Anta bukanlah ayahnya yang sekarang jadi wali kota, aku merasa aneh aja aku sangat ingat wajah ayah dan ibunya!" Ucap Rena menyuarakan kebingungannya mengenai wali kota yang dikenal sebagai ayahnya Anta.
"Aku yakin itu kakaknya, lihatlah artikel tentang walikota, dia adalah Shura anak pertamanya. Dia seorang mahasiswa yang berprestasi!" Ucap Kaffa.
"Benarkah? Kamu mencari artikelnya ? Kenapa ? ku pikir kamu membenci semua tentang Anta setelah kejadian kamu memukulinya!" -Rena.
"Aku tidak sengaja menemukannya aku hanya ingin tau perkembangan tentang masalah Anta di internet. Itu sudah sampai pada orang-orang yang menemukan alamat rumahnya !" -Kaffa.
"Itu mengerikan, tidak ada tindakan serius kan takutnya kamu akan terkena masalah karena kamulah yang menyebarkan keburukannya di sosial media!" -Rena.
"Tidak apa, walaupun itu akan jadi masalah nanti aku akan bertanggung jawab atas apa yang kulakukan!" Ucap Kaffa mengelus kepala Rena.
"Hayoloh, ini masih disekolah jangan pacaran!" Ucap Ghisa bersama Vivian.
"Iri bilang bos!" Ucap Jerry lewat ditengah-tengah menyingkirkan keduanya.
"Woi tikus lewatnya biasa aja bisa kan ?" Teriak Ghisa kesal.
"La la la !" Ucap Jerry pura-pura tidak mendengar dan terus berlalu menuju kelasnya.
"Hei kau dari tadi diam aja kayak orang patah hati, kenapa?" Ucap Uta pada Kian. Mereka berjalan bersama di koridor dan berpapasan dengan Kaffa, Rena, Ghisa, Vivian.
"Tidak k apa-apa !" Ucap Kian tidak semangat.
"Hei Upin ipin, hari ini ngerjain tugas makalahnya dirumah Rena !" Vivian
"Eh buat grup aja nggak sih biar dikabarin di grup aja nanti !" Ide Ghisa.
"Boleh!" -Rena.
"Terserah kalian aja!" -Kaffa.
"Eh Anta gimana ? Masukin juga nggak ?" Tanya Ghisa menatap Rena sedangkan Rena menatap Kaffa.
"Nilai kita akan dikurangi jika kita sengaja meninggalkan dia !" Ucap Kaffa disambut helaan nafas kasar dari Ghisa.
"Dia juga mungkin nggak bisa datang !" Gumam Kian.
"Kenapa?" Tanya Uta karena ia dekat dengan Kian jadi ia mendengar yang Kian gumamkan.
"Dia terluka di toilet tadi, ku dengar dia melukai dirinya sendiri dan mengalami serangan panik!" Ucap Kian menjelaskannya dengan menunduk tanpa menatap Ke Uta atau lainnya.
"Hah, dua sudah gila ?!" Ucap Ghisa terdengar remeh.
"Oh jadi orang tadi beneran menemui Anta di UKS?" Ucap Rena.
"Kenapa dia melakukannya !" Ucap Uta terlihat kesal. " Dia bisa pindah sekolah jika dia merasa tersiksa, kenapa dia bertahan disini lalu melakukan hal bodoh seperti itu !" Ucap Uta lalu beranjak pergi menuju kelas dengan kesal.
Rena menatap Kaffa, entah kenapa Rena merasa aneh dengan reaksi Kaffa setelah mendengarnya, apakah Kaffa menyesal membuat hidup Anta jadi seperti ini? Apakah ia merasa kasihan pada Anta ?
Di UKS
Shura mengelus rambut Anta yang telah bertumbuh, warna merahnya memudar dan sebagian kembali menjadi hitam terutama di bagian dekat pangkal rambut."Saya izin kembali ke kelas dulu!" Ucap Yasi.
"Baiklah, terima kasih sudah mengantar Anta kesini !" Bu Prita.
"Terimakasih sudah merawat Anta!" Ucap Shura membungkuk pada dua orang di depannya.
"Tidak, Anta adalah orang yang saya kagumi, saya senang bisa membantu. Dia adalah yang kuat, selama ini dia mampu menutupi kesusahan dan mengutamakan orang lain meskipun terkadang caranya dalam melakukan pendekatan salah. Saya kini sadar dia hanyalah manusia, akhirnya dia mungkin berada di batas tak mampu menyembunyikan semua lagi. Saya mohon untuk membantunya, tolong jaga dia !" Ucap Yasi membungkuk memohon pada Shura.
"Tentu, aku pasti akan menjaga adikku !" Ucap Shura tersebut dengan ekspresi sedih.
Anta tertidur pulas setelah menangis, mungkin karena ia mengeluarkan uneg-uneg nya dan juga karena ia tak bisa tidur tadi malam sehingga membuatnya yang lelah sedikit plong sehingga dapat tidur dengan nyenyak. Shura melihat tangan Anta yang di perban, sebelumnya bu Prita sudah mengatakan bahwa luka yang Anta alami adalah luka tusuk yang artinya Anta telah dirundung disekolah. Shura bertekad tidak akan membiarkan Anta di bully, ia tidak akan diam lagi seperti dulu.
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS (S1END) - ( S2END)
Teen FictionAnta Galavin yang terkenal nakal waktu di SMU melakukan percobaan bunuh diri 2 tahun setelah kelulusannya.