Kehidupan Yang Biasa

63 10 2
                                    

"Nggh.. susah banget.."

Erlangga yang baru saja berlari melewati ruang tamu sambil membawa anak ayam, kembali berjalan mundur karna melihat Gerald yang tampak kesulitan dengan tugas soal yang dia dapat dari gurunya siang tadi.

"Bang Gerald kenapa?" Tanya Erlangga.

"ANGGA! TARO AYAMNYA DI BELAKANG!!!" Teriak Jidan ketakutan.

Erlangga kembali tersenyum lebar lalu dia kembali mengejar Jidan sambil menyodorkan anak ayam padanya.

Jonathan yang sedang duduk di lantai dapur sambil memotong sayuran, terhenti karna Jidan dan Erlangga berlari melewatinya.

"Ayam yang kemaren kan udah di jual!! Kenapa ada lagi ayam yang punya dendam sama gua!!" Teriak Jidan.

"Ini kan anaknya kepin," kata Erlangga girang sambil mengusapkan pipinya ke anak ayam yang masih berwarna kuning itu.

"Kepin?" Tanya Jonathan heran.

"Hahaha iya kepin. Ayam yang punya dendam sama bang Jidan kan bertelur," kata Erlangga dengan wajah berseri.

"Kalo bertelur kan cewek, kenapa di namain kepin," pikir Jidan dan Jonathan.

Jidan kembali kabur melewati gang kecil yang menjadi pemisah antara rumah utama dan juga rumah untuk mereka meletakkan ternak.

Saat Erlangga kembali tiba di ruang tamu, dia meletakkan anak ayam itu di lantai lalu menyeringai dengan mata licik ke arah Jidan yang terengah-engah kelelahan.

"Kejar Lupin!!" Teriak Erlangga.

"Lupin??" Gumam Gerald dan Jonathan heran.

Jidan tersentak melihat anak ayam itu melompat-lompat lalu mengejarnya dengan cepat.

"Kenapa dia nurut sama Erlangga sih. JON TANGKEPIN!!" Teriak Jidan.

Jonathan menghela nafas. Dia berdiri lalu pergi mengambil anak ayam itu dan meletakkannya kembali ke rumah sebelah.

"Hahaha.. hahaha.. aneh banget takut sama anak ayam," kata Erlangga tertawa terpingkal-pingkal.

"Angga...."

Erlangga yang sedang tertawa, tersentak lalu dia mendongak melihat Jidan yang marah ada di belakangnya.

"AAAAA!! BANG JON!! BANG JIDANNYA TUH!!!" Teriak Erlangga.

"Dan.."

Panggil Jonathan dari dapur.

Jidan yang sudah mengangkat Erlangga sampai tubuhnya terbalik, kembali meletakkan Erlangga di lantai.

"Awas Lo! Kalo pas Jonathan pergi.. ga bakal ada yang nyelametin elu. Gua kunci di rumah samping yang ada banyak setannya.."

Erlangga menelan ludah ngeri mendengar ancaman Jidan.

"G-Ga ada setannya.. orang tiap pagi aku yang ngeluarin ayam sama bebek," kata Erlangga.

"Elu ga perhatiin aja lukisan nenek-nenek yang ada di tembok tengah. Elu tau kenapa Jonathan, Nanda sama gua ga buang? Soalnya ada kutukannya.."

Erlangga yang ketakutan langsung ciut sampai wajahnya tampak pucat.

Gerald terkekeh melihat mereka berdua yang dari tadi bercanda di hadapannya. Karna sudah tidak tertekan, Gerald mencoba kembali menyelesaikan soalnya dengan tenang.

"Makasih bang.."

Nanda yang baru saja pulang dengan baik ojek online, langsung masuk dan melihat betapa ramainya ruang tamunya.

"Tumben masih ada matahari elu udah balik," kata Jidan yang duduk bersandar di dekat pintu.

"Iya.. pala gua pusing, kayanya ga enak badan deh," keluh Nanda.

Pewaris part 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang