Merubah Diri

43 8 0
                                    

Di ruang tamu, Jonathan memanfaatkan waktu yang ada untuk menyusun rencananya. Dia menulis susunan rencananya di buku kecilnya, memperhatikannya sejenak lalu merobek, meremas dan meletakkan di kumpulan kertas-kertas yang bernasib sama dengan kertas itu.

"Bikin kue yang paling lama. Tapi Erlangga masih anak-anak dan kami menumpang di rumah orang. Jadi tidak mungkin disana sampai larut malam, sebaiknya itu di lakukan paling awal. Yang paling tidak bisa di tunda itu janjian dengan Olivia dan Gerald karna mereka bertemu dengan orang. Lalu untuk baju Nanda, aku bisa mengambilnya setelah janjian dengan Olivia dan Gerald selesai. Tunggu, Kalau begitu bagaimana aku bisa ke tempat Gerald dan Olivia dalam waktu yang bersamaan?"

Jonathan yang tadinya bergumam sambil mencatat, kembali terdiam lalu dia merobeknya lagi.

Jonathan terdiam sejenak lalu terpikirkan sesuatu di dalam kepalanya.

Jonathan langsung mengirim pesan ke Olivia dan Gerald untuk menanyakan jam berapa pertemuan mereka.

Jonathan mendengus dan kembali beralih ke layar internet HP-nya untuk mencari ide membuat presentasi milik Jidan.

Saat sedang mempelajari materi Jidan, Jonathan tersentak karna Gerald dan Olivia membalas secara bersamaan.

"Jam 8,"

Jonathan langsung mematung karna balasan mereka berdua sama.

"Kalau jam segitu, perkiraan selesai sekitar jam setengah 9 sampai jam 9. Aku tidak mungkin membuat kue di rumah temannya Erlangga tengah malam. Dan setelah itu, kapan aku mulai membuat materi presentasi milik Jidan kalau aku mulai dengan mengambil baju Nanda?" Gumamnya lagi.

Jonathan kembali merobek kertas catatannya lalu dia pun berdiri dan pergi mengambil papan tulis putih yang biasa di gunakan Gerald untuk homeschooling.

"Oke. Anggap saja Gerald dan Olivia tidak bisa di ubah," ucap Jonathan menulis dan melingkarkan tulisannya di papan tulis.

Jonathan melihat jam sudah menunjukkan pukul 9 tepat.

"Seharusnya Erlangga sedang istirahat. Aku akan coba menanyakan kapan dia ingin membuat kue dengan teman-temannya," gumam Jonathan sambil mencoba menelpon Erlangga.

Sedikit lama Jonathan menunggu, akhirnya Erlangga menjawab.

"Iya bang Jon, ada apa?" Tanya Erlangga.

"Aku mau tanya, kamu mau bikin kue kapan?" Tanya Jonathan.

"Jam 7," jawab Erlangga.

Jonathan terdiam sejenak lalu dia berkedip cepat.

"Tidak bisa di percepat?" Tanya Jonathan lagi.

"Yah ga bisa.. soalnya Toro nya mau pergi dulu. Itu juga gatau katanya bisa langsung nyampe rumah apa ngga jam 7. Tapi paling pasnya jam 8 sih,"

Jonathan kembali mematung karna ucapan Erlangga memberitahunya kalau situasinya semakin buruk.

"Bang Jon? Bang Jon gapapa? Ko diem?"

Jonathan berkedip pelan kembali tersadar dari lamunannya.

"Aku gapapa. Yaudah, kamu sekolah lagi yah," kata Jonathan tersenyum.

"Hehe iya bang. Makasih yah,"

Saat telpon dari Erlangga terputus, Jonathan menghela nafas lalu dia berbaring telentang melihat langit-langit rumahnya.

Di atas kerangka bangunan, Tria yang sedang mengukur panjang besi mendengar HP-nya berdering. Kedua alisnya menekuk lalu dia menjawab telepon itu.

"Halo, ada apa Jon?" Tanya Tria.

Pewaris part 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang