"Tuan Hasbi!!"
Ribut yang berlari masuk setelah mendengar suara pecah, langsung pergi ke arah ruang Artefak. Kakek Hasbi yang berada di depan ruang Artefaknya tampak heran karna salah satu Artefak nya hilang.
"Ada apa tuan?" Tanya Ribut dan Maria yang datang menghampiri tuan mereka.
"Tombak Jupiter hilang," ucap kakek Hasbi sambil menggigit jarinya karna kesal.
"Hilang? Hilang bagaimana?" Tanya Maria.
"Dia pergi begitu saja, tidak ada yang mencurinya," ucap kakek Hasbi.
"Bukannya Artefak ga bisa gerak sendiri?" Tanya Maria lagi.
"Benar, tapi ini berbeda. Dia melesat seperti ingin menolong seseorang," ucap kakek Hasbi.
Kakek Hasbi berjalan ke arah jendela rumahnya yang hancur lalu menyipitkan matanya menatap langit.
"Kupikir bencana Seketh adalah bencana terbesar yang terakhir. Tapi sepertinya tidak," gumam kakek Hasbi.
*****************************
Orang-orang yang terbaring di tanah, perlahan bangkit dan menyadari kalau mereka sudah tidak berada di atas langit.
Anggi yang masih terengah-engah, melihat Erlangga berdiri tegak terdiam disana.
"SEMUANYA PERGI!!" Teriak Anggi.
Orang-orang yang sadar pun langsung bangkit dan berlarian pergi dari sana.
Berjalan dengan kaki di seret, Obi datang dan membantu Anggi berdiri.
"Elu tau ini ada apa?" Tanya Obi.
Anggi menelan ludah lalu dia mengangguk.
"Dasarnya aja gua taunya, tapi masalah besarnya ngga,"
Obi dan Anggi melihat ke arah Toro yang sedang memapah Suci karna pacarnya itu tidak sadarkan diri.
"Tadi apaan? Gua yakin tadi kita di terbangin ke langit," kata Toro.
Erlangga yang masih berdiri disana, melirik ke arah saku celananya karna memancarkan cahaya merah yang terang.
Erlangga mengambil sebuah batu dari saku celananya lalu dia mendongak sedikit melihat langit.
"Erlangga kenapa? Dia kaya lagi ngeliat sesuatu," kata Jaya berjalan menghampiri Obi dan yang lainnya bersama Sadha sambil membantu Tiara berjalan.
"Kalian ga bisa liat yah?" Tanya Sadha.
Semua orang menoleh ke arah Sadha.
"Emang ada apa?" Tanya Obi.
"Pas banget di depan mukanya Erlangga, ada kadal kecil berwarna merah yang keliatannya lagi tunduk sama Erlangga,"
"Tunduk?" Tanya Toro heran.
"Iya. Layaknya seorang pelayan yang siap melayani tuannya. Kadal itu cuman diem aja kaya lagi nunggu persetujuan Erlangga," jelas Sadha lagi.
Semua orang kembali menoleh ke arah Erlangga.
Erlangga memejamkan matanya sejenak lalu dia menusukkan tongkat Maestro ke tanah dan mengambilnya sedikit.
Pria yang bersama peri kecil di sebelahnya, memperhatikan Erlangga memadatkan tanah yang dia ambil dan membuat sebuah cincin. Erlangga memasang batu merah ke cincin itu lalu memakainya di jari tengah tangan kanannya.
"Itu batu Mazarin?" Tanya pria itu.
"Iya. Kamu mungkin ga liat, tapi barusan wujud dari batu Mazarin itu keluar," kata peri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris part 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman mohon untuk tidak melanjutkannya.