Gerald dan Starla pun tiba di rumah Starla di antar oleh Jessika dan Arga. Meski awalnya ragu, tapi Gerald terus tersenyum padanya agar Starla mau meneruskan langkah mereka.
"Mau taruhan ga ayahnya mba Starla bakal ngalah apa ngga?" Tanya Arga.
"Gua yakin jawaban kita sama, ngepain taruhan," ucap Jessika yang menunggu di dalam mobil bersama Arga.
Saat Starla mengetuk pintu, pintu itu langsung terbuka. Pak Felix yang terengah-engah melihat Starla pun menoleh kesal ke arah Gerald.
"Hayo jangan nuduh dulu.. aku nginep di rumah temen aku," kata Starla memotong karna melihat ayahnya yang ingin membentak Gerald.
"Kamu ko malah belain dia?" Tanya pak Felix heran.
"Yaampun!! Ya kan? Gua udah bilang gamau pulang soalnya bokap gua keras kepala Gerald!" Kata Starla kesal.
"Ga boleh gitu,"
Starla tersentak karna Gerald masih tersenyum, sama seperti sebelumnya.
"Om,"
Pak Felix yang masih kesal menoleh ke arah Gerald.
"Saya tau gimana rasa sayangnya om ke Starla karna itu juga yang di kasih sama Abang saya ke saya. Tapi,"
Pak Felix dan Starla tersentak karna Gerald menggenggam tangan Starla.
"Saya jatuh cinta sama Starla. Tolong kasih saya kesempatan buat ngebuktiin kalo saya memang layak untuk ngebahagian anak om,"
Mata Starla gemetar melihat Gerald yang kali ini memang wajah serius.
"Oh, sekalian sebenernya saya mau konfirmasi sebuah kesalahpahaman," kata Gerald kembali menyeringai.
"Kesalahpahaman apa?" Tanya pak Felix masih sedikit geram.
"Pak Agus penjual baso itu bukan orang tua saya hahaha. Orang tua saya udah lama ga ada. Saya cuman bantu-bantu doang," kata Gerald tersenyum sampai kepalanya miring.
"J-Jadi itu alesan nya kenapa gua ga liat bapak penjual baso waktu ke rumah kamu?" Tanya Starla heran.
"Yup," jawab Gerald tersenyum.
"Kamu cari sampingan ke pedagang kecil?" Tanya pak Felix terkejut.
"Hahaha bukan pak. Waktu kecil saya punya angan-angan pengen jadi pedagang baso keliling. Jadi nyoba deh,"
Alis pak Felix dan Starla berkedut mendengarnya.
"Itu keinginan kamu?" Tanya pak Felix terkejut.
"Hahaha iya pak, tapi seperti yang saya bilang tadi, itu waktu saya masih kecil,"
Gerald memejamkan matanya sebentar lalu dia kembali membukanya sambil tersenyum.
"Ternyata membuat orang yang kita sayang bahagia, itu jauh lebih menyenangkan," kata Gerald tersenyum berseri.
******************************
"Hfft.. akhirnya papah aku ngasih kamu kesempatan," kata Starla menghela nafas lega.
"Haha iya. Sejujurnya tadi itu agak menegangkan," kata Gerald.
"Terus tadi itu apa?"
Gerald yang sedang makan es krim di bangku taman bersama Starla, menoleh ke arah gadis di sebelahnya.
"Yang mana?" Tanya Gerald.
"Yang.. bikin orang yang kamu sayang bahagia," ucap Starla malu.
"Aah.. hahaha itu yah? Janji jangan bilang siapa-siapa?" Tanya Gerald.
"I-Iya.." jawab Starla mengangguk.
Gerald duduk menghadap ke arah Starla lalu dia menyeringai dan menceritakan masa lalunya, terutama keluarganya tanpa mengatakan kalau dia pernah di culik dan menggantinya kalau dia pernah koma selama belasan tahun.
Gerald juga bilang terkejut saat dia kembali kalau perusahaan keluarganya bankrut karna ulah seseorang.
"Jadi.. aku pengen bangun ulang sebuah perusahaan. Aku pengen persembahkan hasilnya ke Abang aku. Dia sering banget bilang kalo perusahaan keluarga kami bankrut gara-gara dia, padahal ga gitu. Makanya aku mau belajar lebih giat supaya bisa bangun perusahaan sebesar kaya ayah aku dulu," kata Gerald tersenyum.
Starla terdiam dengan mata berkaca-kaca melihat Gerald lalu dia tersenyum.
Starla menarik kerah Gerald dan mencium bibirnya.
Gerald terpaku sejenak dengan wajah memerah lalu dia melompat mundur sampai bibirnya gemetar.
"Hahaha lucu deh. Kamu berani nembak aku di depan papah aku, tapi kamu malu di cium," kata Starla tertawa.
Gerald menelan ludah lalu dia perlahan berdiri dan merapihkan pakaiannya.
"L-Lain kali jangan begitu," bisiknya malu.
"Hahaha iya iya maaf.."
Gerald yang tadinya memalingkan wajahnya, tersentak karna Starla menggenggam tangannya. Gerald memandangi wajah Starla lalu dia ikut tersenyum.
"Aku bakal ikut bantu kamu dari 0," bisik Starla.
"Makasih, aku ngehargain banget hal itu," balas Gerald.
Tidak jauh dari sana, Jonathan, Jidan, Nanda dan Erlangga menyeringai melihat Gerald.
"Ih tadi mereka pasti ciuman kan? Makanya bang Jidan tutup mata aku!" Protes Erlangga.
"Anak kecil ga boleh tau," kata Jidan.
"Hahaha mereka ga ciuman ko," kata Nanda terkekeh.
"Bohong banget.. ngepain coba mata aku di tutup kalo mereka ga ciuman," kata Erlangga mendengus sebal.
Jonathan terkekeh sambil membetulkan topinya dan kembali melihat adiknya yang pergi bersama Starla.
___________________________________Hfft.. bab ini menutup cerita Gerald. Besok kita akan masuk cerita baru lagi.
Oh tapi saya juga mau kasih tau kalo salah satu teman kita ada yang up video di telegram hehehe..
Sampe ketemu di cerita selanjutnya, Ciao.. ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris part 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman mohon untuk tidak melanjutkannya.