"Ka Fahmi.."
Anak remaja yang sedang mendengarkan lagu lewat headphone nya sambil makan, menoleh ke arah Erlangga yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
Fahmi pun tersenyum dengan mata sayu lalu dia melepaskan headphone dan menggantungkan nya di lehernya.
"Ada apa Ga?" Tanya Fahmi.
"Aku ga sengaja tau hubungan ka Fahmi sama Gama. Aku juga tau tentang ayahnya ka Fahmi yang ternyata sahabat deketnya Gama," kata Erlangga pelan dengan wajah serius.
Fahmi berhenti sejenak lalu dia kembali mengunyah.
"Ya terus? Duduk lah.. ngepain berdiri di situ," kata Fahmi sambil kembali makan.
Erlangga pun duduk dengan perasaan tidak enak dan gelisah.
"Aku.. turut berduka yah," kata Erlangga pelan.
"Berduka untuk apa? Hahaha santai Ga.. sejak awal gua gatau bokap gua siapa, jadi ga ngaruh sedikitpun. Ga kaya elu yang dari awal udah Deket sama orang tua elu, gua cuman hidup sama nyokap. Tapi.."
Kata Fahmi melirik ke bawah. Dia terdiam sejenak lalu kembali tersenyum.
"4 bulan yang lalu gua ketemu sama Paman Gama di jalanan setelah ibu gua ngasih tau foto ayah gua sama sahabatnya. Paman Gama langsung tau gua siapa, dia sama Tante Anna welcome ke gua. Gua bahkan sering ke rumahnya," katanya dengan mata terbinar-binar.
Erlangga menelan ludah melihat mata Fahmi.
"Info terakhir yang gua butuh tentang bokap, udah gua dapetin dari Tante Anna kemaren. Tapi yah, itu cuman sekadar gua pengen tau aja. Lucunya, meskipun Paman Gama kaya anak kecil, dia selalu perhatian dan baik ke gua. Makanya gua sendiri kaya ngerasa.. dia bokap kedua gua. Makanya gua kaget pas elu bilang Paman masuk ke rumah sakit. Sori yah kemaren gua sempet ngegas," kata Fahmi menyeringai dan mengangkat bahunya.
Erlangga mengangguk pelan lalu dia kembali tersenyum.
"Aku juga ga sabar nunggu Gama bangun kaya yang lain. Tapi katanya meskipun Gama bangun, dia ga bakal inget kita sama sekali," kata Erlangga.
"Ga masalah. Gua tinggal dateng, ceritain gua siapa dan hubungan kami ke Paman. Lagian gua yakin, meskipun ingatannya ga ada, Paman ga bakal berubah," kata Fahmi tersenyum semakin lebar.
******************************
"Mau belanja?"
Anggi dan Obi yang sedang berdiskusi di parkiran sepeda, melihat Erlangga yang berdiri tersenyum di sebelah mereka dengan wajah datar.
"Iya," jawab Anggi sambil memberikan uang yang mereka dapat ke Obi.
"Aku boleh ikut?" Tanya Erlangga dengan penuh semangat.
"Bol-"
"Ngga!!"Anggi yang tadinya mengiyakan, langsung di potong oleh Obi.
"Kenapa?" Tanya Erlangga heran.
"Pertama, ini sepeda ga bisa bonceng bertiga, di tambah si bloon ini kan harus megang dia box yang ukurannya ga kecil. Elu mau naek apa?" Tanya Obi.
"Garis bawahin yah, dia lebih bloon dari gua," kata Anggi menyela sambil menunjuk ke arah Obi.
"Emm.. iya juga sih," kata Erlangga menunduk murung.
"Kalo gitu elu sama gua aja,"
Mereka bertiga melihat ke arah kakak kelas mereka yang selalu memasang mata sayu dan senyuman penuh arti yang muncul dengan motornya.
"Nah, ka Fahmi mau bantu belanja juga," kata Erlangga bersemangat.
"Tung- bantu apa?" Tanya Fahmi terkejut karna dia hanya mendengar bagian Erlangga tidak boleh ikut karna tidak ada kendaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris part 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman mohon untuk tidak melanjutkannya.