Di teras, Jonathan duduk sila sambil terus memperhatikan catatan di buku kecil miliknya.
"Masih mikirin misteri rumah kita sama mayatnya Fondirsa?"
Jonathan menoleh lalu dia tersenyum melihat Jidan keluar dari rumah.
"Iya," jawab Jonathan singkat.
Jidan duduk di sebelah Jonathan dan meletakkan dua gelas teh hangat di tengah-tengah mereka.
"Jarang-jarang Luh gua liat kebingungan. Biasanya sat-set-sat-set gitu," kata Jidan.
"Hahaha misteri ini terlalu rumit. Kita semua bahkan tidak tau kalau selama ini ada kuburan mayat kucing aku kan di belakang," kata Jonathan.
"Iya juga sih," kata Jidan meringis sambil duduk condong kebelakang.
Keduanya terdiam, hanya ada suara angin yang menggerakkan rambut mereka berdua.
Jidan kembali melirik melihat Jonathan yang kembali fokus pada catatannya.
Jidan melirik ke arah tangan Jonathan yang dia letakkan di lantai di sebelahnya. Jantungnya berdebar kencang, Jidan mencoba menggenggam tangan Jonathan. Tapi Jidan terkejut karna Jonathan tiba-tiba menyandarkan kepalanya ke bahunya.
Nafas Jidan menjadi tidak karuan sampai tubuhnya gemetar.
"J-Jon.." panggil Jidan.
"Ini sangat membingungkan dan sangat melelahkan memikirkannya. Kalau tuan dan nyonya Joker, pasti mereka langsung bisa memecahkan misteri ini," gumam Jonathan.
"Y-Ya mau gimana lagi. Sejak awal kan kita dapat warisan pas elu bankrut, jadi kita taunya happy gitu," kata Jidan.
"Iya, semuanya begitu kebetulan. Seperti.. kakek buyut kita sebenarnya masih hidup, mengamati kita dari jauh, lalu memberikan yang terbaik untuk kita. Contohnya saja, aku selama ini tidak tau dimana ayah membuang mayat Pedro, ternyata kakek buyut kita yang menguburkan nya. Aku sempat berfikir apa jangan-jangan ini ulah ayah aku yang sebenarnya sayang padaku. Tapi itu juga tidak mungkin karna penyerahan surat wasiatnya masih terlalu kebetulan saat aku bankrut," jelas Jonathan.
Jidan menelan ludah lalu dia melihat ke depan. Tubuhnya yang kaku karna di tempel Jonathan semakin lama semakin terasa pegal.
"Masih mau sandaran?" Tanya Jidan.
"Mmm.. pegal yah?" Tanya Jonathan.
"Ngga.. tapi mending di dalem aja. Ga enak kalo disini,"
Setelah Jonathan mengangkat kepalanya, Jidan pun bangkit dan pergi masuk ke dalam. Jidan pikir Jonathan tidak akan mungkin menyandarkan kepalanya lagi karna bisa berbaring di tempat yang lebih nyaman. Tapi Jonathan justru berbaring di pahanya dan melepaskan topinya.
Jidan yang awalnya masih grogi, melihat Jonathan berbaring tenang sampai memejamkan matanya.
"Kalau aku punya Kakak, aku ingin punya kakak seperti Jidan," ucap Jonathan.
"Kenapa gua? Gua kan yang paling berantakan di keluarga ini," Tanya Jidan pelan.
"Di mata aku ga begitu," kata Jonathan tersenyum membuka matanya melihat Jidan.
Jidan tersentak malu lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah TV.
"Elu.. sama Olivia pernah ngewe kan?" Tanya Jidan malu.
"Iya, Jidan juga pernah?" Tanya Jonathan balik.
"Hahaha bego, emangnya siapa yang mau sama gua," kata Jidan tertawa kecut.
"Kenapa Jidan selalu merendahkan diri?"
"Gua ga merendah, tapi kenyataannya begitu," ucap Jidan.
Jonathan terdiam sejenak lalu dia kembali memejamkan matanya dan membalikkan tubuhnya hingga wajahnya menghadap ke arah selangkangan Jidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris part 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman mohon untuk tidak melanjutkannya.