Hening, sunyi, saking tenangnya rumah Anggi, mereka bisa mendengar suara detak jam dinding disana yang memenuhi ruangan.
"Jadi bener, elu penyihir?" Tebak Anggi.
"Ih di bilang bukan.." kata Erlangga jengkel.
"Aku kan udah bilang waktu itu kalo aku bukan penyihir,"
"Terus ko elu bisa ngangkat tanah gitu?" Tanya Anggi lagi.
"Emm.. gimana yah? Kakek kecil, bantuin dong," kata Erlangga menyenggol pria pendek bertubuh kekar dan berjanggut yang duduk di sebelahnya.
"A- emm.. menurut bos Candra, lebih mudahnya begini. Kamu tau Ironman?" Tanya Koci.
"Tau," kata Anggi mengangguk.
"Nah. Artefak itu kaya armornya. Ini karna senjatanya aja," kata Koci.
"Haha iya bener tuh," kata Erlangga tertawa.
"Jadi gua juga bisa ngelakuin yang kaya elu kemaren?" Tanya Anggi menekuk alisnya.
"Iya,"
Anggi melihat Erlangga mengeluarkan Tongkat Maestro lalu dia bergeser dan memegangi tangannya.
"Kamu arahin tongkatnya ke sepatu itu, bayangin kalo kamu emang targetin dia," ucap Erlangga sambil perlahan melepas tangan Anggi.
Anggi menelan ludah lalu mengangguk.
"Udah," katanya.
"Coba gerakin tongkatnya pelan-pelan," kata Erlangga.
Dengan tangan gemetar, Anggi menuruti kata-kata Erlangga. Anggi langsung senang karna dia bisa mengangkat sepatunya yang ada di depan pintu dari dalam rumah.
"Bisa!!" Kata Anggi girang.
Erlangga terkekeh karna Anggi terlihat begitu senang. Tapi saat Anggi menggerakkan sepatunya dengan penuh semangat, dia tidak sengaja menghantam kepala belakang Koci.
"AAAA!! Maaf maaf!" Kata Anggi panik langsung melepas tongkat Erlangga.
"Gapapa gapapa.. tenang.." kata Koci sambil mengusap kepalanya.
Anggi menghela nafas lega mendengarnya.
"Oke gua paham," kata Anggi.
"Jadi Anggi ga marah lagi ke aku kan?" Tanya Erlangga.
"Emangnya gua marah sama elu? Gua cuman pengen tau elu penyihir apa bukan," kata Anggi heran.
"Oh iya hahaha. Aku baru ingat kalo Anggi kan emang dengki orangnya,"
Alis Anggi berkedut kesal.
"Oh iya, aku juga pengen nanya," kata Erlangga ke Koci.
"Nanya apa?" Tanya apa.
"Ironman itu apa?"
"YEEEE!! GUA KIRA DARI TADI ELU NGERTI!!" Teriak Anggi kesal sambil melempar bantal ke wajah Erlangga.
"Anggi.." tegur Koci.
Anggi mendengus kesal lalu dia berbaring membelakangi mereka.
"Bang Koci, 5 menit lagi mba Karin sampe di stasiun,"
Erlangga melihat ke arah robot bulat berwarna perak yang hinggap di atas kepala Koci.
"Oh gitu yah. Anggi, aku pergi jemput mba Karin dulu yah," kata Koci.
"Terserah," sahut Anggi.
Koci mendengus tersenyum lalu dia bangkit berdiri.
"Aku juga mau pulang dulu, udah sore banget takut bang Jon khawatir," kata Erlangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris part 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman mohon untuk tidak melanjutkannya.