Akhir pekan tiba, Ten bersama janji yang telah terucap dengan si gadis tetangga membuatnya di penuhi rasa semangat.
Jujur saja, Ten menyukai tetangganya itu namun tak memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkannya.
Bukan karena ia tak memiliki rasa percaya diri yang memuncak, Tetapi ada satu alasan kuat yang membuatnya menunda atau bahkan tidak pernah mengungkapkan selamanya.
Demi kebaikannya juga si gadis, dalihnya.
Mari lupakan sejenak persoalan rasa suka yang terpendam.
Ten dengan setelan terbaik miliknya telah mematut diri di depan cermin sejak lima belas menit yang lalu.
Berkali-kali memperbaiki tata rambut, berkali-kali menghela napas panjang sambil memandangi pantulan diri di dalam sana.
Sial, Ten terlalu malu kelihatannya.
Butuh beberapa waktu bagi Ten untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia telah siap.
Tak perlu menunda-nunda lagi, jam tangan di pergelangan tangan telah memberikan kode untuk lekas menjemput pujaan hati.
Buket bunga sudah di tangan, kini ia siap bertandang.
Memerhatikan pantulan dirinya sekali lagi demi memastikan tidak ada hal yang merugikan yang bisa menghancurkan kencan pertama mereka.
Ten pada akhirnya mengayunkan kakinya ke luar rumah.
Sial.
Pemandangan tak terduga mengusik indera penglihatannya.
Tepat ketika ia menginjakkan kaki di luar, seseorang di seberang sana menyuguhkan sesuatu yang membuatnya mencelos.
Dia … gadis bernama Hikaru yang akan diajaknya damai tengah berciuman dengan semangat, Membuat Ten cepat-cepat berbalik demi mencari perlindungan diri.
Embusan napas kasar menguar dari mulutnya lantas senyum pahit terukir di sana.
Salahkan saja ia yang lupa jika Hikaru telah menemukan tambatan hatinya juga… fakta bahwa Hikaru tidak akan pernah membalas perasaan terpendam miliknya.
Karena Hikaru itu sangat cantik dan Ten tidak akan mampu menandingi apalagi sampai merebut dari pelukannya.
Karena sampai kapan pun ia tidak akan mampu menjelma menjadi wanita cantik yang bisa merebut hati Hikaru.
Nyatanya itu menyakitkan bukan?
