Hujan deras menghantam permukaan aspal kilat terang petir serta gemuruh angin mengiringi tetesan tetesan air dari langit.
Pekarangan rumah yang terlihat gelap, lampu taman yang basah berkedip kedip, hawa dingin semakin berani menyusup lewat sela sela jendela yang terbuka sedikit.
" Braak!! "
Tap tap tap…
Suara bantingan seseorang yang menutup pintu dan langkah kaki.
Pemandangan yang selalu sama, hampir tiap malam Ten mendengar dan menyaksikan pertengkaran dari seberang kamarnya.
Terlihat jelas dari kamarnya yang tepat berada di samping rumah mereka, siluet yang terbias cahaya lampu.
Seorang gadis berteriak, memaki seorang pria yang berdiri di hadapanya.
Tangannya lincah meraih setiap benda yang berada di dekatnya, melemparkanya kesegala arah, sampai akhirnya pria itu menamparnya keras. mereka sama sama terdiam menyisakan isak tangis gadis tadi yang sudah bersimpuh di lantai sambil memegangi pipi kananya.
Sementara pria yang sebenarnya adalah kekasih nya pergi menghilang di antara derasnya hujan.
Dan gadis itu sudah keluar entah kemana.
Ten membuntuti langkah kaki di depanya pelan.
Tidak perduli dengan sweater yang sudah basah kuyup dan kilat yang menyambar nyambar sumpah demi apa, Ten hanya ingin berada di dekatnya saja.
Jika bertetangga sudah selama lima tahun lebih seharusnya Ten tidak secanggung ini ketika langkahnya semakin dekat, bukan apa apa hanya saja dia gadis yang berbeda, keadaan yang membuatnya berbeda.
" Kau baik baik saja?"
" Ya."
Hikaru berdiri membelakangi Ten.
Hujan masih deras dan suasana semakin gelap tanpa cahaya, hanya kilatan kilatan yang mengerikan.
" Jangan pergi, aku tau ini sakit.. Tapi..."
Ten lalu bergerak meraih tangan Hikaru.
Hikaru masih terdiam dan membiarkan Ten mengenggam jemarinya. Bibirnya bergetar, airmata mengalir deras bersama hujan.
Mata nya terlihat semakin gelap karena make up dan eyeliner nya luntur.
Ten tak bisa menyangkal lagi jika rasa ini lebih dari sekedar peduli.
Jika selama ini Ten hanya melihat Hikaru menangis dibangku taman sendirian, atau tertawa dengan teman temanya, bersikap seolah olah gadis itu baik baik saja, bertingkah seakan dia kuat, yang sebenarnya rapuh.
" Bisakah aku…."
Ten memeluk erat Hikaru.
" Jadi orang yang kau andalkan, apapun yang terjadi."
Hikaru terisak dalam pelukan Ten, kalau selama ini dia berhasil menutupi keperihanya dengan semua orang, tidak untuk malam ini dan dengan Ten.
Hujan menyisakan rintikan lembut dan dingin menyelimuti.
Bisakah aku menggenggam erat tanganmu dan membawamu lari.
Dapatkah kita saling percaya jika ini sudah di takdirkan.
Dan Bisakah….
