Warning Kiss Scene!
Hikaru diam sambil terduduk di pinggir koridor sekolah yang mulai sepi.
Dia di sini mau nungguin Rena sama Matsuri yang lagi ngajarin anak padus kelas 10 sama 11, tapi ternyata ngajarinnya lama banget.
Hari ini Hono nggak masuk karena sakit (kata Matsuri, itu faktor kebanyakan nge gibah padahal yang ngomong sendirinya juga gibah).
Hikaru ngantuk dan dia nggak bisa belajar lebih lama lagi, matanya udah capek.
" Lah kamu belum pulang?"
Suara itu udah familiar banget di telinga Hikaru.
Aduh, mana si Ten lagi mood
'Aku-kamu'.
Biasanya sih kalau mereka ketemu dan nggak ada temen-temen keduanya di sekitar, Ten bakal mulai ngomong 'Aku-kamu' dan Hikaru cuma bisa ngeladenin biar suasana nggak makin awkward.
Tapi jatoh nya malah awkward total sih.
" Nungguin temen." jawab Hikaru singkat.
" Kamu sendiri?"
Ten keliatannya nggak abis ngapa-ngapain.
Hikaru jadi keinget setahun lalu, sebelum dia sama Ten sedeket ini.
Jam segini dulu Ten lagi latihan dance sama temen-temen seklubnya dan Hikaru lagi sibuk-sibuknya di Ruang OSIS ngurusin tugas-tugasnya.
" Niatnya mau nungguin Karin yang abis di sidang di BK gegara telat mulu, tapi anaknya udah pulang kan rada sialan." keluh Ten.
Karin lagi, Hikaru hanya bisa mangut kalem.
" Kamu nggak bosen sendirian di sini? Aku temenin ya."
Di keadaan normal, mungkin Hikaru akan menolak selembut mungkin karena tidak ingin di ganggu kehadirannya oleh makhluk modus ini.
Hanya saja, sekarang ia benar-benar bosan dan butuh teman.
" Iya, silakan." Hikaru bergeser sedikit dari tempatnya semula untuk membiarkan Ten duduk.
Keduanya pun membisu, bagus sekali.
Kebetulan Hikaru tidak ingin membicarakan apapun.
" Aku berengsek ya."
Otomatis Hikaru nengok ke Ten yang tiba-tiba aja ngomong gitu.
" Berengsek gimana?" tanya Hikaru bingung.
Reputasi Ten di sekolah baik-baik saja, guru-guru menyukainya, dia anak yang baik dan sopan.
Kenapa dia berengsek?
" Dua bulan aku ngejar-ngejar seseorang, padahal kata temen-temennya dia available tapi aku mikirnya dia udah taken mulu."
Pipi Hikaru memanas, padahal dalam hati komat-kamit berusaha menyakinkan diri sendiri kalau yang Ten maksud belum tentu dia.
" Kamu udah nanya orangnya langsung?"
Ten langsung menegakkan tubuh nya, berdeham sejenak lalu tersenyum.
Benar-benar sebuah senyuman, bukan cengiran yang membutakan mata batin lagi.
Hikaru jadi makin deg-deg namun tetap kalem.
" Aku capek ngejar-ngejar kamu, Run."
Mampus.
Rasanya jantung Hikaru kayak copot dan sekarang udah masuk ke perutnya.
Sambil menarik napas, Hikaru menenangkan dirinya sendiri.
Dia tau seharusnya dia gak berharap banyak dari Ten.
Hikaru selama ini memang nggak nge judesin Ten, tapi dia tahu dia nggak pernah cukup baik dalam menanggapi setiap perhatian (atau modus) yang Ten keluarin buat dia.
Ten jelas bisa bosan dan capek.
Harusnya Hikaru bisa menduga ini, tetapi dadanya malah kerasa sesak.
" Mulai detik ini kamu jadi pacar aku."
Eh?!
Tangan Ten kini terjulur untuk berlingkar di bahu Hikaru.
Hikaru mengadah perlahan meski takut, dia sendiri nggak yakin apa dan kenapa Ten begini.
" Run."
Begitu mata keduanya bertemu, Hikaru bisa ngeliat pantulan wajahnya sendiri di pupil Ten.
Ini terlalu dekat.
Hikaru berniat membuka mulut, cuma di liatin gebetan dari jarak yang amat sangat dekat kayak gini berpengaruh buruk bagi tenggorokannya.
Dia memilih diam dan membiarkan Ten mengeleminasi jarak di antara mereka dengan perlahan.
Rasanya di cium Ten... nggak terbayang.
Ciuman Ten itu jauh berbeda dari pribadi Ten sesungguhnya.
Hikaru tahu Ten yang ceroboh setengah mati, yang suka kaget sendiri sama bel sekolah, yang caper ke dia kalau Hikaru nggak sengaja ngelewatin kelasnya, yang kadang bikin Hikaru serasa naik roller-coaster karena seenaknya aja itu anak mainin perasaannya, yang kadang bikin Hikaru iri hati tidak jelas pada Karin yang notabene sahabat Ten dari jaman mereka masih make popok.
Ciuman Ten itu... skilled.
Hikaru cuma bisa diam ketika Ten memanggut bibir bawahnya dengan sedikit excited, kalau boleh jujur Hikaru juga excited hanya saja dia nggak tahu harus ngapain.
Mengikuti insting, Hikaru balas memanggut bibir Ten dengan tangannya kini melingkar di leher nya.
Bibir Ten itu bersahabat dan entah kenapa Hikaru suka.
Halus, Lembut, Kayak bayi.
Ten melepas pagutan mereka, menyenderkan keningnya dengan kening Hikaru.
Matanya tetap tertuju ke bibir Hikaru yang berhasil bikin Hikaru blushing parah karena di liatin dari jarak sedekat ini.
" Kamu lucu banget, sih." gumam Ten kini menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Hikaru.
Geli.
Hikaru menahan napasnya ketika merasakan salah satu tangan Ten yang bebas terulur untuk melonggarkan dasi yang ia kenakan.
Hikaru refleks menutup kedua matanya dan menggigit bibir ketika deru napas Ten makin kerasa di perpotongan lehernya nggak bisa mikir apa-apa lagi.
Otaknya blank.
Belahan bibir Ten kini menyapu permukaan lehernya dan Hikaru nggak bisa tahan buat mendesah, apalagi ketika--
" TEN LU MAU APAIN TEMEN GUA DI SEKOLAH, HAH?"
Hikaru sontak membuka matanya begitu mendengar suara Matsuri ngamuk.
Wajahnya langsung memerah padam begitu menyadarinya.
Anjir anjir anjir.
" Untung jam segini CCTV udah pada mati." kata Rena sambil menghela napas dan menggelengkan kepalanya.
" Astaghfirullah, makanya jadi orang jangan kelewat lemot."
Wajah Hikaru masih panas karena nyadar dia hampir aja ngelakuin 'gitu' di sekolah sama Ten.
Ten sendiri, sih, bodo amat dia. Itu anak malah berdiri lalu ketawa-tawa, padahal di seberangnya udah ada Matsuri yang siap nampol dia kalau aja nggak ditahan sama Rena.
" Aduh gila, hampir kelewatan gue." kata Ten dengan santainya, bikin Hikaru makin malu.
" Seneng banget sih, akhirnya setelah gue ngejar-ngejar RunRun tersayang selama dua bulan semuanya terbayar hari ini."
Rena dan Matsuri langsung hening.
" LOH, KALIAN BERDUA UDAH PACARAN?!"