Sorot mata polos itu masih ada, Suara kekanakan meski yang menyiratkan kebaikan hati itu masih ada.
Bahkan ketika Hikaru menampar bahu Ten sebagai bentuk basa-basi belaka, kehangatan yang sempat membuat Hikaru tergila-gila itu masih ada.
Ten hampir tidak berubah.
Garis waja, sorot mata, dan suaranya tapi secara keseluruhan tidak ada perubahan yang berarti dari Ten di mata Hikaru.
Dia terlihat semakin manis, membuat Hikaru menjadi lemas.
" Ada berapa banyak Hikaru di sini? " Jawaban balasan Hikaru menghasilkan tawa kecil yang bersahabat dari Ten.
Benar-benar baik, masih bisa tertawa seperti itu pada mantan yang tidak bertemu selama lebih dari setahun.
" Bagaimana kabarmu, Ten? "
" Baik sekali, senang rasanya bisa menjadi anak SMA. Bagaimana dengan Kak Run? "
Mata Ten memendarkan rasa penasaran yang besar.
Hikaru ingin memeluk sosok di hadapannya secara tiba-tiba, entah kenapa.
" Maafkan aku, ponselku yang terakhir lalu hilang di dalam bus. Semua kontak ku hilang sehingga saat aku memiliki ponsel baru, aku tidak tahu cara menghubungimu."
Ekspresi Ten sedikit terluka dan menimbulkan pertanyaan di benak Hikaru.
Hikaru malah sangat bersyukur saat mengetahui Ten berhenti mengontaknya begitu ia berhasil masuk SMA, membuat perjalanan untuk di ubah ke hati yang lain lebih mudah.
Hikaru tanpa sadar lalu membatin, 'apanya yang lebih mudah. Sama saja, dia seperti mengikuti kemana pun aku pergi'
" Aku juga baik, meski menjadi pelajar kelas tiga SMA terasa sangat menyiksa," jawab Hikaru apa adanya, di iringi oleh senyum tipis.
Ten ikut tersenyum dan perut Hikaru langsung terasa aneh.
Dia mengambil ponselnya dan mengabaikan segala kemungkinan yang akan terjadi setelahnya.
" Apa aku boleh minta nomormu kembali?"
" Tentu saja! "
Ten terdengar begitu antusias saat menjawabnya. Wajahnya itu memerah padam sebelum menerima ponsel Hikaru dengan gugup.
Memandang jemari Ten yang bergetar kecil saat di sentuh tiap-tiap tombol di layar ponsel Hikaru, ingatan Hikaru kembali melayang ke saat di mana jemari itu di gunakan untuk menusuk-nusuk pipinya dengan lembut.
Sensasinya sudah hampir Hikaru lupakan, dan dia ingin merasakannya lagi.
" Ini nomorku." kata Ten setelah berhasil memasukan kontaknya, mengembalikan ponsel Hikaru.
" Aku tidak tahu apa nomorku akan melakukannya . Tapi kurasa aku akan melakukannya sewaktu-waktu."
" Aku juga membutuhkanmu."
Hikaru tidak sadar apa yang membuatnya bersuara tanpa di kehendaki. Ten menoleh untuk menatap matanya, wajah itu kembali memerah.
Dia pasti mendengarnya.
Kata salah satu temannya, Hikaru adalah gadis serius yang suka sekali berbicara langsung mengenai isi hati sampai-sampai terkadang orang sakit hati dengan kejujurannya yang di ucapkan dengan nada datar atau serius.
Dan untuk kali ini, rasanya terlanjur jika Hikaru menarik mundur kata-katanya.
" Kau tidak salah dengar." Pandangan mata Hikaru melembut.
" Aku membutuhkanmu."
Ten merenung cukup lama, menatap Hikaru dengan lekat seakan tengah meneliti keterangan apa saja yang biasa dapat dari kedua bola mata tersebut.
Hikaru hanya butuh Ten masih mengingat kebiasaannya sehinga tidak perlu melakukan pembicaraan lebih banyak.
" Kak.." ucap Ten pelan sambil menggigit bibir bagian bawahnya sedikit.
Hikaru menandakan, menandakan bahwa ia sabar menunggu Ten menjawab.
" Apa yang salah dari hubungan kita dulu?"
Satu pertanyaan itu cukup untuk membuat Hikaru teringat.
Tidak ada yang salah dengan hubungan mereka.
Setidaknya itu yang Hikaru pikir, sebelum semuanya terlambat.
![](https://img.wattpad.com/cover/340048194-288-k588514.jpg)