Harmoni desau angin lembut musim semi menyerambahi gedung-gedung pekarangan pinggiran kota beserta lingkungan sekitar yang di tumbuhi rindang pepohonan.
Malam ini cuaca begitu cerah, secerah rasa hati Ten kala maniknya bertemu satu sama lain dengan milik Hikaru yang menggemaskan dan akhir-akhir ini sering sekali mengganggu tidur malamnya.
Bahkan bukan hanya tidur malam, setiap detik waktu berlalu pun Ten selalu di ganggu akan bayang-bayang itu di dalam otaknya.
Ten melihat ke arah sosok gadis yang kini tengah ikut berjalan santai bersamanya. Gadis itu tak sengaja menoleh, lalu memasang raut wajah bingung pada Ten.
Akhir-akhir ini Ten sering sekali meminta Hikaru untuk keluar larut malam bersamanya, katanya untuk sekadar mencari udara malam dan melepas rasa penat.
Anehnya, jikalau memang hanya untuk melepas rasa penat, seharusnya dia memilih langsung beristirahat di dalam kamarnya bukannya malah mengajaknya keluar main malam-malam begini.
"Kenapa kamu selalu meneleponku larut malam? "
Meskipun Hikaru tidak merasa keberatan toh, Ten adalah teman seperjuangan yang ia kenal sekaligus pasangan yang menemaninya melanglangbuana di kota ini.
Namun Hikaru jadi penasaran juga makanya itu bertanya hal demikian pada Ten.
Belakangan ini memang, Hikaru juga sering tidur terlambat dan entah apa alasannya.
Mungkin Hikaru tidak bisa tidur karena dirinya tengah di landa kerinduan sosok keluarganya di rumah.
" Akhir-akhir ini aku sering tidak bisa tidur cepat karena tugasku cukup membuat otak ini ngebul. Aku ingin tidur nyenyak lagi malam ini, maka dari itu aku harus melihat wajahmu dulu sebelum tidur, supaya aku bisa bermimpi indah." Jelas Ten langsung tanpa banyak babibu.
" Tapi kenapa harus malam-malam, Tae? Kenapa tidak sakit saja? "
Hikaru kembali bertanya kala langkah kedua sejoli itu telah sampai pada sebuah taman bermain anak-anak dekat dengan daerah pekarangan rumah.
"Aku hanya menyukainya, karena saat itulah dunia sepi, seolah-olah hanya ada kamu dan aku ."
Sahutan nada rendah menguar dari mulut Ten.
Dia duduk di salah sebuah bangku panjang, diikuti Hikaru di sebelahnya, juga jawaban dari itu membuat kepala Hikaru kembali menoleh memandang Ten.
" Kemarilah, aku tahu, kamu juga akhir-akhir ini sering tidak bisa tidur, 'kan? Lihatlah kantung mata pandamu itu. Kamu juga harus tidur nyenyak malam ini, supaya di hari esok kamu kembali lebih bersemangat lagi mengerti?" kata Ten lagi menasehati seraya membuka lebar kedua tangannya agar Hikaru segera mendekat padanya.
Hikaru tak merespon suara, kali ini gadis itu memilih menurut untuk bergerak mendekati Ten menenggelamkan kepalanya dan membiarkan kehangatan dan aroma parfum Ten menerjang rasa gundah gulananya.
Mata Ten ikut terpejam merasakan hangatnya pelukan Hikaru, lalu mengelus surai Hikaru lembut.
Bulan biru beserta bintang yang bertabur menderangi kelamnya langit malam menjadi pemandangan indah yang tersuguh jelas untuk mereka berdua nikmati malam itu.
Besi-besi di sekitar taman bermain pun tengah menjadi Saksi bisu momen kedua sejoli yang tengah merasakan rindu jauh dari rumah mencari sebongkah ilmu juga segelintir pengalaman untuk menggapai cita-cita dan jalan ke masa depan.