Malam ini bulan purnama menyinari dengan cahaya indahnya.
Angin yang berhembus semakin membuat suhu menjadi lebih dingin, dan para warga yang sedang berada di luar rumah mereka pun terpaksa harus berperang dengan dinginnya suhu saat itu, tidak terkecuali bagi Ten.
" Tinggal sedikit lagi." Gumamnya pelan.
Ten mempererat genggamannya pada sebuah kuas kecil, sebelum mulai melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.
Dia menggoreskan kuas tersebut di atas sebuah kanvas berukuran 30×40 cm yang sudah tidak putih lagi dengan gerakan perlahan.
Kedua matanya mengikuti setiap pergerakan goresan-goresan yang dia buat.
Jarum jam akhirnya menunjuk tepat di angka 12 Namun Ten masih saja belum menyelesaikan lukisan yang dia buat sejak 2 jam yang lalu.
Jari-jarinya sedikit bergetar setiap ada angin malam yang menerpanya.
" Siapa kamu? "
Sebuah suara merusak konsentrasi Ten.
Ten segera menoleh ke arah sumber suara tadi dan melihat ada bayangan seseorang gadis berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk saat ini.
" Seharusnya aku yang menanyakan hal itu padamu. Kau telah membuyarkan konsentrasiku." Jawab Ten dengan nada sedikit tersinggung.
Dia benar-benar tidak suka kalau ada yang mengganggunya saat dia sedang melukis, karena melukis bukanlah hal yang mudah untuk di lakukan orang tanpa bakat khusus seperti dirinya.
Gadis itu berjalan perlahan mendekati Ten.
Wajahnya yang tadinya masih terlihat samar sekarang sudah nampak jelas di mata Ten.
" Di sini adalah tempatku. Aku biasa menghabiskan malamku di tempat ini, tempat favoritku." Ucap nya itu.
Ten nampak sedikit kaget mendengarnya.
Ten segera membereskan segara peralatan yang tadi dia gunakan untuk melukis, lalu segera berdiri dan bersiap untuk pulang ke rumahnya.
Namun dengan cepat dia menggenggam pergelangan tangan kanan Ten, seakan-akan dia tidak ingin Ten pergi meninggalkan dia sendirian begitu saja.
" Apa yang kamu lakukan? " Tanya Ten yang sedang kebingungan.
Dia menatap kedua mata itu, menunggu jawaban seperti apa yang akan dia dapatkan.
Gadis itu segera melepas genggamannya, kemudian melihat ke arah lain selain tempat Ten berdiri saat ini.
Semburat merah jambu mulai terlihat muncul di kedua pipinya yang putih pucat, membuat wajahnya terlihat lebih manis di mata Ten.
" Aku tidak menyuruhmu untuk pergi dari sini. Aku tadi hanya... Aku hanya heran ada orang yang berani duduk di sini saat malam hari selain aku, karena tempat ini selalu sepi." Ucapnya sedikit malu-malu.
Ten tersenyum dengan cerah membuat dia menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk di jelaskan melalui kata-kata.
" Namaku Yamasaki Ten, aku baru pertama kali pergi ke sini. Siapa namamu? "
" Namaku... Namaku Hikaru, Morita Hikaru."
Mereka akhirnya berjabat tangan sejenak, sebelum kesunyian mulai mendominasi suasana.
Ten nampak terhanyut ketika pandangannya terkunci melihat kedua mata Hikaru yang bersinar bak bulan purnama yang tadi sempat dia lihat sebelum dia meggarap lukisannya.
Sedangkan Hikaru sendiri merasa ada desiran hangat di dalam tubuhnya saat dia menatap wajah Ten dengan jarak yang cukup dekat.
Sebenarnya, ini adalah interaksi pertama yang Hikaru dapat setelah 3 bulan menjadi seseorang yang anti-social dan penyendiri.
Dia terlalu hanyut dalam tugas-tugas kuliah yang dia dapatkan sehingga membuatnya tidak memiliki waktu untuk bergurau dalam kehidupannya.
" Apa yang biasa kamu lakukan di tempat ini saat malam hari? " Tanya Ten penasaran.
Hikaru terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu.
" Aku biasanya melukis, mendengarkan lagu, dan... Menatap bulan sabit. Tapi sepertinya hari ini sang bulan sabit sudah menemukan potongannya yang hilang, jadilah dia bertransformasi menjadi sebuah bulan purnama."
Ten tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian kembali menatap Hikaru dan menanyakan pertanyaan lain.
" Kamu ini aneh sekali, Apa hari ini kamu akan melukis juga? "
" Tentu saja, itukan hobiku. Memangnya kenapa? "
" Bolehkah aku melihatmu melukis? Aku suka melihat orang melukis, aku juga suka melihat lukisan, tapi aku tidak bisa melukis. Aku sudah mencoba melukis beberapa kali, tapi tetap saja hasilnya kurang enak dilihat."
Ten terlihat memainkan ujung jarinya setelah menyelesaikan ucapannya tadi.
Hal Itu membuat Hikaru ingin sekali mencubitnya, karena sebenarnya dia sangat menyukai hal-hal yang lucu dan menggemaskan.
" Baiklah... "
Akhirnya, mereka berdua saling bertukar inspirasi satu sama lain, dan menghasilkan sebuah lukisan yang menampakkan gambar sepasang kekasih yang sedang duduk berdua di sebuah pantai dengan ditemani sorotan cahaya bulan purnama dan refleksi bintang-bintang di atas air, seolah-olah sedang menggambarkan perasaan mereka yang sedang bersinar terang saat itu juga.
