Plakkk...
"Gue udah bilang sama lo! Jauhi pacar gue! Kenapa lo nggak bisa denger sih? Hah?"
"Maaf kak! Maafiin saya kak!"
"Maaf? Apa lo mau rambut panjang lo ini gue potong hmm?" Seorang gadis menyeringai dan mengambil gunting yang telah dia siapkan.
Dua temannya dengan siap memegangi tangan seorang anak yang menangis begitu kencang. Dia meronta-ronta meminta tolong. Dia harus melarikan diri dari sosok jahat didepannya ini. Tapi bagaimana tangannya dipegangi erat-erat oleh dua lainnya. Kakinya juga begitu lemas untuk lari. Dia takut.
"Ucapin selamat tinggal untuk rambut lo ini. Apa kata Arzan? Rambut lo bagus? Bagus apanya lagi? Bagusan juga rambut gue! Pfttt..."
"Ayo, Her! Potong aja biar jelek ini anak!" Kata satu temannya.
"Iya! Nggak ada Alin si cantik lagi!Hahaha..." Tawa lainnya ikut menambah suasana buruk sore ini.
Heera menarik rambut Alin dan memotongnya sembarangan. Dia begitu puas melakukannya sampai tangannya tidak sengaja melukai wajah cantik Alin. Heera tersenyum melihat bagaimana tampilan Alin sekarang yang begitu jelek. Rambut yang sudah pendek tidak berbentuk dan beberapa luka diwajah.
Sungguh sangat pas!
"Oke! Tinggalin dia disini biar pulang sendiri! Dahhh..." Heera melambaikan tangannya.
Dia orang lain melepaskan tangan Alin dan tersenyum puas. Tidak ada Alin lagi yang akan membuat siapa saja jatuh cinta kepadanya. Hanya ada Alin si buruk rupa.
Mereka tertawa terbahak-bahak meninggalkan Alin yang merosot dengan tangisan yang menggema di hutan.
Heera melirik Alin sebentar dan melanjutkan langkah kakinya lebar-lebar. Dia harus pergi bersama teman-temannya sebelum pangeran berkuda putih datang menolongnya.
"Hah..."
🎐🎐🎐
"Heera Cinta Wijaya!"
"Iya?" Heera turun dan tersenyum kepada papanya yang memanggilnya.
Dengan langkah kaki mendekat Heera menatap wajah papanya yang begitu marah kepadanya. Tapi kenapa? Ada apa? Heera melihat lagi orang-orang yang sudah berada di rumahnya. Ternyata sudah banyak orang di rumah ini. Begitu banyak sampai udara terasa begitu pengap.
"Apa yang kamu lakukan pada adik kamu hah?" Teriak papanya menggema di udara.
"Aku? Aku lakuin apa pa?"
"Kamu masih mau bohong kalau kamu bukan pelakunya? Lihat adik kamu! Lihat dia sekarang! Kamu benar-benar nggak bisa papa kasih tahu! Apa kamu mau buat papa malu?" Teriak papanya keras.
"Mama kecewa sama kamu! Kenapa kamu harus lakuin itu sama Alin itu adik kamu Her!" Mamanya menatap Heera begitu kecewa.
Heera hanya bisa tersenyum melihat keluarganya. Jadi mereka marah karena dirinya melukai Alin yang notabene hanya anak angkat? Heera menatap Alin yang menangis di pelukan Arzan. Matanya berpindah lagi kepada sosok laki-laki yang melindungi adik angkatnya itu. Terlihat wajahnya begitu marah dan kesal pada Heera.
"Papa! Mama! Apa kalian nggak sadar? Alin udah rebut semuanya, dia tiba-tiba datang ke keluarga ini dan rebut semua perhatian kalian. Apa kalian nggak sadar itu? Aku putri kalian bukan Alin! Alin cuma anak pungut!"
Plakkk...
Satu tamparan keras mendarat di pipi Heera dan itu berasal dari kakak laki-lakinya.
"Gila lo, Her! Alin sudah baik ke lo tapi apa ini? Gue pikir lo itu benar-benar baik sama Alin tapi kenyataannya ternyata lo yang bully dia selama ini. Bahkan Alin nggak pernah kasih tahu semua orang. Dia simpan sendiri dan nutupi kelakuan busuk lo! Lo itu benar-benar jahat!" Hardik Niko.
"Heh... Hahahaha... Bahkan lo tampar gue kak? Adik yang lo sayang selama ini? Apa lo nggak tahu? Alin udah rebut kasih sayang kalian semua. Dari papa, mama, lo, sama Arzan. Arzan itu tunangan gue! Setelah Alin datang semuanya berubah! Apa kalian pernah kayak dulu lagi sama gue? Nggak! Papa sama mama sibuk sama Alin! Lo, lo selalu kasih dia apapun itu. Coba kakak ingat? Kapan terakhir kakak kasih aku sesuatu? Apa pernah kakak kasih aku cincin mahal kayak Alin? Nggak! Nggak pernah. Lo juga Arzan, kenapa lo putusin pertunangan kita dan malah tunangan sama Alin? Kenapa?" Tanya Heera begitu marah kepada mereka semua.
"Karena gue sejak dulu nggak suka sama lo!" Jawab Arzan.
"Hiskkk... Kak Arzan! Tolong balikan sama Kak Heera aja! Saya nggak bisa kak lihat Kak Heera kayak gini! Saya mohon!" Pinta Alin dengan air mata yang terus turun.
Heera memutar bola matanya jengah, untuk apa Alik melakukannya? Dia tidak butuh bantuan gadis yang suka menangis itu. Heera sudah menahan amarahnya sejak dulu, dulu dia begitu disayang oleh keluarga ini. Semua apa yang di minta akan di berikan. Tapi sejak datangnya Alin entah darimana. Semuanya berubah. Sangat berubah. Tidak ada laki mama dan papa yang perhatian. Kakak yang sayang kepadanya dan tunangan yang akan menjemputnya.
Semuanya itu telah menghilang dan direbut oleh Alin yang dipungut papanya entah darimana. Heera menunduk dalam untuk tidak menangis. Dia harus kuat pada keadaan dan hidupnya.
"Papa nggak pernah kurang kasih sayang sama kamu! Papa nggak pernah membeda-bedakan kamu sama Alin! Kalian itu sama Dimata papa! Sadar Heera! Apa yang kamu lakukan itu salah!"
"Pa! Papa emang nggak sadar ya? Papa nggak tahu ya perlakuan papa udah beda sama aku! Apa papa pernah antar jemput aku? Selama ini cuma Alin, Alin, Alin, yang ada di pikiran papa. Mama juga! Mama nggak pernah tidur sama aku lagi! Mama setiap hari sama Alin, Alin, Alin, lagi. Terus kayak gitu sampai aku muak sama keluarga ini. Untuk apa sih kalian pungut anak itu? Aku ini anak kalian lho! Hiskkk... Aku ini anak kandung kalian kan pa, ma? Atau sebenarnya aku ini cuma anak angkat aja? Iya?" Tanya Heera pada mereka.
Papa dan mamanya membuang wajah mereka tidak mau melihat ke arah Heera. Mata Heera kian memanas, apa jangan-jangan yang ada di pikirannya selama ini benar? Kali ini dia melihat kakaknya yang juga memalingkan wajahnya.
"Itu benar ya kak! Jawab! Jawab aku! Itu benar? Aku ini cuma anak angkat kan?" Teriak Heera.
"Lo itu emang cuma anak angkat, anak keluarga ini adalah Alin!" Jawaban itu keluar dari dalam mulut Arzan.
"Kak Arzan!" Alin menggelengkan kepalanya.
Heera mundur dan menatap wajah mereka semua. Papanya, mamanya, kakaknya, mantan tunangannya, juga adik angkatnya. Mereka semua adalah orang-orang yang tahu akan rahasia besar ini. Heera menutup wajahnya dan menangis keras.
"Hiskkk... Hiskkk... Harusnya lo nggak datang! Dasar anak nggak tahu diri! Lo itu pengganggu! Gue anak asli mereka bukan lo!" Heera menerjang tubuh Alin dan mencoba memukulnya tapi dengan cepat tubuhnya dihempaskan oleh Arzan begitu juga dengan Niko.
"Jangan halangin gue! Dia harus mati! Anak itu harus mati!" Teriak Heera kesetanan.
Dia akan membunuh Alin! Hari ini!
Plakkkk...
Tamparan keras mendarat di wajah Heera lagi. Heera terjatuh dengan luka diwajahnya.
"Keluar dari rumah saya! Mulia sekarang kamu bukan lagi keluar Wijaya!"
🎐🎐🎐
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue OverPower? ( END )
FantasyAku berada di dalam novel menjadi seorang antagonis. Bukankah aku sudah menyelesaikan seluruh alur dalam cerita ini? Tapi kenapa aku tidak kembali juga? Aku ingin kembali. 3... 2... 1... Sistem game di mulai! "Apa ini?"